Bab 13 - Membantu

"Kakak kita pulang yuk, Khanza sudah bosan mainnya. Pasti Bunda, Ayah dan Naufal juga udah pulang ke rumah." Khanza merengek pada kakaknya, ia sudah puas jalan-jalan menikmati kebersamaan bersama keluarganya.

Mereka semua selalu melakukan liburan bareng keluarga selama Azriel dan Khanza masuk pondok. Jadinya mereka lebih banyak menikmati waktu di luar rumah.

Azriel melihat jam tangannya. "Ternyata sudah jam setengah sembilan malam. Ya sudah, sekarang kita pulang, tapi kamu yakin tidak mau beli apapun lagi? Mumpung masih ada di mall."

"Khanza mau pulang aja, mau tidur." Sudah terbiasa tidur jam delapan atau sembilan malam, membuat Khanza ngantuk. Jarang ke luar rumah di malam hari membuat Khanza selalu tidak betah berlama-lama di luar.

"Baiklah, kita pulang sekarang."

Keduanya pun pulang menggunakan mobil yang berbeda dengan orangtuanya. Jalanan pulang terasa sepi tanpa adanya kendaraan berlalu lalang di jalan. Azriel memang sengaja melewati jalan sepi karena ingin memotong jalan supaya lebih cepat sampai rumah.

"Kak, kalau kakak udah pulang dari Kairo apa kakak akan langsung menikah?"

"Kenapa kamu bertanya seperti itu?"

"Siapa tahu aja Nenek sudah punya calon buat kakak. Tapi Khanza ingin kakak nikah dengan wanita yang kakak cintai dan tentunya sangat baik."

"Kamu ini bicara apa sih! Kamu baru saja lulus kelas sembilan tapi pikiran kamu sudah ke hal dewasa, kakak saja belum memiliki pikiran ke arah sana, Khanza."

"Ya ini hanya keinginan Khanza saja, Kak. Kata teman-teman kalau nikah paksa itu tidaklah baik dan akan menyakiti perasaan kakak dan juga wanitanya. Jadi aku sebagai adik tentu tidak akan membiarkan Kakak bersedih. Jadi kalau Kakak punya wanita yang di cintai nikahi saja ya."

"Bagaimana kalau wanitanya bukan wanita baik-baik? Misal suka mabuk, atau nakal? Emangnya kamu mau punya kakak ipar seperti itu?"

"Kak, setiap manusia berhak memiliki kesempatan kedua. Jika dia mau berubah di jalan Allah mengapa tidak? Aku sih setuju aja karena manusia tidak ada yang sempurna."

"Kamu masih kecil sudah memiliki pikiran dewasa. Kita tidak tahu jodoh kita itu siapa. Biar Allah yang menentukannya."

"Iya sih." Dan keheningan terjadi di dalam mobil.

"Ada apa di depan? Kenapa banyak orang berkerumun?" ujar Azriel melihat banyak orang di sana.

"Aku juga heran, tapi sepertinya ada kecelakaan, Kak."

"Berhenti!" pekik seseorang menghalangi mobil Azriel yang ingin melewatinya.

"Astaghfirullah! Mereka nekat sekali."

Tok.. tok .. tok ..

Orang itu mengetuk kaca mobil Azriel.

"Kak sepertinya mereka mau meminta bantuan."

"Kakak tidak tahu, Dek." Lalu Azriel membuka pintu kacanya.

"Ada apa pak?" tanya Azriel pada pria yang mengetuk kaca mobil.

"Nak tolong bantu korban kecelakaan itu. Di sini tidak ada mobil yang lewat, ambulance pun belum datang juga," kata warga.

"Jadi benar ada kecelakaan?"

"Iya, Nak. Korbannya ada dua. Si pria meninggal di tempat, dan ada satu lagi dalam keadaan lemah. Kami butuh cepat bantuan orang. Bisa bantu kamu."

"Baik, Pak. Silahkan." Azriel tidak akan mungkin membiarkan orang yang sedang membutuhkan bantuan. Sebisa mungkin dirinya akan membantu.

"Kak."

"Kita bantu mereka dulu ya, tidak apa-apa kan?"

"Tidak apa-apa, Kak. Ini menyangkut nyawa orang yang memang butuh bantuan kita." Khanza yang tadinya ingin cepat-cepat pulang menjadi tidak ingin dan lebih memilih membantu orang.

Lalu Azriel turun. Ia bisa melihat seorang wanita berlumuran darah di area kepalanya. Samar-samar Azriel mulai mengingat siapa wanita itu. "Dia ..."

"Cepat buka pintu mobilnya! Nyawa dia dalam bahaya. Denyut nadinya lemah!" ucap seseorang yang membopong wanita itu.

Azriel segera membuka pintu yang ada di belakang. "Satu orang perempuan ikut saya ke rumah sakit," kata Azriel pada para warga.

"Saya saja yang ikut." Dan ibu itu masuk kemudian menjadikan pahanya sebagai bantal buat Naura. Ya, orang yang sedang Azriel tolong adalah Naura.

Kecelakaan yang di alami Naura mengakibatkan mobil yang di tumpanginya menabrak kendaraan lain dan dengan kencang menabrak pohon sampai tanpa di duga pohonnya roboh menimpa mobil. Pria yang membeli Naura terjebak dalam keadaan terjepit pohon dan Naura juga sama tertimpa rantingnya. Namun untungnya, tubuh Naura mudah di keluarkan dari dalam mobil.

*****

Rumah sakit.

Mobil Azriel telah sampai. Dia memarkirkan sembarangan saking tergesa dan korban ingin segera di tangani. Khanza pun ikut turun berlari memanggil tim medis.

"Suster ... dokter ... tolong ada korban kecelakaan!" Khanza berteriak panik dan suster yang mendengarnya pun segera mengambil brangkar.

Azriel membantu mengeluarkan Naura dari dalam mobil kemudian memindahkannya keatas brangkar.

"Cepat tangani dia! Dia terluka parah." Azriel pun sama halnya dengan Khanza yang juga merasa kepanikan yang luar biasa.

Ibu-ibu yang tadi ikut, Azriel, dan Khanza berlari mendorong brangkarnya sampai tiba di depan UGD.

"Maaf, kalian tunggu saja di sini!" suster melarang mereka masuk.

"Baik Suster," jawab Azriel.

Khanza duduk di bangku tunggu. Azriel menatap ibu-ibu yang membantunya.

"Bu, kenapa ini bisa terjadi?"

"Saya juga tidak tahu kejadian awalnya seperti apa. Cuman kebetulan saya sedang lewat dan mobil yang di kendarainya tidak terkendali sampai menabrak kendaraan lain dan menabrak pohon."

"Innalilahi," ucap Azriel dan Khanza bersamaan.

"Apa ibu tahu siapa mereka?"

"Saya tidak tahu, tapi saya dan yang lainnya sempat mendengar gadis itu bicara. Katanya, tolong saya, saya mau di jual orang. Namun setelah bicara begitu dia pingsan."

"Ya Allah, di jual! Maksudnya di jual gimana?" Azriel tidak percaya ada orang yang mau menjual orang.

"Saya juga tidak tahu, nak."

"Mungkin kakak itu mau di jual sama orang lain, Kak. Bisa jadi dia tidak mau, jadinya dia dan mengemudi berantem sampai mobilnya kecelakaan," sahut Khanza menyimpulkan bahwa ada hal yang janggal dalam kecelakaan ini.

"Masuk akal juga. Oh iya, makasih sudah membantunya. Kalau begitu saya pamit dulu." Ibu-ibu itu berpamitan.

"Iya, Bu. silahkan, makasih atas bantuannya." Lalu ibu itu pun pergi dari sana meninggalkan Azriel dan Khanza.

"Kak."

"Iya."

"Sekarang kita harus apa?"

"Kakak juga tidak tahu, tapi kita tunggu dulu di sini sampai dokter keluar."

"Ya sudah, tapi kita hubungi Bunda dan ayah dulu."

"Kamu benar, takutnya mereka khawatir sama kita." Lalu Azriel mengambil ponselnya dari dalam saku dan menghubungi Bundanya.

******

Kediaman Azzam.

Azzura sedari tadi tidak tenang kedua anaknya belum juga pulang. "Mas, kenapa mereka belum juga sampai? Ini sudah jam sepuluh, Mas."

"Aku juga tidak tahu sayang, kita telpon mereka." Dan kebetulan ponsel Azzura berdering.

"Dari Azriel, Mas?"

"Coba kamu angkat." Azzura mengangguk lalu menggeser tombol warna hijaunya.

( "Assalamualaikum, Bunda." )

( "Waalaikumsalam, Azriel. Kamu sedang dimana, Nak? Kenapa belum pulang juga?" )

( "Bunda, kami sedang di rumah sakit" )

( "Apa!? Rumah sakit." )

Episodes
1 Bab 1 - Prolog
2 Bab 2 - Melarikan Diri
3 Bab 3 - Terima kasih
4 Bab 4 - Mengadu
5 Bab 5 - Dimarahi
6 Bab 6 - Bingung
7 Bab 7 - Mencari pekerjaan
8 Bab 8 - Sebuah Tawaran
9 Bab 9 - Terpaksa Menerima
10 Bab 10 - Mobil Bergoyang
11 Bab 11 - Menyesal
12 Bab 12 - Jebakan
13 Bab 13 - Membantu
14 Bab 14 - Membantu Part 2
15 Bab 15 - Mencari
16 Bab 16
17 Bab 17 - Ingin berubah
18 Bab 18 - Ajakan Azzura
19 Bab 19 - Persiapan
20 Bab 20
21 Bab 21 - Penjara Suci
22 Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23 Bab 23 - Suasana Baru
24 Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25 Bab 25
26 Bab 26 - Mengatur
27 Bab 27 - Masak sambil Belajar
28 Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29 Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30 Bab 30 - Menghindari
31 Bab 31 - Sebuah Peringatan
32 Bab 32 - Curhatan Naura
33 Bab 33 - Kabar Baik
34 Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35 Bab 35 - Kembali Mondok
36 Bab 36 - Mengintip
37 Bab 37 - Salah Paham
38 Bab 38 - Sebuah Fitnah
39 Bab 39 - Hukuman
40 Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41 Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42 Bab 42 - Aku akan berjuang
43 Bab 43 - Kabar mengejutkan
44 Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45 Bab 45 - Panik
46 Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47 Bab 47 - Kabar Duka
48 Bab 48 - Sebuah Permintaan
49 Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50 Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51 Bab 51
52 Bab 52 - Siapa yang menikah?
53 Bab 53 - Terluka luar dalam
54 Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55 Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56 Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57 Bab 57 - Idenya Fatimah
58 Bab 58 - Dia?!
59 Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60 Bab 60 - Lontaran Hinaan
61 Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62 Bab 62 - Terkejut
63 Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64 Bab 64 - Permintaan maaf
65 Bab 65 - Rencana Fatimah
66 Bab 66 - Kedatangan Azriel
67 Bab 67 - Tekad Azriel
68 Bab 68 - Halal secara agama dulu
69 Bab 69 - Pernikahan dadakan
70 Bab 70 - Aku tidak mau!
71 Bab 71 - Pengantin Pengganti
72 Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73 Bab 72 - Nyaman
74 Bab 73 - Di balik cerita
75 Bab 74 - Ternyata kamu ...
76 Bab 75 - Perasaan Revan
77 Bab 76 - Pembicaraan pria
78 Bab 77 - Halusinasi
79 Bab 78 - Bukti Nyata
80 Bab 79 - Berbicara
81 Bab 80 - Sean
82 Bab 81 - Masa lalu Aditya
83 Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 - Prolog
2
Bab 2 - Melarikan Diri
3
Bab 3 - Terima kasih
4
Bab 4 - Mengadu
5
Bab 5 - Dimarahi
6
Bab 6 - Bingung
7
Bab 7 - Mencari pekerjaan
8
Bab 8 - Sebuah Tawaran
9
Bab 9 - Terpaksa Menerima
10
Bab 10 - Mobil Bergoyang
11
Bab 11 - Menyesal
12
Bab 12 - Jebakan
13
Bab 13 - Membantu
14
Bab 14 - Membantu Part 2
15
Bab 15 - Mencari
16
Bab 16
17
Bab 17 - Ingin berubah
18
Bab 18 - Ajakan Azzura
19
Bab 19 - Persiapan
20
Bab 20
21
Bab 21 - Penjara Suci
22
Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23
Bab 23 - Suasana Baru
24
Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25
Bab 25
26
Bab 26 - Mengatur
27
Bab 27 - Masak sambil Belajar
28
Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29
Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30
Bab 30 - Menghindari
31
Bab 31 - Sebuah Peringatan
32
Bab 32 - Curhatan Naura
33
Bab 33 - Kabar Baik
34
Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35
Bab 35 - Kembali Mondok
36
Bab 36 - Mengintip
37
Bab 37 - Salah Paham
38
Bab 38 - Sebuah Fitnah
39
Bab 39 - Hukuman
40
Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41
Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42
Bab 42 - Aku akan berjuang
43
Bab 43 - Kabar mengejutkan
44
Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45
Bab 45 - Panik
46
Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47
Bab 47 - Kabar Duka
48
Bab 48 - Sebuah Permintaan
49
Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50
Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51
Bab 51
52
Bab 52 - Siapa yang menikah?
53
Bab 53 - Terluka luar dalam
54
Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55
Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56
Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57
Bab 57 - Idenya Fatimah
58
Bab 58 - Dia?!
59
Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60
Bab 60 - Lontaran Hinaan
61
Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62
Bab 62 - Terkejut
63
Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64
Bab 64 - Permintaan maaf
65
Bab 65 - Rencana Fatimah
66
Bab 66 - Kedatangan Azriel
67
Bab 67 - Tekad Azriel
68
Bab 68 - Halal secara agama dulu
69
Bab 69 - Pernikahan dadakan
70
Bab 70 - Aku tidak mau!
71
Bab 71 - Pengantin Pengganti
72
Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73
Bab 72 - Nyaman
74
Bab 73 - Di balik cerita
75
Bab 74 - Ternyata kamu ...
76
Bab 75 - Perasaan Revan
77
Bab 76 - Pembicaraan pria
78
Bab 77 - Halusinasi
79
Bab 78 - Bukti Nyata
80
Bab 79 - Berbicara
81
Bab 80 - Sean
82
Bab 81 - Masa lalu Aditya
83
Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!