Bab 10 - Mobil Bergoyang

Di tengah perjuangan seorang Naura mencari uang, ada sosok wanita yang gelisah tidak bisa fokus bekerja. Sejak kepergian Naura satu Minggu yang lalu dari rumahnya, membuat ia kesepian dan juga terus memikirkan keadaan sang putri.

"Nau, Bagaimana keadaanmu saat ini? Ibu kangen kamu, Nau. Ibu ingin memelukmu. Ibu menyesal telah membiarkan kamu pergi dari rumah. Ibu menyesal marah sama kamu, seharusnya ibu tidak langsung percaya dan seharusnya ibu mencari tahu dulu tentang kamu. Sekalipun Nau jadi wanita malam, seharusnya ibu tidak marah dan tidak membiarkan Nau pergi." Rasa menyesal ini hadir menyelimuti hatinya Farida setelah Naura pergi dari rumahnya.

Sebagai seorang ibu, Farida menyadari, seharusnya ia mengayomi, melindungi, dan memberikan support kepada anaknya sekalipun sang anak berbuat salah. Namun apa yang ia lakukan kepada Naura bukanlah contoh baik. Kini penyesalan datang di saat sang putri telah pergi.

"Farida!" sentak pemilik warung.

"Hah! Iya, Bu." Farida tersadar dari lamunannya.

"Bukannya bekerja malah melamun. Kau tidak lihat makanan yang ada di piring begitu numpuk karena kecerobohanmu." Pemilik warung makannya marah ketika melihat Farida melamun sambil menuangkan aneka makanan ke piring.

Farida menunduk guna memastikan perkataan bosnya. Matanya membola saat tahu kalau piring yang ia bawa terisi penuh boleh makanan.

"Saya tidak sengaja, Bu. Maafkan saya, tadi saya melamun." Farida merasa bersalah tidak fokus bekerja.

"Makanya Kalau bekerja yang benar! Jangan mentang-mentang saya baik sama kamu, kamu malah seenaknya tidak memikirkan kerjaan mu."

"Sekali lagi maafkan saya, Bu."

"Pergi kau ke belakang dan bersihkan seluruh perabotan yang ada di belakang! Ini biar saya saja yang mengerjakan." Meskipun marah, tapi pemilik warung tidak memecatnya.

"Baik Bu bos." Farida menyimpan piringnya dan ia beranjak pergi menuju bagian belakang dapur.

Setibanya di belakang.

"Kamu kenapa Da? Di marahi bos?" tanya temannya Farida yang juga kerja di warung makan bersamanya.

"Iya, gara-gara melamun." Farida mengambil penggosok piring yang sering digunakan mencuci piring. Kemudian dia menuangkan sabun pencuci piring ke dalam mangkuk kecil, lalu menambahkan sedikit air dan mengkuceknya.

"Tumben kerjamu melamun, ada masalah? Biasanya kamu paling rajin dan tidak pernah berbuat masalah apapun."

"Ada sedikit masalah dengan putriku. Aku membiarkan Naura pergi dari rumah dan tidak mau mengerti keadaan dia. Ibu macam apa aku ini?"

"Apa? Kamu membiarkan anakmu pergi? Kok bisa? Masalahnya apa?"

Farida pun menjelaskan duduk permasalahan dia dan Naura dari awal hingga Naura pergi.

"Ya Tuhan, Da. Lalu kamu percaya begitu saja sama apa yang Bara ucapkan? Lalu kamu terus menyudutkan Naura tanpa kamu tahu yang sebenarnya dulu?"

Farida mengangguk. "Habisnya setiap ucapan bara terlihat seperti nyata, Naura juga bilang iya kalau dia jadi wanita panggilan."

"Aku menyayangkan sikapmu ini, aku sebagai temanmu juga kecewa terhadap sikap yang kamu tunjukkan kepada Naura. Kita udah pernah tahu sikap seseorang ketika di belakang kita, tapi tentunya kamu sudah tahu 'kan bagaimana sikap Naura karena dia anakmu dan kamu yang membesarkannya? Kamu juga pasti mengerti sisi Naura. Bukan berarti aku menyalahkan Bara, tapi dari sikap yang Naura ambil ada kemungkinan jika ayah tirinya tidak sebaik yang kamu pikirkan. Naura tidak nyaman tinggal di rumahmu dan lebih memilih pergi karena kamu sendiri memilih orang lain dibandingkan putrimu sendiri. Saran ku, kamu mencari tahu dulu siapa Bara yang sebenarnya. Kamu hanya mengenal dia di tempat hiburan malam tanpa tahu kisah masa lalunya seperti apa. Hanya karena cinta, nyaman, dan kehangatan, kamu sampai melupakan satu tujuan, yaitu keterbukaan dari setiap pasangan. Bara tahu tentang kamu, tapi kamu tidak tahu tentangnya."

Farida bungkam seribu bahasa, apa yang dikatakan temannya ada benarnya juga. Dia hanya memikirkan satu sisi tapi tidak memikirkan sisi lainnya. Dia hanya percaya kepada satu orang, tapi tidak mendengarkan penjelasan yang satunya lagi. Sekarang dia mulai kepikiran harus berbuat apa.

"Kami benar, aku malah mendengarkan satu sisi saja. Sekarang aku harus memastikannya lagi."

"Ya, itu harus. Kamu harus mencari tahu segalanya supaya kamu tidak pernah berpikir buruk pada putrimu. Sekalipun Naura terjun ke pergaulan bebas dan menjadi wanita panggilan, pastinya ada alasan kuat sampai Naura melakukan hal itu. Selama ini lingkungan mu kan banyak yang begitu, bisa saja dia terpaksa, atau bisa jadi jebakan seseorang, atau bisa juga tidak terjun ke dalam lembah hitam."

Lagi-lagi Farida kembali berpikir dan kali ini ia akan melakukan sesuatu untuk mencari sebuah kebenaran. Sepulang dari sana, Farida ingin mencari tahu.

*****

Malam hari.

Farida sudah selesai dengan pekerjaannya dan hendak pulang. Di perjalanan, ia menaiki ojek online hingga ia bisa menyalip ketika kendaraan mulai macet.

Namun ketika lampu merah menyala, Farida melihat mobil yang di dalamnya ada pria yang ia kenal di depan sana. "Itu kan Bara? Sama siapa dia?"

Dan lampu pun kembali warna hijau, mobilnya juga kembali berjalan. Karena penasaran, Farida mengikuti mobil Bara

"Pak tolong ikuti mobil warna silver itu!"

"Baik Bu."

Sedangkan di dalam mobil. Bara tengah menyetir. Seorang wanita di sampingnya merangkul lengan Bara sambil mengusap bagian tengah Bara.

"Sayang, jangan begini. Ini di jalan," kata Bara, si pria tua berusia empat puluh tahun ke atas.

"Tapi aku sudah tidak tahan lagi ingin merasakan kegagahanmu lagi, Bara. Kau itu gigolo terbaik yang pernah ku temui. Suamiku saja tidak bisa memuaskan ku, tapi kau ... ah, aku tidak sabar."

"Tunggu sampai hotel dulu, baru kita melakukannya." Tanpa sepengetahuan Farida, Bara adalah seorang gigolo sewaan orang. Pekerjaannya memuaskan banyak wanita dengan bayaran yang lumayan. Farida hanya tahunya Bara seorang

"Bagaimana kalau kita bermain di dalam mobil saja?" ajak wanita itu.

"Mana mungkin? Ini jalanan ramai."

"Kita melipir dulu ke tempat yang sepi."

"Baiklah, jika itu mau mu sayang." Tentu Bara tidak keberatan. Dia membelokkan stir nya ke jalanan sepi tanpa banyak kendaraan lewat.

"Sepertinya ini tempat aman." Bara memperhatikan sekeliling tempat.

"Tentu saja, sayang." Dan wanita itu menarik tengkuk Bara.

Farida yang terus mengikutinya menatap heran melihat mobil yang tadi di tumpangi suaminya bergoyang. "Kenapa mobil itu berhenti di pinggir jalan? Bergoyang pula, apa yang terjadi?"

Jantung Farida berdebar-debar memikirkan hal yang terus mengusik pikirannya. Dia berhenti jauh dan membiarkan ojek online-nya pergi. Langkahnya sedikit lebih kencang guna memastikan keadaan di dalam mobil.

Semakin dekat, Farida makin jelas mendengar suara desa han orang. Telinganya begitu panas, matanya melotot ketika melihat kegiatan di dalam mobil. Dua orang pasangan tengah melakukan aktivitas panas dan itu adalah Bara, suaminya.

"Ketahuan belangnya, jadi begini kelakuan dia di belakang ku." Karena tidak tahan lagi, Farida menggedor pintu kacanya.

Bruk .. bruk .. bruk ...

Episodes
1 Bab 1 - Prolog
2 Bab 2 - Melarikan Diri
3 Bab 3 - Terima kasih
4 Bab 4 - Mengadu
5 Bab 5 - Dimarahi
6 Bab 6 - Bingung
7 Bab 7 - Mencari pekerjaan
8 Bab 8 - Sebuah Tawaran
9 Bab 9 - Terpaksa Menerima
10 Bab 10 - Mobil Bergoyang
11 Bab 11 - Menyesal
12 Bab 12 - Jebakan
13 Bab 13 - Membantu
14 Bab 14 - Membantu Part 2
15 Bab 15 - Mencari
16 Bab 16
17 Bab 17 - Ingin berubah
18 Bab 18 - Ajakan Azzura
19 Bab 19 - Persiapan
20 Bab 20
21 Bab 21 - Penjara Suci
22 Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23 Bab 23 - Suasana Baru
24 Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25 Bab 25
26 Bab 26 - Mengatur
27 Bab 27 - Masak sambil Belajar
28 Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29 Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30 Bab 30 - Menghindari
31 Bab 31 - Sebuah Peringatan
32 Bab 32 - Curhatan Naura
33 Bab 33 - Kabar Baik
34 Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35 Bab 35 - Kembali Mondok
36 Bab 36 - Mengintip
37 Bab 37 - Salah Paham
38 Bab 38 - Sebuah Fitnah
39 Bab 39 - Hukuman
40 Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41 Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42 Bab 42 - Aku akan berjuang
43 Bab 43 - Kabar mengejutkan
44 Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45 Bab 45 - Panik
46 Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47 Bab 47 - Kabar Duka
48 Bab 48 - Sebuah Permintaan
49 Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50 Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51 Bab 51
52 Bab 52 - Siapa yang menikah?
53 Bab 53 - Terluka luar dalam
54 Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55 Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56 Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57 Bab 57 - Idenya Fatimah
58 Bab 58 - Dia?!
59 Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60 Bab 60 - Lontaran Hinaan
61 Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62 Bab 62 - Terkejut
63 Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64 Bab 64 - Permintaan maaf
65 Bab 65 - Rencana Fatimah
66 Bab 66 - Kedatangan Azriel
67 Bab 67 - Tekad Azriel
68 Bab 68 - Halal secara agama dulu
69 Bab 69 - Pernikahan dadakan
70 Bab 70 - Aku tidak mau!
71 Bab 71 - Pengantin Pengganti
72 Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73 Bab 72 - Nyaman
74 Bab 73 - Di balik cerita
75 Bab 74 - Ternyata kamu ...
76 Bab 75 - Perasaan Revan
77 Bab 76 - Pembicaraan pria
78 Bab 77 - Halusinasi
79 Bab 78 - Bukti Nyata
80 Bab 79 - Berbicara
81 Bab 80 - Sean
82 Bab 81 - Masa lalu Aditya
83 Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 - Prolog
2
Bab 2 - Melarikan Diri
3
Bab 3 - Terima kasih
4
Bab 4 - Mengadu
5
Bab 5 - Dimarahi
6
Bab 6 - Bingung
7
Bab 7 - Mencari pekerjaan
8
Bab 8 - Sebuah Tawaran
9
Bab 9 - Terpaksa Menerima
10
Bab 10 - Mobil Bergoyang
11
Bab 11 - Menyesal
12
Bab 12 - Jebakan
13
Bab 13 - Membantu
14
Bab 14 - Membantu Part 2
15
Bab 15 - Mencari
16
Bab 16
17
Bab 17 - Ingin berubah
18
Bab 18 - Ajakan Azzura
19
Bab 19 - Persiapan
20
Bab 20
21
Bab 21 - Penjara Suci
22
Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23
Bab 23 - Suasana Baru
24
Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25
Bab 25
26
Bab 26 - Mengatur
27
Bab 27 - Masak sambil Belajar
28
Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29
Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30
Bab 30 - Menghindari
31
Bab 31 - Sebuah Peringatan
32
Bab 32 - Curhatan Naura
33
Bab 33 - Kabar Baik
34
Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35
Bab 35 - Kembali Mondok
36
Bab 36 - Mengintip
37
Bab 37 - Salah Paham
38
Bab 38 - Sebuah Fitnah
39
Bab 39 - Hukuman
40
Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41
Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42
Bab 42 - Aku akan berjuang
43
Bab 43 - Kabar mengejutkan
44
Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45
Bab 45 - Panik
46
Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47
Bab 47 - Kabar Duka
48
Bab 48 - Sebuah Permintaan
49
Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50
Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51
Bab 51
52
Bab 52 - Siapa yang menikah?
53
Bab 53 - Terluka luar dalam
54
Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55
Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56
Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57
Bab 57 - Idenya Fatimah
58
Bab 58 - Dia?!
59
Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60
Bab 60 - Lontaran Hinaan
61
Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62
Bab 62 - Terkejut
63
Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64
Bab 64 - Permintaan maaf
65
Bab 65 - Rencana Fatimah
66
Bab 66 - Kedatangan Azriel
67
Bab 67 - Tekad Azriel
68
Bab 68 - Halal secara agama dulu
69
Bab 69 - Pernikahan dadakan
70
Bab 70 - Aku tidak mau!
71
Bab 71 - Pengantin Pengganti
72
Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73
Bab 72 - Nyaman
74
Bab 73 - Di balik cerita
75
Bab 74 - Ternyata kamu ...
76
Bab 75 - Perasaan Revan
77
Bab 76 - Pembicaraan pria
78
Bab 77 - Halusinasi
79
Bab 78 - Bukti Nyata
80
Bab 79 - Berbicara
81
Bab 80 - Sean
82
Bab 81 - Masa lalu Aditya
83
Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!