Di tengah perjuangan seorang Naura mencari uang, ada sosok wanita yang gelisah tidak bisa fokus bekerja. Sejak kepergian Naura satu Minggu yang lalu dari rumahnya, membuat ia kesepian dan juga terus memikirkan keadaan sang putri.
"Nau, Bagaimana keadaanmu saat ini? Ibu kangen kamu, Nau. Ibu ingin memelukmu. Ibu menyesal telah membiarkan kamu pergi dari rumah. Ibu menyesal marah sama kamu, seharusnya ibu tidak langsung percaya dan seharusnya ibu mencari tahu dulu tentang kamu. Sekalipun Nau jadi wanita malam, seharusnya ibu tidak marah dan tidak membiarkan Nau pergi." Rasa menyesal ini hadir menyelimuti hatinya Farida setelah Naura pergi dari rumahnya.
Sebagai seorang ibu, Farida menyadari, seharusnya ia mengayomi, melindungi, dan memberikan support kepada anaknya sekalipun sang anak berbuat salah. Namun apa yang ia lakukan kepada Naura bukanlah contoh baik. Kini penyesalan datang di saat sang putri telah pergi.
"Farida!" sentak pemilik warung.
"Hah! Iya, Bu." Farida tersadar dari lamunannya.
"Bukannya bekerja malah melamun. Kau tidak lihat makanan yang ada di piring begitu numpuk karena kecerobohanmu." Pemilik warung makannya marah ketika melihat Farida melamun sambil menuangkan aneka makanan ke piring.
Farida menunduk guna memastikan perkataan bosnya. Matanya membola saat tahu kalau piring yang ia bawa terisi penuh boleh makanan.
"Saya tidak sengaja, Bu. Maafkan saya, tadi saya melamun." Farida merasa bersalah tidak fokus bekerja.
"Makanya Kalau bekerja yang benar! Jangan mentang-mentang saya baik sama kamu, kamu malah seenaknya tidak memikirkan kerjaan mu."
"Sekali lagi maafkan saya, Bu."
"Pergi kau ke belakang dan bersihkan seluruh perabotan yang ada di belakang! Ini biar saya saja yang mengerjakan." Meskipun marah, tapi pemilik warung tidak memecatnya.
"Baik Bu bos." Farida menyimpan piringnya dan ia beranjak pergi menuju bagian belakang dapur.
Setibanya di belakang.
"Kamu kenapa Da? Di marahi bos?" tanya temannya Farida yang juga kerja di warung makan bersamanya.
"Iya, gara-gara melamun." Farida mengambil penggosok piring yang sering digunakan mencuci piring. Kemudian dia menuangkan sabun pencuci piring ke dalam mangkuk kecil, lalu menambahkan sedikit air dan mengkuceknya.
"Tumben kerjamu melamun, ada masalah? Biasanya kamu paling rajin dan tidak pernah berbuat masalah apapun."
"Ada sedikit masalah dengan putriku. Aku membiarkan Naura pergi dari rumah dan tidak mau mengerti keadaan dia. Ibu macam apa aku ini?"
"Apa? Kamu membiarkan anakmu pergi? Kok bisa? Masalahnya apa?"
Farida pun menjelaskan duduk permasalahan dia dan Naura dari awal hingga Naura pergi.
"Ya Tuhan, Da. Lalu kamu percaya begitu saja sama apa yang Bara ucapkan? Lalu kamu terus menyudutkan Naura tanpa kamu tahu yang sebenarnya dulu?"
Farida mengangguk. "Habisnya setiap ucapan bara terlihat seperti nyata, Naura juga bilang iya kalau dia jadi wanita panggilan."
"Aku menyayangkan sikapmu ini, aku sebagai temanmu juga kecewa terhadap sikap yang kamu tunjukkan kepada Naura. Kita udah pernah tahu sikap seseorang ketika di belakang kita, tapi tentunya kamu sudah tahu 'kan bagaimana sikap Naura karena dia anakmu dan kamu yang membesarkannya? Kamu juga pasti mengerti sisi Naura. Bukan berarti aku menyalahkan Bara, tapi dari sikap yang Naura ambil ada kemungkinan jika ayah tirinya tidak sebaik yang kamu pikirkan. Naura tidak nyaman tinggal di rumahmu dan lebih memilih pergi karena kamu sendiri memilih orang lain dibandingkan putrimu sendiri. Saran ku, kamu mencari tahu dulu siapa Bara yang sebenarnya. Kamu hanya mengenal dia di tempat hiburan malam tanpa tahu kisah masa lalunya seperti apa. Hanya karena cinta, nyaman, dan kehangatan, kamu sampai melupakan satu tujuan, yaitu keterbukaan dari setiap pasangan. Bara tahu tentang kamu, tapi kamu tidak tahu tentangnya."
Farida bungkam seribu bahasa, apa yang dikatakan temannya ada benarnya juga. Dia hanya memikirkan satu sisi tapi tidak memikirkan sisi lainnya. Dia hanya percaya kepada satu orang, tapi tidak mendengarkan penjelasan yang satunya lagi. Sekarang dia mulai kepikiran harus berbuat apa.
"Kami benar, aku malah mendengarkan satu sisi saja. Sekarang aku harus memastikannya lagi."
"Ya, itu harus. Kamu harus mencari tahu segalanya supaya kamu tidak pernah berpikir buruk pada putrimu. Sekalipun Naura terjun ke pergaulan bebas dan menjadi wanita panggilan, pastinya ada alasan kuat sampai Naura melakukan hal itu. Selama ini lingkungan mu kan banyak yang begitu, bisa saja dia terpaksa, atau bisa jadi jebakan seseorang, atau bisa juga tidak terjun ke dalam lembah hitam."
Lagi-lagi Farida kembali berpikir dan kali ini ia akan melakukan sesuatu untuk mencari sebuah kebenaran. Sepulang dari sana, Farida ingin mencari tahu.
*****
Malam hari.
Farida sudah selesai dengan pekerjaannya dan hendak pulang. Di perjalanan, ia menaiki ojek online hingga ia bisa menyalip ketika kendaraan mulai macet.
Namun ketika lampu merah menyala, Farida melihat mobil yang di dalamnya ada pria yang ia kenal di depan sana. "Itu kan Bara? Sama siapa dia?"
Dan lampu pun kembali warna hijau, mobilnya juga kembali berjalan. Karena penasaran, Farida mengikuti mobil Bara
"Pak tolong ikuti mobil warna silver itu!"
"Baik Bu."
Sedangkan di dalam mobil. Bara tengah menyetir. Seorang wanita di sampingnya merangkul lengan Bara sambil mengusap bagian tengah Bara.
"Sayang, jangan begini. Ini di jalan," kata Bara, si pria tua berusia empat puluh tahun ke atas.
"Tapi aku sudah tidak tahan lagi ingin merasakan kegagahanmu lagi, Bara. Kau itu gigolo terbaik yang pernah ku temui. Suamiku saja tidak bisa memuaskan ku, tapi kau ... ah, aku tidak sabar."
"Tunggu sampai hotel dulu, baru kita melakukannya." Tanpa sepengetahuan Farida, Bara adalah seorang gigolo sewaan orang. Pekerjaannya memuaskan banyak wanita dengan bayaran yang lumayan. Farida hanya tahunya Bara seorang
"Bagaimana kalau kita bermain di dalam mobil saja?" ajak wanita itu.
"Mana mungkin? Ini jalanan ramai."
"Kita melipir dulu ke tempat yang sepi."
"Baiklah, jika itu mau mu sayang." Tentu Bara tidak keberatan. Dia membelokkan stir nya ke jalanan sepi tanpa banyak kendaraan lewat.
"Sepertinya ini tempat aman." Bara memperhatikan sekeliling tempat.
"Tentu saja, sayang." Dan wanita itu menarik tengkuk Bara.
Farida yang terus mengikutinya menatap heran melihat mobil yang tadi di tumpangi suaminya bergoyang. "Kenapa mobil itu berhenti di pinggir jalan? Bergoyang pula, apa yang terjadi?"
Jantung Farida berdebar-debar memikirkan hal yang terus mengusik pikirannya. Dia berhenti jauh dan membiarkan ojek online-nya pergi. Langkahnya sedikit lebih kencang guna memastikan keadaan di dalam mobil.
Semakin dekat, Farida makin jelas mendengar suara desa han orang. Telinganya begitu panas, matanya melotot ketika melihat kegiatan di dalam mobil. Dua orang pasangan tengah melakukan aktivitas panas dan itu adalah Bara, suaminya.
"Ketahuan belangnya, jadi begini kelakuan dia di belakang ku." Karena tidak tahan lagi, Farida menggedor pintu kacanya.
Bruk .. bruk .. bruk ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments