Kediaman Azzam
"Selalu saja mengurusi orang lain. Inilah mereka, tidak pernah pandang bulu membantu orang, tapi juga harus berpikir dulu sebelum melakukan tindakan. Terlalu baik sama orang malah di manfaatkan." Fatimah menggerutu kesal mengenai anak dan cucunya yang perhatian sama orang sampai segitunya.
"Nek, kami kan hanya membantu. Apa ada yang salah dengan itu?" tanya Khanza.
"Tentu ada karena kalian terus memikirkan wanita tidak jelas itu dibandingkan mengurus diri kalian sendiri. Hampir tiap hari kamu dan Azriel suka menginap di sana, kalian melupakan keluarga. Azzam dan Azzura juga sama saja."
"Mah, anak itu tidak memiliki siapapun. Jadinya kita menemani dia dan juga hanya kita yang bisa membantunya. Lagian sesama manusi memang harus saling bantu," kata Azzam.
"Kalian terlalu baik, jangan sampai kebaikan kalian dimanfaatkan oleh wanita tidak jelas itu. Mama tidak mau kalian terlalu baik!"
"Daripada bertengkar, mending Khanza mempersiapkan barang-barang yang akan di bawa mondok." Khanza berdiri menuju kamarnya. Ia tidak mau terus mendengar ucapan sang nenek yang terus melarang mereka berbuat baik.
"Kamu benar, nanti sore kita berangkat ke kota B. Ayah juga mau mengerjakan tugas dulu," ujar Azzam yang juga beranjak berdiri.
"Kalian semua selalu saja menghindar. Naufal, kamu jangan ngikutin jejak mereka ya. Kamu harus nurut apa kata Nenek."
"Assalamualaikum," ucap seseorang. Fatimah menoleh.
"Waalaikumsalam." Namun ia mengerutkan keningnya ketika Azzura dan Azriel datang tidak berdua, melainkan bertiga.
"Ngapain kalian membawa dia kesini? Ini rumah bukan tempat penampungan orang, ya. Suruh saja dia pergi dari sini!" Fatimah berdiri tidak suka Naura ada di sana.
Naura di paksa ikut ke rumah Azzam dengan alasan berangkat bareng bersama Khanza yang juga akan mondok juga. Naura menunduk menyembunyikan tubuhnya di balik Azzura.
"Mah, Naura mau mondok juga. Dia akan tinggal di kota B. Jadinya Azzura bawa dia kesini, sekalian mau berangkat bareng." Azzura menggenggam tangan Naura, ia membawa Naura masuk.
"Lagi dan lagi kalian berbuat sesuatu tanpa izin dari mama. Selalu saja begini."
"Nek, ini hanya sebentar kok. Nanti sore kita berangkat nganterin Khanza dan sekalian Naura ikut bareng kita. Hanya sebentar saja istirahat di sini," sahut Azriel.
"Terserah kalian saja lah, percuma bicara sama kalian kalau omonganku tidak di dengar." Fatimah menggerutu kesal, ia memilih masuk ke tempat nonton TV.
"Ayo masuk! Tidak usah takut, beliau memang seperti itu, tapi hatinya memang baik ko. Sekarang kamu istirahat dulu di kamar. Nanti kita berangkat bareng." Azzura membawa Naura masuk ke dalam rumah.
"Bunda, aku masuk dulu." Azriel juga berpamitan menuju kamarnya. Ia ingin istirahat sampai nanti sore. Mumpung ada waktu tiga jam lagi, jadinya Azriel memilih istirahat dulu.
"Iya."
*****
Kamar tamu.
Naura memperhatikan sekeliling tempat. Kamar tamu yang terlihat rapi dan juga wangi.
"Kamu istirahat dulu di sini, ya."
"Hmmm Tante, sebelum terima kasih sudah mau membantuku. Aku tidak tahu bagaimana caranya membalas setiap kebaikan tante dan keluarga. Maaf gara-gara aku juga Tante dan yang lainnya bertengkar dengan tante Fatimah." Naura merasa bersalah. Ia hanya orang baru, tapi sudah membuat keluarga ini berjasa padanya dan juga sudah membuat mereka adu mulut karenanya.
"Sama-sama, Nau. Kamu tidak perlu melakukan apapun selain belajar dengan giat. Kamu tidak perlu memikirkan balas Budi pada kami, tapi balaslah dengan menjadi wanita muslimah yang baik. Kamu juga tidak usah memikirkan ucapan mama Fatimah, yang penting niat kamu untuk berubah menjadi jalan menuju Ridhonya."
"Kenapa Tante baik banget?" Naura terharu.
"Karena semua orang dimata Allah sama. Kita harus berbuat baik sama orang sekalipun orang itu berbuat jahat. Agama kita mengajarkan untuk selalu berbuat kebaikan. Hmm ya sudah, Tante tinggal dulu, ya. Selamat istirahat." Azzura tersenyum hingga matanya terlihat menyipit di balik cadar.
"Sekali lagi makasih, Tante."
"Sama-sama, nanti Tante kesini lagi." Azzura pun meninggalkan Naura sendirian dan membiarkan Naura beristirahat.
Naura kembali memperhatikan ruangan tersebut. Ia menghela nafas berat. "Mudah-mudahan ini adalah awal yang baik untuk aku kedepannya. Bismillah semoga aku bisa menjadi wanita yang jauh lebih baik lagi."
*****
Kamar Azzura.
Ceklek.
Azzura masuk dan ia melihat suaminya tengah berkutat dengan kegiatannya. Azzam sedang memangku laptop sambil duduk di atas kasur.
"Mas," panggi Azzura sambil melangkah mendekati suaminya. Lalu ia ikut duduk di samping Azzam.
"Iya sayang," jawab Azzam memberhentikan dulu kegiatannya.
"Baju-baju aku yang kekecilan akan aku kasih ke Naura, apa boleh? Dia ingin ikut mondok."
"Masyallah, dia mau berubah?" Azzura mengangguk.
"Tentu boleh. Daripada pakaian kamu yang tidak di pakai mubazir, mending kamu kasih aja. Itu lebih bermanfaat untuk Naura. Tentu aku tidak akan keberatan, justru aku mendukung kamu selama apa yang kamu lakukan adalah hal baik."
Azzura tersenyum, lalu ia berdiri. "Kalau gitu aku pisahkan dulu pakaian yang tidak aku gunakan." Azzura melepaskan dulu cadarnya, kemudian berjalan menuju lemari tempat baju-baju yang sudah tidak terpakai atau sudah kekecilan di tubuhnya. Kenapa ia tidak memberikannya pada Khanza, karena putrinya sudah banyak bajunya. Tadinya baju yang tidak di gunakan mau ia sumbangkan, tapi melihat Naura yang tidak memiliki baju muslim membuat Azzura berinisiatif memberikan baju yang tidak terpakai.
*****
Tok .. tok ...
Naura yang mendengar suara ketukan pintu beranjak berjalan. Kemudian ia membuka pintunya, namun Naura mengerutkan keningnya menatap wajah Azzura
"Tante siapa." Naura tidak mengenalinya, yang ia tahu mamanya Azriel bercadar.
"Apa Tante mengganggu kamu?"
"Tidak, Tante. Jadi Tante ini?"
"Mamanya Azriel. Boleh masuk?"
"Tentu saja boleh, ini kan rumah Tante." Naura baru tahu, ia terkagum-kagum melihat wajah cantik Azzura.
Azzura tersenyum sambil melangkah. Ia menyimpan setumpuk pakaian ke atas kasur.
"Ini ada baju ganti yang akan kamu kenakan. Maaf tidak sebagus baju-baju di toko. Ada yang masih baru ada juga yang kekecilan di badan Tante."
"Tante ini semua sangat bagus." Naura menatap baju-bajunya yang ia nilai sangat bagus.
Azzura tersenyum. "Kalau kamu mau, kamu bisa kenakan gamis. Nanti sore kita berangkat ke kota B."
"Tapi Tante, Naura tidak bisa memakai jilbab. Apa boleh Naura belajar dari Tante? Dan apa boleh Naura mencoba salah satu bajunya?"
"Tentu saja boleh. Silahkan!"
Naura nampak tersenyum, ia pun memilih salah satu baju yang ada di atas kasur. Kemudian berlari ke kamar mandi dan mencobanya.
Azzura menunggu Naura. Hingga orang yang ia tunggu ke luar.
"Tante, bagaimana?" Azzura menengok, ia memperhatikannya.
"Cantik sekali." Azzura menatap Naura dengan tatapan kagum karena baju yang di kenakan Naura terlihat sangat cocok di tubuh mungilnya.
"Tante serius?"
"Serius, Nau. Kamu sangat cantik. Sekarang tinggal mengenakan hijab. Mari Tante bantu."
Naura mengangguk. Ia pun duduk di tepi ranjang sedangkan Azzura mencari kerudung yang pas dengan bajunya. Lalu Azzura membantu Naura.
Lagi-lagi Azzura begitu terpesona oleh kecantikan Naura yang terlihat lebih menonjol. "Cantiknya. Ini sangat cocok di pakai oleh kamu."
"Bunda, apa Bunda melihat ..." perkataan Azriel terhenti ketika ia menatap wajah seseorang.
"Masyallah! Cantiknya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments