GuruKu, BojoKu

GuruKu, BojoKu

Bab 01, Pak Guru Baru

Sebuah kaki berdiri tegap di tengah -tengah jalan dengan tatapan memandangi sebuah gapura pintu masuk ke sebuah desa bernama, desa kuncup mekar.

Desa ini diampit oleh dua bukit tebing yang menjulang tinggi, dan hamparan hutan yang masih terjaga keasriannya.

Anjaz Anggara, adalah seorang pria berusia 25 tahun kelulusan di bidang seni lukis dan dan musik (piano) dan juga bela diri. Anjaz sendiri bertekad mendedikasikan diri untuk menjadi guru di desa tersebut sebab, persaingan di kota cukuplah sulit dan sengit.

Anjaz sendiri akan mengajar sebuah pelajaran seni dan juga olah raga di sebuah sekolah SMA negeri Pahar yang ada di desa tersebut.

SMA ini sendiri baru di renovasi agar menjadi sekolah favorit di desa tersebut. Sekolah SMA di desa tersebut hanya ada satu dan sekolah swasta tidak di izinkan di desa tersebut.

Meskipun sekolah ini terlihat ada di sebuah desa, namun desa ini tidak terlihat terkucilkan, justru desa ini cukup maju dengan asriannya yang masih terjaga.

Anjaz dengan yakin masuk ke desa tersebut dan bertekad akan mendedikasikan diri untuk menjadi guru dan mencari rezeki di desa tersebut.

Guru muda dan tampan langsung menggemparkan sekolah SMA Negeri Pahar. Banyak siswi yang kepo dengan guru baru mereka.

Ketika Anjaz berjalan percaya diri di koridor sekolah, semua murid menatapnya dengan terkagum-kagum. Di sekolah, hampir tidak pernah ada guru muda dan tampan setampan Anjaz. Jika ada guru muda, itu pun kebanyakan guru wanita yang selalu di idolakan siswa pria di sekolah.

Anjaz bener-benar merasa bangga karena ia menjadi pusat perhatian di sekolah tersebut. Jalan pun ia menegakan kepalanya karena kali ini ia merasa sangat keren sekali.

Sampai pada akhirnya, Anjaz tidak sengaja menginjak kulit pisang yang ada di lantai, alhasil, Anjaz pun terpeleset.

Ketika akan terjatuh, Anjaz dengan spontan mencari pegangan, namun hasilnya, ia malah menarik rambut seorang siswa wanita yang sedang berjalan sambil berlari-lari kaya anak kecil yang sedang berpapasan dengannya.

"ASYUUUUU!" teriak siswi itu ketika rambut di jambak oleh Anjaz.

BRUAK! suara jatuh.

"AW, ya ampun, sakit pak kepalaku mbok tarik-tarik sampe jatuh kaya gini!" keluh siswa yang bernama Monika Ayu, atau sering di sapa Menik di desa tersebut.

"Maaf-maaf, aku kepleset tadi. Ini, ini siapa yang menaruh kulit pisang di sini!" ujar Anjaz bertanya kepada siswa dan siswi yang ada di sekelilingnya.

Semua siswa dan siswi yang mendekat pun menggelengkan kepalanya tidak tahu.

Melihat muridnya tidak yang mau mengaku, Anjaz pun hanya bisa menghela nafas, sabar.

"Anak-anak, kalian harus membuang sampah pada tempatnya, agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi, apa kalian mengerti!?" ujar Anjaz memberi peringatan.

Semua murid pun mengangguk bersamaan tanpa mengeluarkan suara membuat Anjaz merasa mati kutu dan canggung.

Namun, pikirannya pun teralihkan pada siswi yang tadi rambutnya ke tarik olehnya. Anjaz ingat kata-kata yang keluar dari mulut siswi ini ketika rambutnya di ketarik.

"Kamu!" Anjaz menunjuk Menik.

"Iya, pak? bapak mau menggantikan pisang ku yang jatuh?" tanya Menik dengan polosnya.

Anjaz pun baru menyadari jika Menik sedang membawa kulit pisang di tangannya, dan memang ada pisang yang jatuh ke lantai. Karena terlalu syok, Anjaz pun tidak memperhatikan dengan seksama.

"Kamu!? jadi kamu yang buang kulit pisang sembarangan?" tanya Anjaz kesal.

Murid-murid lainnya hanya bisa diam menyaksikan pak Anjaz berdebat dengan Menik, sang ratu bar-bar di sekolah.

"Kulitnya gak aku buang, pak! tapi pisang ku yang jatoh gara-gara bapak, kok malah nyalahin Menik, gimana to bapak ini!?" sahut Menik.

"Ya aku jatuh itu gara-gara kamu buang kulit pisang ini, kalo kamu gak buang kulit pisang ini, aku tidak akan terjatuh dan menarik rambutmu!" jelas Anjaz.

"Loh loh loh... udah tak bilang, kulitnya gak jatuh pak, yang jatuh itu pisangnya!" elak Menik tetap ngeyel.

"Orang kamu yang makan pisang di sini, kamu tetap ngeyel ya gak mau ngaku!" ujar Anjaz mulai kesal dengan Menik.

Menik pun mengambil kulit pisang yang Anjaz injak dan membandingkannya dengan kulit pisang iya pegang.

"Ini loh pak kalo gak percaya, kulit pisangnya ada dua, satu di tanganku satunya lagi yang bapak injak. Mosok pisang 1 kulitnya dua, satunya kulit pisangnya siapa teros!?" tanya Menik menjelaskan.

"Menik, paling kulit pisang bapaknya itu looo..." Salah satu siswi mencoba menggoda pak Anjaz.

"HAHAHHAHAA...!" suara gemuruh ketawa pun terdengar meriah membuat wajah Anjaz langsung memerah.

"Cie.. Cie.. pisang bapak masih aman ndak tuh!? bapak masih punya hutang pisang loh sama Menik," goda Menik membuat Anjaz semakin memerah.

"HEY! ADA APA INI!" teriakan kepala sekolah membuat para murid langsung menghamburkan diri dan masuk ke dalam kelas mereka masing-masing.

Hanya tersisa pak Anjaz yang berdiri dengan wajah kesal memerah namun tetap ia berusaha untuk tenang.

"Pak Anjaz, apakah anak-anak membuat ulah?" tanya kepala sekolah.

"Tidak pak, hanya salah paham sedikit," jawab pak Anjaz tersenyum.

"Itu tadi adalah Menik, sebenarnya nama aslinya bagus, Monika Ayu, tapi karena sikapnya yang terlalu bar-bar, warga sini memanggilnya dengan sebutan Menik. Dia selalu buat onar dengan tingkahnya, tapi sebenarnya dia anak yang baik dan rajin," jelas pak kepala sekolah menjelaskan.

Pak Anjaz pun hanya tersenyum dan mengangguk mengerti.

"Iya, pak, namanya juga anak-anak, kita harus memakluminya," ujar Anjaz.

"Semoga bapak Anjaz betah mengajar di sini, ya. Semoga pak Anjaz juga bisa menjadi guru tetap di sini selamanya," ujar kepala sekolah menyemangati Anjaz.

Anjaz pun berjalan ke kantor para guru setelah berbincang-bincang dengan kepada sekolah. Terlihat guru-guru menyapanya dengan ramah.

"Pak Anjaz, selamat bergabung dengan kami ya, senang bertemu dan berkerjasama dengan bapak," ujar guru lainnya.

"Terima kasih semuanya, mohon bimbingannya untuk mengajar di sekolah ini," ujar Anjaz menyapa ramah.

Setelah perkenalan dengan para guru-guru, akhirnya Anjaz di beri tahu jelas pertama yang akan ia ajari.

Itu adalah kelas 3 C, kelas di mana Menik dan para kawakannya bersemayam.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Anjaz ketika masuk ke dalam kelas 3 C.

"Pagi pak...!" seru murid-murid dengan antusias.

"Sebelumnya, saya ingin memperkenalkan diri sebagai guru baru di sekolah ini. Perkenalkan, saya adalah Anjaz Anggara, usia 25 tahun, saya akan mengajar pelajaran seni dan juga olah raga. Apakah ada yang ingin kalian pertanyakan?" ujar Anjaz.

Seorang murid pun menunjukkan tangan, ia adalah Menik.

"Pak, apakah bapak sudah punya istri atau anak?" tanya Menik.

"HUUUUUUUUUU....!" Murid-murid lainnya bersorak dengan pertanyaan Menik untuk sekedar bergurau.

"Sudah-sudah, tidak apa-apa, saya akan menjawab, saya jomblo, belum punya istri apalagi anak," jawab pak Anjaz membuat semua murid wanita bersorak kegirangan.

Hanya Menik yang tersenyum kalem dan menatap pak Anjaz dengan tajam.

Anjaz yang merasa di tatap dengan Menik pun langsung menggelengkan kepalanya usai Menik mengedipkan matanya padanya dengan singkat.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jangan lupa dukung author dengan like dan komen ya ... Biar authornya semangat up up dan up :)

Terpopuler

Comments

Nurmiati Nurmi

Nurmiati Nurmi

teruslah berjuang Menik

2023-09-17

0

Efrida

Efrida

astaga 😅😅😅😅 awal bc dah nyembur ktw

2023-09-08

0

Dewi Payang

Dewi Payang

semangat kak💪
2⚘️buat kak author

2023-07-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!