Perkataan Fatimah seakan menusuk hatinya Naura. Ia yang terlahir tanpa sosok seorang ayah merasa tersentil dengan apa yang dikatakan mertuanya Azzura.
Fatimah membawa Khanza dan Naufal pulang. Dia memberikan peringatan kepada anak cucunya untuk tidak terlalu baik kepada orang yang tidak dikenal. Fatimah juga memperingati Naura supaya jangan terus bergantungan kepada keluarganya. Cercaan dari Fatimah terus saja terlontar meski Azzura dan Azzam mencoba memberikan pemahaman kepada ibunya. Namun Fatimah selalu bersikap semaunya dan masih bertindak sesuai keinginan. Tinggal Azzura dan Azriel saja yang ada di sana. Azzam sendiri lebih dulu ke kantor.
"Naura, saya minta maaf atas ucapannya mertua saya. Kamu jangan masukin dalam hati, ya." Azzura tidak enak hati pada Naura. Ia tahu pastinya sakit mendengar ucapan yang begitu pedas. Dia saja yang mendengarkan merasa sakit hati, apalagi Naura.
Naura yang sudah mengenakan pakaian biasa tersenyum. "Tidak apa-apa, Tante. Aku ngerti kok. Dan aku tidak merasa tersinggung atas ucapannya Tante Fatimah. Aku sadar karena memang itulah kenyataannya." Meskipun hatinya cukup sedih, tapi Naura sadar diri siapa dirinya. Sudah di urus oleh keluarga mereka saja ia udah bersyukur. Di saat tidak ada keluarga lain yang menemani, justru keluarga Azriel lah yang ada di sisinya.
"Perkataan nenek aku jangan masukin hati, ya. Beliau memang suka begitu, tapi sebenarnya nenek sangat baik sekali," kata Azriel yang juga sama-sama tidak enak hati.
"Tentu tidak sama sekali. Justru aku yang harusnya minta maaf kepada kalian semua karena sudah merepotkan kalian. Padahal aku bukanlah siapa-siapa kalian dan aku baru mengenal kalian, tapi kalian sudah begitu peduli padaku dan begitu ikhlas merawat ku. Jika bukan karena kalian, mungkin aku sendirian di sini dan bisa saja masih terbaring lemah tak sadarkan diri, atau bisa jadi aku tiada." Naura akui jika ia bersyukur di temukan oleh orang-orang baik hingga Iya belajar tentang sebuah keikhlasan dalam membantu sesama manusia. Tanpa pamrih mereka ikhlas merawat, membiayai, dan juga menjaga dirinya selama ia tidak sadarkan diri.
"Terus sekarang kamu mau kemana? Bukannya kamu tidak memiliki tempat tinggal? Lalu kamu akan pulang kemana jika orangtuamu sendiri sudah tidak ada di rumahnya?" ujar Azriel. Sebelum datang ke rumah sakit, Azriel dan ayahnya mencoba membantu Naura menemukan orangtuanya berbekal alamat yang Naura katakan. Mereka merasa kasihan melihat Naura termurung sedih tanpa adanya keluarga. Namun ketika toba di rumahnya, tidak ada satu pun orang yang tinggal di sana. ketika bertanya kepada tetangga pun, tidak ada yang tahu kemana ibunya Naura pergi.
Wajah Naura nampak burung yang tertunduk sedih dengan kebingungan yang sedang dirinya rasakan. "Aku tidak tahu ke mana lagi aku harus pulang? Aku juga bingung kenapa aku harus pergi. Di sisi lain, hanya ada ibuku yang aku miliki, tapi di sisi lain, Ibu sudah tidak mau lagi bertemu denganku." Entah ke mana ia harus pergi? Entah kemana ia harus meminta bantuan lagi? Entah kemana ia harus mencari kontrakan di saat dirinya sudah tidak memiliki apa-apa.
Azriel dan juga Azzura menatap satu sama lain. Keduanya merasa iba dan juga kasihan melihat seorang gadis terluntang-lantung tanpa arah tujuan.
"Bunda, apa tidak sebaiknya Bunda acak Naura ke tempatnya umi kulsum?" Azriel teringat wanita yang menjadi tempat persinggahan bundanya ketika hijrah.
"Tapi apa Naura mau?" ujar Azzura menatap Naura.
"Memangnya kenapa, Tante?"
"Tempat yang akan tampil rekomendasikan bukanlah sembarang tempat. Banyak orang yang sering menuntut ilmu di sana, banyak hal yang perlu kamu lakukan di luar dugaan yang kamu pikirkan, dan banyak pula santriawan dan santriawati yang sedang menuntut ilmu. Lebih tepatnya sebuah pondok suci yang sering disebut penjara suci," kata Azzura mendeskripsikan tempat yang dulu ia tinggali.
"Pondok pesantren?" Naura menatap Azzura dan ibu tiga anak itu mengangguk.
Naura terdiam dulu memikirkan tawarannya. "Tapi apa bisa wanita ini sepertiku masuk ke lingkungan yang suci bersih? Aku merasa tidak pantas, aku merasa bodoh dalam masalah agama, bahkan aku juga tidak mengenal Tuhanku."
"Nau, tidak ada kata terlambat untuk manusia yang ingin belajar. Belajar itu ditujukan kepada semua orang yang ingin bersungguh-sungguh belajar. Kamu yang sudah ada niatan ingin berubah Alhamdulillah luar biasa, dan pastinya Allah akan menuntun kamu ke jalan yang jauh lebih baik lagi. Kalau hati kamu berkeinginan untuk merubahnya, maka tidak ada hal yang mustahil. Semua manusia itu memiliki takaran dosa masing-masing, memiliki kesalahan masing-masing, tapi bagaimana caranya kita menghapus setiap dosa yang dimiliki kita, dan bahagia cara kita mengambil pelajaran dalam setiap kesalahan, itu adalah hal yang paling luar biasa. Mungkin dosa tidak mudah di hapus karena sesungguhnya manusia tempatnya khilaf dan dosa, namun jika manusia itu bersungguh-sungguh dalam bertaubat dan tidak akan mengulanginya lagi, maka niscaya Allah akan mengampuninya. Jadi, kamu tidak perlu merasa diri kamu tidak pantas karena Allah tidak butuh itu. Allah hanya ingin hambanya yang bertaubat nasuha maka niscaya surga adalah janinnya," kata Azriel panjang lebar memberikan
"Iya Nau, Allah itu maha pengampun, maha penyayang, dan maha segalanya. Kalau kamu mau, Tante bisa mengajak kamu kesana dan tinggal disana sembari menuntut ilmu."
Naura memikirkan perkataan mereka. Dia yang memang ada keinginan untuk berubah mulai tertarik pada hal yang berbau islami. Dia yang tidak mengenal Tuhannya ada keinginan untuk dekat dengannya.
"Naura mau, Tante." Setelah mempertimbangkan segalanya, setelah ia melihat bagaimana keluarga Azriel begitu baik dan taat dalam beribadah, sebagai ia sering mendengar lantunan ayat suci membuat hati Naura tersentuh untuk bisa mempelajarinya. Dan ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini selama ini menuju jalan kebaikan. Sekalipun Naura berpikir bahwa apa yang akan ia tempuh bukanlah hal yang mudah, tapi Naura tidak akan menyerah begitu saja.
"Alhamdulillah, masyallah." Azriel dan Azzura mengucap penuh syukur atas apa yang Naura pilih. Mereka juga takjub akan hidayah yang Allah berikan kepada wanita cantik muda ini.
"Kalau begitu, besok kita akan berangkat ke sana bareng dengan Tante dan juga Khanza. Kebetulan Khanza juga ingin menuntut ilmu di sana," ujar Azzura tersenyum senang ada orang yang mau bertaubat.
"Iya, Tante. Tapi Azzura tinggal di sini dulu sampai esok hari. Mau pulang pun bingung ntah kemana, tidak apa-apa kan Tante?"
"Tentu tidak dong, biar Tante yang urus semuanya dan Tante mau izin dulu sama tim medis."
"Bunda, Azriel juga mau keluar, tunggu sebentar saja." Azzura mengerti, dan ia masih ada di sana.
Azriel nampak merogoh kantong saku celananya. Ia mengambil sesuatu dan menyimpannya di atas brangkar. "Mungkin ini tidak seberapa, tapi jika hatimu sedang gundah gulana, sebutlah kalimat dzikir. Mungkin ini bisa menemanimu di saat kamu tengah menuntut ilmu."
Naura menunduk melihat benda bulat kecil-kecil seperti gelang. Warna putih bertuliskan Allah dan Muhammad. "Ini apa?"
"Tasbih."
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments