Ketika Cinta Bertasbih

Ketika Cinta Bertasbih

Bab 1 - Prolog

Bagi sebagian orang, lulus saat sekolah adalah hal paling dinantikan dan membahagiakan. Dimana setiap anak menginginkan sekolah untuk menuntut ilmu, mencari teman sebanyak-banyaknya, banyak hal pula yang ingin di ketahui kala di usia remaja.

Namun terkadang bagi sebagian orang sekolah bukan hal yang utama demi bisa mendapatkan sebuah materi yang ingin di capai. Sebagian banyak yang meninggalkan sekolah kala ekonomi tidak memungkinkan.

Tapi, keberuntungan salah satu pria muda ini merupakan hal yang paling di syukuri. Memiliki orang tua yang lengkap, Ayah, dan Bunda yang selalu ada di sampingnya hingga menjadikan seorang pria bernama Muhammad Azriel Alfauzi menjadi salah satu murid teladan dengan segala prestasinya.

Sorak tepuk tangan mengiringi langkah pemuda tampan nan mempesona dengan hidung bangir, dan juga mata yang tajam nan bening.

Senyum bangga dari kedua orangtuanya mampu mengiringi langkah Azriel untuk berjalan kearah podium yang ada di depan mereka, kala nama Muhammad Azriel Alfauzi di sebut sebagai juara satu umum kelas dua belas.

Dengan langkah yang tegap, Azriel menaiki satu persatu anak tangga dan berdiri diantara jajaran para murid lainnya. Ucapan selamat untuknya di ucapkan oleh guru yang memberikan hadiah kepada Azriel atas keberhasilan sebagai juara satu umum kelas dua belas.

"Selamat ya, Nak Azriel," ucap guru kepala sekolah sambil memberikan hadiahnya pada Azriel.

Pria itu menerimanya, lalu tangan kanannya menyambut uluran tangan sang guru dan mengecupnya sebagai tanda hormat dan baktinya kepada guru. "Terima kasih, Pak. Ini juga berkat Bapak dan guru-guru lainnya yang selalu membimbing saya," tutur Azriel menyudahi salimnya.

Dan beberapa saat kemudian, acara pembagian hadiah sudah selesai. Para murid sudah kembali turun dan juga kembali ke tempat duduknya masing-masing.

Azzura dan Azzam yang kebetulan hadir karena mendapat undangan dari sekolah ikut bangga pada putra pertama mereka.

"Selamat ya sayang, Bunda bangga sama kamu. Semoga kamu mampu mengamalkan segala ilmu yang kamu miliki dan tetap rendah hati ya, Nak." Azzura tersenyum terharu di balik cadarnya. Tangannya memeluk putra yang ia sayangi. Meski bukan darah dagingnya, Azzura sangat menyayangi Azriel layaknya anak kandung. Terbukti dari Azriel yang juga terlihat menyayangi bundanya.

"Makasih Bunda. Makasih sudah menjadi Bunda terhebat yang selalu ada untukku dan selalu menjadi Bunda paling luar biasa. Makasih juga atas didikan Bunda dan kasih sayang yang Bunda berikan padaku. Ini ku persembahkan buat Bunda," ucap Azriel melepaskan pelukannya dan menunjukan piala yang ia pegang.

"Makasih sayang, kamu juga anak Bunda yang terhebat."

"Terus aku enggak gitu?" celetuk seorang perempuan cantik mengenakan hijab sedang memberenggut manyun sambil melipatkan kedua tangannya di dada.

"Kamu juga hebat, Khanza. Kalian sama-sama terhebat," ucap Azzam mengusap kepala putrinya.

KHANZA FATHARANI ALFAUZI, adalah anak kedua dari pasangan Azzura dan Azzam.

"Iya, Nak. Kalian bertiga adalah anak-anak Bunda yang hebat, yang paling bunda banggakan, dan paling bunda sayangi," sambung Azzura yang sedang menggendong anak bungsu mereka yang masih berusia dua tahun.

Waktu berjalan sore, acara perpisahan sekolah telah selesai di selenggarakan, semua murid dan para orangtua satu persatu meninggalkan tempat itu.

"Bunda, Ayah, bolehkah Azriel berkumpul di rumah teman dulu? Salah satu teman Azriel ada yang mengadakan kumpulan syukuran di rumahnya dan kebetulan Azriel di undang ke sana." Azriel meminta izin.

"Boleh sayang, tapi ingat kata Ayah, jangan macam-macam di sana dan kamu harus pulang setelah acara selesai." Azzam menasehati.

"Iya Ayah, Azriel akan ingat pesan Ayah dan Bunda. Makasih sudah mengizinkan." Senyum senang terpancar dari wajah tampan Azriel.

******

Tempat berbeda.

Seorang gadis cantik berambut hitam panjang tengah berkutat di dapur menyiapkan makanan untuk orangtuanya. Gadis cantik berwajah bulat memiliki mata bulat dengan bulu mata lentik serta alis hitam terukir rapi, hidung mancung dan bibir tipis berwarna merah alami, begitu lihai dalam memainkan setiap barang yang ada di dapurnya.

Gadis yang sering disapa Naura itu tengah mempersiapkan menu spesial buat ibunya. Masakan kuliner Nusantara untuk menyambut hari lahirnya sang ibu. Dengan senang hati dan riang gembira, Naura memasak sepenuh hatinya. Hingga beberapa saat telah berlalu, masakan yang di buat Naura sudah siap di hidangkan.

"Akhirnya beres juga. Tinggal menata ke piring lalu siapkan ke atas meja," ucap Naura sambil mengusap bulir keringat di dahinya menggunakan punggung tangan.

"Hmm wangi sekali masakannya, masak apa?" tanya seorang pria berperawakan tinggi tiba-tiba berada di belakang Naura. Pria dewasa seumuran dengan ibunya.

Gadis cantik berusia delapan belas tahun yang baru saja lulus sekolah menengah atas itu terkejut dengan kedatangan pria yang di sapa Om secara tiba-tiba.

"O-Om! Sejak kapan ada di sini?" Naura menggeser posisi tubuhnya ke samping, ia tidak nyaman berada di dekat pria itu. Pria yang baru saja menikah dengan ibunya sekitar dua Minggu yang lalu.

"Baru saja. Sepertinya masakan kamu enak semua. Boleh Om mencicipinya cantik? Tapi Om mau kamu yang melayani Om, Naura." Tangan Pria itu ingin menyentuh pipi Naura, matanya pun menatap nakal gadis remaja yang sangat terlihat menggoda di matanya. Naura menghindari, ia merasa tidak nyaman atas keberadaan pria yang seringkali di sapa Bara

"Maaf Om, tapi Naura masak ini buat menyambut kedatangan ibu. Nanti saja jika Om mau bisa makan sama ibu." Naura tidak ingin melayani pria kurang ajar. Ya, menurut Naura pria itu sangatlah kurang ajar karena sudah berani menatap nakal dirinya. "Dan tolong buang tatapan nakal itu padaku!"

Mata tajam Bara terus menatap Naura, ia yang memiliki sifat keras dan ingin mendapatkan apa yang ia mau merasa marah atas perkataan Naura.

Brak!

Bara menggebrak meja makan. Naura terlonjak kaget.

"Jadi kamu tidak mau melayani saya? Saya ini suami ibu kamu dan kamu harus menurut apa kata saya. Jangan mentang-mentang saya baik, kamu seenaknya bicara tidak sopan sama saya, hah."

Naura tidak mau berurusan dengan Om Bara, ia hendak pergi tapi langkahnya di hadang oleh Bara.

"Mau kemana kamu? Pergi dari sini? Tidak akan saya biarkan kamu pergi sebelum kamu mau menjawab pertanyaan saya!" Bara mencekal pergelangan tangan Naura.

"Lepaskan aku Om! Aku tidak mau menjawab hal tidak penting!" Naura memberontak, ia mencoba melepaskan cekalan tangan Bara. Aura Bara terlihat sangat menakutkan bagi Naura, ia tidak ingin ada hal lain terjadi yang akan membuat ibunya marah.

"Enak saja kamu mau pergi. Kali ini saya tidak akan membiarkanmu keluar dari sini karena hari ini kamu akan menjadi milikku." Bara menyeringai menatap lekat wajah Cantik Naura.

"Maksud Om?"

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

baru mampir di thn 2024 thor

2024-09-06

0

Cah Dangsambuh

Cah Dangsambuh

aku mampir kak baru mulai dah sport jantung nih

2023-09-15

0

neng Siti rustamaji

neng Siti rustamaji

mantap author,, semangat

2023-07-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Prolog
2 Bab 2 - Melarikan Diri
3 Bab 3 - Terima kasih
4 Bab 4 - Mengadu
5 Bab 5 - Dimarahi
6 Bab 6 - Bingung
7 Bab 7 - Mencari pekerjaan
8 Bab 8 - Sebuah Tawaran
9 Bab 9 - Terpaksa Menerima
10 Bab 10 - Mobil Bergoyang
11 Bab 11 - Menyesal
12 Bab 12 - Jebakan
13 Bab 13 - Membantu
14 Bab 14 - Membantu Part 2
15 Bab 15 - Mencari
16 Bab 16
17 Bab 17 - Ingin berubah
18 Bab 18 - Ajakan Azzura
19 Bab 19 - Persiapan
20 Bab 20
21 Bab 21 - Penjara Suci
22 Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23 Bab 23 - Suasana Baru
24 Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25 Bab 25
26 Bab 26 - Mengatur
27 Bab 27 - Masak sambil Belajar
28 Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29 Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30 Bab 30 - Menghindari
31 Bab 31 - Sebuah Peringatan
32 Bab 32 - Curhatan Naura
33 Bab 33 - Kabar Baik
34 Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35 Bab 35 - Kembali Mondok
36 Bab 36 - Mengintip
37 Bab 37 - Salah Paham
38 Bab 38 - Sebuah Fitnah
39 Bab 39 - Hukuman
40 Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41 Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42 Bab 42 - Aku akan berjuang
43 Bab 43 - Kabar mengejutkan
44 Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45 Bab 45 - Panik
46 Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47 Bab 47 - Kabar Duka
48 Bab 48 - Sebuah Permintaan
49 Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50 Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51 Bab 51
52 Bab 52 - Siapa yang menikah?
53 Bab 53 - Terluka luar dalam
54 Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55 Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56 Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57 Bab 57 - Idenya Fatimah
58 Bab 58 - Dia?!
59 Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60 Bab 60 - Lontaran Hinaan
61 Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62 Bab 62 - Terkejut
63 Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64 Bab 64 - Permintaan maaf
65 Bab 65 - Rencana Fatimah
66 Bab 66 - Kedatangan Azriel
67 Bab 67 - Tekad Azriel
68 Bab 68 - Halal secara agama dulu
69 Bab 69 - Pernikahan dadakan
70 Bab 70 - Aku tidak mau!
71 Bab 71 - Pengantin Pengganti
72 Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73 Bab 72 - Nyaman
74 Bab 73 - Di balik cerita
75 Bab 74 - Ternyata kamu ...
76 Bab 75 - Perasaan Revan
77 Bab 76 - Pembicaraan pria
78 Bab 77 - Halusinasi
79 Bab 78 - Bukti Nyata
80 Bab 79 - Berbicara
81 Bab 80 - Sean
82 Bab 81 - Masa lalu Aditya
83 Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 - Prolog
2
Bab 2 - Melarikan Diri
3
Bab 3 - Terima kasih
4
Bab 4 - Mengadu
5
Bab 5 - Dimarahi
6
Bab 6 - Bingung
7
Bab 7 - Mencari pekerjaan
8
Bab 8 - Sebuah Tawaran
9
Bab 9 - Terpaksa Menerima
10
Bab 10 - Mobil Bergoyang
11
Bab 11 - Menyesal
12
Bab 12 - Jebakan
13
Bab 13 - Membantu
14
Bab 14 - Membantu Part 2
15
Bab 15 - Mencari
16
Bab 16
17
Bab 17 - Ingin berubah
18
Bab 18 - Ajakan Azzura
19
Bab 19 - Persiapan
20
Bab 20
21
Bab 21 - Penjara Suci
22
Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23
Bab 23 - Suasana Baru
24
Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25
Bab 25
26
Bab 26 - Mengatur
27
Bab 27 - Masak sambil Belajar
28
Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29
Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30
Bab 30 - Menghindari
31
Bab 31 - Sebuah Peringatan
32
Bab 32 - Curhatan Naura
33
Bab 33 - Kabar Baik
34
Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35
Bab 35 - Kembali Mondok
36
Bab 36 - Mengintip
37
Bab 37 - Salah Paham
38
Bab 38 - Sebuah Fitnah
39
Bab 39 - Hukuman
40
Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41
Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42
Bab 42 - Aku akan berjuang
43
Bab 43 - Kabar mengejutkan
44
Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45
Bab 45 - Panik
46
Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47
Bab 47 - Kabar Duka
48
Bab 48 - Sebuah Permintaan
49
Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50
Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51
Bab 51
52
Bab 52 - Siapa yang menikah?
53
Bab 53 - Terluka luar dalam
54
Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55
Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56
Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57
Bab 57 - Idenya Fatimah
58
Bab 58 - Dia?!
59
Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60
Bab 60 - Lontaran Hinaan
61
Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62
Bab 62 - Terkejut
63
Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64
Bab 64 - Permintaan maaf
65
Bab 65 - Rencana Fatimah
66
Bab 66 - Kedatangan Azriel
67
Bab 67 - Tekad Azriel
68
Bab 68 - Halal secara agama dulu
69
Bab 69 - Pernikahan dadakan
70
Bab 70 - Aku tidak mau!
71
Bab 71 - Pengantin Pengganti
72
Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73
Bab 72 - Nyaman
74
Bab 73 - Di balik cerita
75
Bab 74 - Ternyata kamu ...
76
Bab 75 - Perasaan Revan
77
Bab 76 - Pembicaraan pria
78
Bab 77 - Halusinasi
79
Bab 78 - Bukti Nyata
80
Bab 79 - Berbicara
81
Bab 80 - Sean
82
Bab 81 - Masa lalu Aditya
83
Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!