"Kamu banyak berubah Naura. Kamu tidak lagi sopan terhadap orangtua, apa ini yang kamu dapatkan dari pergaulan bebas mu itu? Apa ini pelajaran yang kamu dapatkan dari sekolahmu? Ibu menyekolahkanmu hingga lulus menengah pertama dengan harapan kamu bisa menjadi orang pintar dan sopan terhadap orang lain, termasuk kepada orang yang lebih tua daripada kamu. Dengan harapan mengerti mana yang baik dan mana yang tidak. Dengan harapan kamu tidak mengikuti jejak ibu ke dunia penuh dosa, tapi apa? Kamu mengecewakan Ibu, Naura. Kamu tidak mendengarkan nasehat Ibu dan sekarang kamu malah mencoba merayu suami ibumu sendiri? Ibu benar-benar kecewa."
"Apa segini kepercayaan Ibu kepadaku? Apa ucapan aku tidak meyakinkan sampai Ibu tidak percaya padaku dan lebih percaya kepada pria gila pendusta ini?" Naura lebih kecewa. Seorang ibu yang ia harapkan perlindungannya justru kini malah menunjukkan ketidaksukaannya hanya karena seorang pria baru. Seorang Ibu yang harusnya melindungi putrinya, tapi tidak dengan Naura yang justru memojokkan dirinya.
"Ibu tidak percaya Karena semua bukti begitu jelas terlihat."
"Bukti apa, Bu? Bukti Apa yang membuat Ibu sangat yakin kalau aku ini salah dan dia benar? Bukti yang hanya Ibu lihat menurut pandangan dia saja, bukti yang Ibu dengar hanya lewat ucapan dia saja, bukti yang jelas-jelas tidak Ibu lihat oleh kepala mata Ibu sendiri, dan bukti yang sama sekali tidak akurat tapi Ibu lebih mempercayainya," balas Naura memandang kecewa pada wanita yang sudah melahirkannya dan membesarkannya selama delapan belas tahun.
"Sangat jelas buktinya, kamu pulang malam, mabuk-mabukan kayak gini, baju minim banget, keadaan kamu yang terlihat kacau, apa namanya kalau kamu sudah melakukan hal tidak benar di luaran sana." Farida masih saja tidak mempercayai putrinya.
"Jadi Ibu tidak mempercayai ku? Jika aku menyuruh Ibu memilih diantara Naura dan Om Bara, siapa yang akan Ibu pilih?" Pada akhirnya Naura harus melakukan ini demi mengetahui perasaan ibunya seperti apa. Akankah harapan Naura menjadi kenyataan? Atau berujung kekecewaan.
Farida terdiam, ia sulit menentukan pilihan di antara keduanya. Jika memilih Naura, itu artinya dia harus siap kehilangan Bara. Namun Jika dia memilih Bara, maka Naura akan merasakan sakit hati atas keputusannya.
"Sayang, lebih baik kamu memilih Naura saja. Dia anak kamu sedangkan aku ini hanya orang lain. Benar kata Naura, aku hanya pria tua yang datang ke kehidupan kalian dan mengacaukan semuanya. Jika kamu tidak percaya padaku aku ikhlas karena memang Naura adalah putrimu. Sekalipun aku berkata jujur tentang Naura, Kamu pastinya tidak akan percaya padaku." Bara menunjukan wajah kecewa yang terbalut kesedihan. Ia ingin melihat Farida akan berpihak kepada siapa, dia atau Naura?
"Tidak, aku lebih percaya padamu daripada Naura."
Deg.
Jantung Naura seakan di tusuk seribu jarum. Sakit, itulah yang ia rasakan ketika ibunya tidak percaya padanya.
"Jadi Ibu lebih percaya pada dia dan memilih hidup dengannya. Baiklah, kalau begitu aku yang pergi dari rumah ini." Naura tidak ingin tinggal di sana lagi bersama pria yang sudah melecehkannya. Ia tidak mau hidup diantara orang munafik seperti Bara.
Naura beranjak ke kamarnya, mengemasi setiap barang yang ia miliki ke dalam tas besar.
Farida sendiri diam tidak bergerak dengan pikiran yang tidak menentu. Bukannya mencegah putrinya pergi dari sana, Farida justru bengong dengan hati yang terluka. Kecewa atas kelakuan sang putri yang di luar kendali.
"Farida, apa yang kamu lakukan? Naura itu anakmu dan kamu ingin membiarkan dia pergi begitu saja dari sini? Kamu itu ibunya, tidak seharusnya kamu membiarkan dia pergi." Bara seolah menunjukan rasa empatinya, tapi dalam hatinya sangat senang Naura keluar dari rumah.
Farida masih dia mematung tidak banyak bergerak. Naura keluar kamar dengan membawa satu tas besar berisi pakaian.
Gadis cantik berwajah bulat itu menatap intens wajah ibunya yang tidak sedikitpun peduli padanya ataupun mau menoleh padanya.
"Farida, hentikan langkah Naura. Jangan kau usir dia dari sini!"
"Tidak perlu Om berusaha menghentikan ku, aku tidak akan percaya oleh mulut busuk mu!"
"Pergilah dari sini Naura! Ibu tidak mau kamu mendekati suamiku." Farida beranjak ke kamarnya. Hatinya tidak ingin membiarkan Sang Putri pergi dari sana, tapi perkataan barat terus terngiang-ngiang di telinganya hingga menyebabkan dia tidak mempercayai Sang Putri.
"Baik, aku akan pergi. Jika suatu hari Ibu tahu yang sebenarnya jangan pernah mencariku!" Dan Naura pun keluar dari rumah dengan langkah lesu.
Bara tersenyum menyeringai. "Saya berhasil membuat Naura keluar dari rumah ini. Ini adalah kesempatanku untuk mendekati naura tanpa harus bersembunyi lagi."
*****
Kebingungan melanda diri Naura. Ia bingung akan pergi ke mana di malam hari begini. Semua orang sudah tidur, tempat pun terasa sepi meskipun ada beberapa orang yang tengah beraktivitas di malam hari. Namun, bagi Naura rasanya terasa hampa.
"Aku tidak percaya kalau ibu akan memilih pria itu dibandingkan aku. Ibu Aku malah lebih membiarkan aku yang pergi daripada dia. Kenapa Ibu tega padaku?" di setiap langkahnya, Naura berdoa kepada Tuhan supaya sebuah kebenaran ditunjukkan kepada ibunya.
Rintik hujan perlahan membasahi bumi seiring turunnya air mata yang juga membasahi pipi. Tangis kecewa ketika orang yang ia harapkan mampu melindunginya begitu saja tidak peduli. Bagi setiap ibu, anak adalah pelita, penerangnya dan harta yang paling berharga. Akan ibu lakukan demi sang buah hati, tapi Naura seakan tidak mendapatkan perlakuan istimewa Itu.
Tubuh basah kuyup oleh air hujan, terduduk lesu seakan tidak mampu melanjutkan langkahnya lagi. Isak tangis semakin kencang seiring petir menyambar.
"Aakhhhh Tuhan ... Kenapa ini terjadi padaku? Apa aku tidak pantas mendapatkan kebahagiaan? Apa karena Aku wanita pendosa dan terlahir dari rahim wanita pendosa sehingga kau memberikanku cobaan begini? Sekali saja beri aku kesempatan untuk membuktikan jika aku benar, tapi kau tidak membiarkan aku menang. Aku membencimu Tuhan, aku tidak percaya kau ada. Jika kau ada, kau pasti akan adil padaku. Kenapa?" jerit Naura menyalakan Tuhan atas segala sesuatu yang menimpanya.
Terlahir di lingkungan para pendosa membuat Naura jauh dari Tuhannya dan tidak mengenali siapa Tuhannya. Pergaulan bebas yang sering ia temukan membuat Naura melakukan satu hal, bahagia dengan caranya sendiri tanpa peduli haram dan halal suatu tindakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Sri Puryani
klo bingung dtglah ke panti asuhan/ yayasan naura
2024-11-07
0
Chintiya Mins
setelah baca ini saya harap kan baca syahadat ya.... masa gak sadar sih kalo kalian udah bilang benci Tuhan? cumak mengingatkan doang🙏🏻🙏🏻🙏🏻
2023-07-04
1