Bab 6 - Bingung

"Kamu banyak berubah Naura. Kamu tidak lagi sopan terhadap orangtua, apa ini yang kamu dapatkan dari pergaulan bebas mu itu? Apa ini pelajaran yang kamu dapatkan dari sekolahmu? Ibu menyekolahkanmu hingga lulus menengah pertama dengan harapan kamu bisa menjadi orang pintar dan sopan terhadap orang lain, termasuk kepada orang yang lebih tua daripada kamu. Dengan harapan mengerti mana yang baik dan mana yang tidak. Dengan harapan kamu tidak mengikuti jejak ibu ke dunia penuh dosa, tapi apa? Kamu mengecewakan Ibu, Naura. Kamu tidak mendengarkan nasehat Ibu dan sekarang kamu malah mencoba merayu suami ibumu sendiri? Ibu benar-benar kecewa."

"Apa segini kepercayaan Ibu kepadaku? Apa ucapan aku tidak meyakinkan sampai Ibu tidak percaya padaku dan lebih percaya kepada pria gila pendusta ini?" Naura lebih kecewa. Seorang ibu yang ia harapkan perlindungannya justru kini malah menunjukkan ketidaksukaannya hanya karena seorang pria baru. Seorang Ibu yang harusnya melindungi putrinya, tapi tidak dengan Naura yang justru memojokkan dirinya.

"Ibu tidak percaya Karena semua bukti begitu jelas terlihat."

"Bukti apa, Bu? Bukti Apa yang membuat Ibu sangat yakin kalau aku ini salah dan dia benar? Bukti yang hanya Ibu lihat menurut pandangan dia saja, bukti yang Ibu dengar hanya lewat ucapan dia saja, bukti yang jelas-jelas tidak Ibu lihat oleh kepala mata Ibu sendiri, dan bukti yang sama sekali tidak akurat tapi Ibu lebih mempercayainya," balas Naura memandang kecewa pada wanita yang sudah melahirkannya dan membesarkannya selama delapan belas tahun.

"Sangat jelas buktinya, kamu pulang malam, mabuk-mabukan kayak gini, baju minim banget, keadaan kamu yang terlihat kacau, apa namanya kalau kamu sudah melakukan hal tidak benar di luaran sana." Farida masih saja tidak mempercayai putrinya.

"Jadi Ibu tidak mempercayai ku? Jika aku menyuruh Ibu memilih diantara Naura dan Om Bara, siapa yang akan Ibu pilih?" Pada akhirnya Naura harus melakukan ini demi mengetahui perasaan ibunya seperti apa. Akankah harapan Naura menjadi kenyataan? Atau berujung kekecewaan.

Farida terdiam, ia sulit menentukan pilihan di antara keduanya. Jika memilih Naura, itu artinya dia harus siap kehilangan Bara. Namun Jika dia memilih Bara, maka Naura akan merasakan sakit hati atas keputusannya.

"Sayang, lebih baik kamu memilih Naura saja. Dia anak kamu sedangkan aku ini hanya orang lain. Benar kata Naura, aku hanya pria tua yang datang ke kehidupan kalian dan mengacaukan semuanya. Jika kamu tidak percaya padaku aku ikhlas karena memang Naura adalah putrimu. Sekalipun aku berkata jujur tentang Naura, Kamu pastinya tidak akan percaya padaku." Bara menunjukan wajah kecewa yang terbalut kesedihan. Ia ingin melihat Farida akan berpihak kepada siapa, dia atau Naura?

"Tidak, aku lebih percaya padamu daripada Naura."

Deg.

Jantung Naura seakan di tusuk seribu jarum. Sakit, itulah yang ia rasakan ketika ibunya tidak percaya padanya.

"Jadi Ibu lebih percaya pada dia dan memilih hidup dengannya. Baiklah, kalau begitu aku yang pergi dari rumah ini." Naura tidak ingin tinggal di sana lagi bersama pria yang sudah melecehkannya. Ia tidak mau hidup diantara orang munafik seperti Bara.

Naura beranjak ke kamarnya, mengemasi setiap barang yang ia miliki ke dalam tas besar.

Farida sendiri diam tidak bergerak dengan pikiran yang tidak menentu. Bukannya mencegah putrinya pergi dari sana, Farida justru bengong dengan hati yang terluka. Kecewa atas kelakuan sang putri yang di luar kendali.

"Farida, apa yang kamu lakukan? Naura itu anakmu dan kamu ingin membiarkan dia pergi begitu saja dari sini? Kamu itu ibunya, tidak seharusnya kamu membiarkan dia pergi." Bara seolah menunjukan rasa empatinya, tapi dalam hatinya sangat senang Naura keluar dari rumah.

Farida masih dia mematung tidak banyak bergerak. Naura keluar kamar dengan membawa satu tas besar berisi pakaian.

Gadis cantik berwajah bulat itu menatap intens wajah ibunya yang tidak sedikitpun peduli padanya ataupun mau menoleh padanya.

"Farida, hentikan langkah Naura. Jangan kau usir dia dari sini!"

"Tidak perlu Om berusaha menghentikan ku, aku tidak akan percaya oleh mulut busuk mu!"

"Pergilah dari sini Naura! Ibu tidak mau kamu mendekati suamiku." Farida beranjak ke kamarnya. Hatinya tidak ingin membiarkan Sang Putri pergi dari sana, tapi perkataan barat terus terngiang-ngiang di telinganya hingga menyebabkan dia tidak mempercayai Sang Putri.

"Baik, aku akan pergi. Jika suatu hari Ibu tahu yang sebenarnya jangan pernah mencariku!" Dan Naura pun keluar dari rumah dengan langkah lesu.

Bara tersenyum menyeringai. "Saya berhasil membuat Naura keluar dari rumah ini. Ini adalah kesempatanku untuk mendekati naura tanpa harus bersembunyi lagi."

*****

Kebingungan melanda diri Naura. Ia bingung akan pergi ke mana di malam hari begini. Semua orang sudah tidur, tempat pun terasa sepi meskipun ada beberapa orang yang tengah beraktivitas di malam hari. Namun, bagi Naura rasanya terasa hampa.

"Aku tidak percaya kalau ibu akan memilih pria itu dibandingkan aku. Ibu Aku malah lebih membiarkan aku yang pergi daripada dia. Kenapa Ibu tega padaku?" di setiap langkahnya, Naura berdoa kepada Tuhan supaya sebuah kebenaran ditunjukkan kepada ibunya.

Rintik hujan perlahan membasahi bumi seiring turunnya air mata yang juga membasahi pipi. Tangis kecewa ketika orang yang ia harapkan mampu melindunginya begitu saja tidak peduli. Bagi setiap ibu, anak adalah pelita, penerangnya dan harta yang paling berharga. Akan ibu lakukan demi sang buah hati, tapi Naura seakan tidak mendapatkan perlakuan istimewa Itu.

Tubuh basah kuyup oleh air hujan, terduduk lesu seakan tidak mampu melanjutkan langkahnya lagi. Isak tangis semakin kencang seiring petir menyambar.

"Aakhhhh Tuhan ... Kenapa ini terjadi padaku? Apa aku tidak pantas mendapatkan kebahagiaan? Apa karena Aku wanita pendosa dan terlahir dari rahim wanita pendosa sehingga kau memberikanku cobaan begini? Sekali saja beri aku kesempatan untuk membuktikan jika aku benar, tapi kau tidak membiarkan aku menang. Aku membencimu Tuhan, aku tidak percaya kau ada. Jika kau ada, kau pasti akan adil padaku. Kenapa?" jerit Naura menyalakan Tuhan atas segala sesuatu yang menimpanya.

Terlahir di lingkungan para pendosa membuat Naura jauh dari Tuhannya dan tidak mengenali siapa Tuhannya. Pergaulan bebas yang sering ia temukan membuat Naura melakukan satu hal, bahagia dengan caranya sendiri tanpa peduli haram dan halal suatu tindakan.

Terpopuler

Comments

Sri Puryani

Sri Puryani

klo bingung dtglah ke panti asuhan/ yayasan naura

2024-11-07

0

Chintiya Mins

Chintiya Mins

setelah baca ini saya harap kan baca syahadat ya.... masa gak sadar sih kalo kalian udah bilang benci Tuhan? cumak mengingatkan doang🙏🏻🙏🏻🙏🏻

2023-07-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Prolog
2 Bab 2 - Melarikan Diri
3 Bab 3 - Terima kasih
4 Bab 4 - Mengadu
5 Bab 5 - Dimarahi
6 Bab 6 - Bingung
7 Bab 7 - Mencari pekerjaan
8 Bab 8 - Sebuah Tawaran
9 Bab 9 - Terpaksa Menerima
10 Bab 10 - Mobil Bergoyang
11 Bab 11 - Menyesal
12 Bab 12 - Jebakan
13 Bab 13 - Membantu
14 Bab 14 - Membantu Part 2
15 Bab 15 - Mencari
16 Bab 16
17 Bab 17 - Ingin berubah
18 Bab 18 - Ajakan Azzura
19 Bab 19 - Persiapan
20 Bab 20
21 Bab 21 - Penjara Suci
22 Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23 Bab 23 - Suasana Baru
24 Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25 Bab 25
26 Bab 26 - Mengatur
27 Bab 27 - Masak sambil Belajar
28 Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29 Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30 Bab 30 - Menghindari
31 Bab 31 - Sebuah Peringatan
32 Bab 32 - Curhatan Naura
33 Bab 33 - Kabar Baik
34 Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35 Bab 35 - Kembali Mondok
36 Bab 36 - Mengintip
37 Bab 37 - Salah Paham
38 Bab 38 - Sebuah Fitnah
39 Bab 39 - Hukuman
40 Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41 Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42 Bab 42 - Aku akan berjuang
43 Bab 43 - Kabar mengejutkan
44 Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45 Bab 45 - Panik
46 Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47 Bab 47 - Kabar Duka
48 Bab 48 - Sebuah Permintaan
49 Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50 Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51 Bab 51
52 Bab 52 - Siapa yang menikah?
53 Bab 53 - Terluka luar dalam
54 Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55 Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56 Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57 Bab 57 - Idenya Fatimah
58 Bab 58 - Dia?!
59 Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60 Bab 60 - Lontaran Hinaan
61 Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62 Bab 62 - Terkejut
63 Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64 Bab 64 - Permintaan maaf
65 Bab 65 - Rencana Fatimah
66 Bab 66 - Kedatangan Azriel
67 Bab 67 - Tekad Azriel
68 Bab 68 - Halal secara agama dulu
69 Bab 69 - Pernikahan dadakan
70 Bab 70 - Aku tidak mau!
71 Bab 71 - Pengantin Pengganti
72 Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73 Bab 72 - Nyaman
74 Bab 73 - Di balik cerita
75 Bab 74 - Ternyata kamu ...
76 Bab 75 - Perasaan Revan
77 Bab 76 - Pembicaraan pria
78 Bab 77 - Halusinasi
79 Bab 78 - Bukti Nyata
80 Bab 79 - Berbicara
81 Bab 80 - Sean
82 Bab 81 - Masa lalu Aditya
83 Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 - Prolog
2
Bab 2 - Melarikan Diri
3
Bab 3 - Terima kasih
4
Bab 4 - Mengadu
5
Bab 5 - Dimarahi
6
Bab 6 - Bingung
7
Bab 7 - Mencari pekerjaan
8
Bab 8 - Sebuah Tawaran
9
Bab 9 - Terpaksa Menerima
10
Bab 10 - Mobil Bergoyang
11
Bab 11 - Menyesal
12
Bab 12 - Jebakan
13
Bab 13 - Membantu
14
Bab 14 - Membantu Part 2
15
Bab 15 - Mencari
16
Bab 16
17
Bab 17 - Ingin berubah
18
Bab 18 - Ajakan Azzura
19
Bab 19 - Persiapan
20
Bab 20
21
Bab 21 - Penjara Suci
22
Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23
Bab 23 - Suasana Baru
24
Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25
Bab 25
26
Bab 26 - Mengatur
27
Bab 27 - Masak sambil Belajar
28
Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29
Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30
Bab 30 - Menghindari
31
Bab 31 - Sebuah Peringatan
32
Bab 32 - Curhatan Naura
33
Bab 33 - Kabar Baik
34
Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35
Bab 35 - Kembali Mondok
36
Bab 36 - Mengintip
37
Bab 37 - Salah Paham
38
Bab 38 - Sebuah Fitnah
39
Bab 39 - Hukuman
40
Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41
Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42
Bab 42 - Aku akan berjuang
43
Bab 43 - Kabar mengejutkan
44
Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45
Bab 45 - Panik
46
Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47
Bab 47 - Kabar Duka
48
Bab 48 - Sebuah Permintaan
49
Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50
Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51
Bab 51
52
Bab 52 - Siapa yang menikah?
53
Bab 53 - Terluka luar dalam
54
Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55
Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56
Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57
Bab 57 - Idenya Fatimah
58
Bab 58 - Dia?!
59
Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60
Bab 60 - Lontaran Hinaan
61
Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62
Bab 62 - Terkejut
63
Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64
Bab 64 - Permintaan maaf
65
Bab 65 - Rencana Fatimah
66
Bab 66 - Kedatangan Azriel
67
Bab 67 - Tekad Azriel
68
Bab 68 - Halal secara agama dulu
69
Bab 69 - Pernikahan dadakan
70
Bab 70 - Aku tidak mau!
71
Bab 71 - Pengantin Pengganti
72
Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73
Bab 72 - Nyaman
74
Bab 73 - Di balik cerita
75
Bab 74 - Ternyata kamu ...
76
Bab 75 - Perasaan Revan
77
Bab 76 - Pembicaraan pria
78
Bab 77 - Halusinasi
79
Bab 78 - Bukti Nyata
80
Bab 79 - Berbicara
81
Bab 80 - Sean
82
Bab 81 - Masa lalu Aditya
83
Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!