Bab 15 - Mencari

Di sisi lain Melinda sebagai pemilik Club mencari keberadaan Naura saat ini. sejak kemarin malam Naura tidak kelihatan di sekitar sana. Hal itu membuat Melinda merasa khawatir dan takut terjadi sesuatu kepada Naura. Ia yang mempekerjakan Naura di sana bertanggung jawab atas diri Naura. Mulai dari keselamatan, kehormatan, hingga kehidupan sehari-hari Naura.

"Kamu yakin tidak melihat Naura?" tanya Melinda kepada beberapa orang yang juga bekerja di bawah naungannya.

"Benar Madam, kami udah melihat ke mana Naura pergi. Semalam ada, tapi pas mendekati jam sembilan malam Naura sudah tidak kelihatan lagi."

"Lalu pergi kemana dia? Tidak biasanya dia seperti ini. Kalau terjadi sesuatu pada Naura saya harus apa?" Melinda panik dan gelisah tidak menentu.

"Madam, kemarin malam aku melihat Naura bareng Joanna dan Sisil," kata salah satu wanita yang juga sama-sama satu kerjaan bareng Naura.

"Kemana? Apa mereka pergi bersama? Atau mereka melakukan hal yang ..."

"Aku tidak tahu kejadian yang sebenarnya seperti apa, tapi semalam aku melihat sisi membawa Naura keluar klub dan bertemu dengan Joanna. Selebihnya aku tidak tahu, Madam."

"Joanna, Sisil, dimana mereka?" Melinda memperhatikan anak buahnya lebih tepatnya orang-orang yang bekerja di sana. Dia tidak menemukan dua wanita yang juga sama-sama bekerja.

"Cepat bawa dia ke hadapan ku sekarang juga!" Melinda memerintahkan dua pria penjaga Club untuk membawakan Joanna dan Sisil.

"Baik Madam." Karena tempat club dan tempat tinggal mereka berdua tidaklah jauh, jadinya memudahkan anak buah Melinda membawa keduanya.

Tidak perlu membutuhkan banyak waktu, Joanna dan Sisil sudah berada di hadapan Melinda.

"Madam, ada apa? Kenapa kami dibawa secara paksa?" tanya Sisil.

"Iya Madam, kesalahan kami apa?" sahut Joanna heran.

Melinda berdiri dengan tatapan yang begitu tajam. "Apa kalian tahu di mana Naura?"

Sisil dan Joanna tertegun dengan rasa takut. Mereka menunduk menghindari tatapan Melinda yang terlihat tajam.

"Kami tidak tahu, Madam." Keduanya berusaha untuk tidak terlihat gugup meski jantungnya berdebar takut.

"Iya, Madam. Kami sungguh tidak tahu," sahut Sisil.

"Jangan berbohong atau kalian berdua saya masukkan ke dalam kandang macan!"

"Jangan Madam!" pekik Sisil dan Joana ketakutan.

Melinda mencengkram rahang Sisil dan Joanna. "Sekarang jujur pada saya kemana kalian membawa Naura? Jawab!" sentaknya seraya mendorong kuat pipi mereka.

"A-anu .. ki-kita ..."

"Buruan jawab!" Melinda sudah tidak sabar ingin mendengar jawaban dari keduanya.

"Madam ampun, jangan hukum aku, aku hanya mengikuti saran Sisil saja, Madam. Dia yang lebih dulu menginginkan Naura pergi dari sini. Dia juga yang merencanakan untuk menjebak Naura, dia juga yang menjual Naura kepada pria tua," ucap Joanna.

"Apa? Kalian berdua sudah melakukan hal yang paling tidak saya suka. Beraninya kalian menjual Naura!" Melinda kaget dan tidak percaya kalau dia orang di hadapannya adalah orang yang merencanakan hal buruk kepada Naura.

"Itu bukan ..."

"Ini salah Joanna, Madam. Dia yang mengusulkan pria tua ..."

"Diam kalian berdua! Saya tidak pernah menyangka jika kalian memiliki hati yang busuk seperti itu. Sekalipun saya ini seorang wanita hina tidak pernah sekalipun memiliki pikiran menjual orang lain. Kemana pria yang kalian suruh membawa Naura?"

Sisil dan Joanna menggelengkan kepalanya karena mereka berdua tidak tahu.

"Kalian ..." Melinda menggeram marah, dia menampar keduanya secara silih berganti saking marah atas sikap yang mereka lakukan.

"Penjaga, bawa dia ke ruang hukuman! Saya ingin memberikan dia pelajaran atas apa yang telah mereka lakukan!"

"Baik Madam!" ucap kedua pengawal yang selalu menjadi pengaman di club.

"Ampun, Madam. Jangan hukum kami," pekik Sisil meronta ketika ia dibawa oleh pria kekar.

"Madam, ini idenya Sisil, aku hanya ikutan saja, jangan hukum aku, Madam." Joanna juga meronta-ronta, tapi Melinda tidak mendengarkannya.

"Aku harus mencari Naura sampai ketemu, jika dia kenapa-kenapa bagaimana? Apa yang harus ku katakan pada Farida jika anaknya tidak ada?" Melinda bergegas pergi mencari Naura.

*****

Sama halnya dengan Farida yang juga sama-sama mencari Naura. Sudah keberbagai tempat ia mencari, namun tak kunjung ia temukan. Sudah banyak teman Naura yang Farida temui demi bisa menemukan dan mendapatkan informasi tentang sang putri. Namun, sampai dua hari ini dirinya tidak dapat menemukan Naura.

Kini Farida berada di jalan tanpa lelah, tanpa henti, tanpa putus asa terus mencari. Hampir setiap orang ia tanya.

"Permisi, apa kau melihat gadis ini?" tanya Farida pada orang yang yang lewat sambil menunjukan foto Naura di ponselnya.

Orang itu memperhatikannya. "Maaf, saya tidak pernah melihatnya."

"Oh, makasih." Farida kecewa, ia bingung kemana lagi harus mencari Naura. Rasanya sudah putus asa dan kini hanyalah penyesalan yang ia rasakan karena tidak mempercayai Naura.

"Naura, kamu dimana sayang? Maafkan Ibu yang tidak percaya sama kamu. Ibu menyesal telah percaya sama pria itu, ibu menyesal, Nau."

Kadang penyesalan datang belakangan, di saat semuanya sudah hilang barulah rasa menyesal muncul, kadang di saat semua sudah tiada barulah kebenaran terungkap.

*****

Sudah satu Minggu telah berlalu, keadaan Naura belum ada kemajuan juga. Namun Khanza yang selalu menemaninya tidak pernah bosan, dan anehnya Khanza malah sayang sama Naura yang terus terbaring.

"Sudah satu minggu dari sejak kecelakaan itu gadis ini belum sadar juga, tidak ada sanak saudara yang mengunjunginya. Kasihan sekali nasib dia," ucap Azzura menatap sedih gadis yang ada di atas brangkar.

"Apa memang tidak ada harapan hidup untuknya?" kata Azriel.

"Ada, Kak. Tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak. Segala sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Kita hanya bisa berdoa semoga kakak ini cepat sadar."

"Tapi sampai kapan? Kalian terus saja mengurus orang tidak jelas asal usulnya ini, tapi kalian lupa mengurus diri kalian sendiri. Mama heran sama pikiran kalian, Azzura dan Azzam." Fatimah ada di sana, ia kesal seluruh anggotanya lebih mementingkan Naura dibandingkan keluarga mereka. Hampir setiap detik, menit, mereka terus membicarakan keadaan wanita yang tidak ia kenal.

"Nek, kalau kita tinggal justru kasihan," ujar Azriel.

"Mendingan kita keluar saja yu, Mah." Azzura mengajak mertuanya keluar karena ia tidak mau mertuanya bicara yang tidak-tidak.

"Ck, di bilangin selalu saja tidak mau mendengar."

Azriel dan Khanza menghela nafas panjang. "Nenek beda dari kita semua, Kak."

"Hus tidak boleh begitu. Sekarang kita mengaji lagi, siapa tahu dia sadar." Dan Khanza mengangguk.

Keduanya duduk di samping Naura, lalu mereka membuka ayat suci Al-Quran dan membacanya dengan penuh khusuan.

Naura, samar-samar bisa mendengar suara orang mengaji, dia merasa tertarik dan ingin menggapai orang-orang itu. Hingga Allah menunjukkan kekuasaannya, dan mata Naura perlahan terbuka.

Merasa asing dengan tempat yang ia tinggali, Naura mengedarkan pandangannya dan ia tertegun pada dua orang di sampingnya.

"Mereka yang mengaji tadi? Dan pria ini?"

"Sodaqallahuladzim," ucap Azriel mengecup Alquran. Kemudian dia mendongak ingin melihatnya. Namun ia di kejutkan oleh mata gadis itu yang menatapnya.

"Kamu sudah sadar?"

Episodes
1 Bab 1 - Prolog
2 Bab 2 - Melarikan Diri
3 Bab 3 - Terima kasih
4 Bab 4 - Mengadu
5 Bab 5 - Dimarahi
6 Bab 6 - Bingung
7 Bab 7 - Mencari pekerjaan
8 Bab 8 - Sebuah Tawaran
9 Bab 9 - Terpaksa Menerima
10 Bab 10 - Mobil Bergoyang
11 Bab 11 - Menyesal
12 Bab 12 - Jebakan
13 Bab 13 - Membantu
14 Bab 14 - Membantu Part 2
15 Bab 15 - Mencari
16 Bab 16
17 Bab 17 - Ingin berubah
18 Bab 18 - Ajakan Azzura
19 Bab 19 - Persiapan
20 Bab 20
21 Bab 21 - Penjara Suci
22 Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23 Bab 23 - Suasana Baru
24 Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25 Bab 25
26 Bab 26 - Mengatur
27 Bab 27 - Masak sambil Belajar
28 Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29 Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30 Bab 30 - Menghindari
31 Bab 31 - Sebuah Peringatan
32 Bab 32 - Curhatan Naura
33 Bab 33 - Kabar Baik
34 Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35 Bab 35 - Kembali Mondok
36 Bab 36 - Mengintip
37 Bab 37 - Salah Paham
38 Bab 38 - Sebuah Fitnah
39 Bab 39 - Hukuman
40 Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41 Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42 Bab 42 - Aku akan berjuang
43 Bab 43 - Kabar mengejutkan
44 Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45 Bab 45 - Panik
46 Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47 Bab 47 - Kabar Duka
48 Bab 48 - Sebuah Permintaan
49 Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50 Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51 Bab 51
52 Bab 52 - Siapa yang menikah?
53 Bab 53 - Terluka luar dalam
54 Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55 Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56 Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57 Bab 57 - Idenya Fatimah
58 Bab 58 - Dia?!
59 Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60 Bab 60 - Lontaran Hinaan
61 Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62 Bab 62 - Terkejut
63 Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64 Bab 64 - Permintaan maaf
65 Bab 65 - Rencana Fatimah
66 Bab 66 - Kedatangan Azriel
67 Bab 67 - Tekad Azriel
68 Bab 68 - Halal secara agama dulu
69 Bab 69 - Pernikahan dadakan
70 Bab 70 - Aku tidak mau!
71 Bab 71 - Pengantin Pengganti
72 Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73 Bab 72 - Nyaman
74 Bab 73 - Di balik cerita
75 Bab 74 - Ternyata kamu ...
76 Bab 75 - Perasaan Revan
77 Bab 76 - Pembicaraan pria
78 Bab 77 - Halusinasi
79 Bab 78 - Bukti Nyata
80 Bab 79 - Berbicara
81 Bab 80 - Sean
82 Bab 81 - Masa lalu Aditya
83 Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 - Prolog
2
Bab 2 - Melarikan Diri
3
Bab 3 - Terima kasih
4
Bab 4 - Mengadu
5
Bab 5 - Dimarahi
6
Bab 6 - Bingung
7
Bab 7 - Mencari pekerjaan
8
Bab 8 - Sebuah Tawaran
9
Bab 9 - Terpaksa Menerima
10
Bab 10 - Mobil Bergoyang
11
Bab 11 - Menyesal
12
Bab 12 - Jebakan
13
Bab 13 - Membantu
14
Bab 14 - Membantu Part 2
15
Bab 15 - Mencari
16
Bab 16
17
Bab 17 - Ingin berubah
18
Bab 18 - Ajakan Azzura
19
Bab 19 - Persiapan
20
Bab 20
21
Bab 21 - Penjara Suci
22
Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23
Bab 23 - Suasana Baru
24
Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25
Bab 25
26
Bab 26 - Mengatur
27
Bab 27 - Masak sambil Belajar
28
Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29
Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30
Bab 30 - Menghindari
31
Bab 31 - Sebuah Peringatan
32
Bab 32 - Curhatan Naura
33
Bab 33 - Kabar Baik
34
Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35
Bab 35 - Kembali Mondok
36
Bab 36 - Mengintip
37
Bab 37 - Salah Paham
38
Bab 38 - Sebuah Fitnah
39
Bab 39 - Hukuman
40
Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41
Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42
Bab 42 - Aku akan berjuang
43
Bab 43 - Kabar mengejutkan
44
Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45
Bab 45 - Panik
46
Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47
Bab 47 - Kabar Duka
48
Bab 48 - Sebuah Permintaan
49
Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50
Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51
Bab 51
52
Bab 52 - Siapa yang menikah?
53
Bab 53 - Terluka luar dalam
54
Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55
Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56
Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57
Bab 57 - Idenya Fatimah
58
Bab 58 - Dia?!
59
Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60
Bab 60 - Lontaran Hinaan
61
Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62
Bab 62 - Terkejut
63
Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64
Bab 64 - Permintaan maaf
65
Bab 65 - Rencana Fatimah
66
Bab 66 - Kedatangan Azriel
67
Bab 67 - Tekad Azriel
68
Bab 68 - Halal secara agama dulu
69
Bab 69 - Pernikahan dadakan
70
Bab 70 - Aku tidak mau!
71
Bab 71 - Pengantin Pengganti
72
Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73
Bab 72 - Nyaman
74
Bab 73 - Di balik cerita
75
Bab 74 - Ternyata kamu ...
76
Bab 75 - Perasaan Revan
77
Bab 76 - Pembicaraan pria
78
Bab 77 - Halusinasi
79
Bab 78 - Bukti Nyata
80
Bab 79 - Berbicara
81
Bab 80 - Sean
82
Bab 81 - Masa lalu Aditya
83
Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!