Naura tidak patah semangat, ia masih mencari pekerjaan sambil membawa tas gendong berisi pakaian. Jangan di tanya dimanakah Naura tidur semalam? Jawabnya di bawah kolong jembatan bersama orang-orang jalanan lainnya yang peduli dengan kehidupan dia.
"Di saat seperti ini, tidak ada satupun orang yang mau membantuku. Teman-temanku pun tidak sudi memberi bantuan walau hanya untuk menumpang tidur saja. Sungguh kehidupan yang kejam. Sekarang aku harus pergi ke mana? Tidak ada satupun orang yang aku kenal, tidak ada satupun saudara yang aku miliki, tidak ada teman yang peduli kepadaku. Sekarang aku merasa hidup sendiri tanpa sosok yang selalu menyemangatiku."
Naura terduduk di bangku yang ada di sekitar jalan. Ia celingukan menatap sekeliling tempat dengan harapan bisa mendapatkan sebuah pekerjaan. Namun, ia tertegun melihat seorang yang ingin ia hindari.
"Pria tua itu," ucapnya sambil berdiri dengan rasa takut yang begitu besar. "Aku harus pergi dari sini. Aku tidak mau dia menemukanku." Naura mundur, ia hendak kabur.
Pria yang dimaksud Naura adalah Bara. Pria itu memang sedang mencari keberadaan Naura karena ia masih penasaran dengan sosok gadis seperti Naura. Sekalipun ia tahu jika gadis itu bukanlah gadis baik-baik, tapi nyatanya dia sulit menaklukkannya dan sulit sekali merayu Naura untuk menjadi wanita simpanannya.
"Ke mana dia pergi? Saya yakin Naura belum jauh dari sini dan saya yakin Naura tidak membawa apapun dari rumah. Tidak akan kubiarkan Naura kabur dariku, dan tidak akan kubiarkan Naura pergi begitu saja Sebelum menjadi diriku." Bara celingukan sambil beberapa kali bertanya ke orang-orang yang ada di sekitar. Bermodalkan foto yang ada di ponselnya, Om Bara terus berusaha mencari.
"Permisi, Apa kau melihat wanita ini? Dia kabur dari rumah," tanya Bara pada orang yang melewati sana.
Pria itu memperhatikan fotonya. "Tidak, Saya tidak melihatnya."
"Coba lihat lagi secara baik-baik, mungkin saja aku melihatnya di sekitaran sini." Bara memaksa.
"Tapi saya sungguh tidak melihatnya. Lebih baik kau tanya orang lain saja, saya sibuk." Orang itu mendelik kesal seraya meninggalkan Bara.
"Dasar pria gila, saya bertanya baik-baik malah menjawabnya dengan sewot." Om Bara marah-marah tidak jelas, tapi mata terus memperhatikan sekelilingnya.
Dan seakan Tuhan memihaknya, mata Om Bara menemukan sosok yang sedang ia cari saat ini. "Naura, itu dia. Akhirnya saya menemukannya." Om Bara menyeringai lalu ia berlari mengejar Naura yang sedang berlari menghindarinya.
"Tidak, aku tidak mau pria gila tua itu mengejar ku. Aku harus kabur darinya." Naura berlari menjauhi kejaran Om Bara yang terus mengejarnya.
"Naura tunggu! Jangan kabur dariku!" seru Om Bara berteriak meminta Naura berhenti. Teriakan Bara membuat para pengunjung di sekitarnya menoleh dan saling menatap satu sama lain ke orang yang mereka kenal.
"Kenapa tuh?"
"Tidak tahu, biarkan saja. Itu urusan mereka."
"Kalian semua hadang wanita yang membawa tas gendong itu, dia mau kabur!" Om Bara berteriak pada semua orang supaya ada orang yang mau membantunya.
"Sialan, pria gila itu terus saja mengejar ku. Kenapa sih di tua bangka itu begitu kekeh ingin menjadikan ku wanita simpanan? Sekalipun aku nakal tidak mau pada pria tua itu," gumam Naura menoleh kebelakang tanpa melihat jalan di depannya.
Bruk!
Tanpa sengaja Naura menubruk tubuh seseorang. "Maaf, maaf." Naura menoleh kepada orang yang ada di hadapannya. Seketika ia terkejut. "Kamu! Kamu yang nolongin aku malam itu kan?"
"Kamu ngapain lari-larian?" dia adalah Azriel. Kebetulan Azriel sedang mencari minuman untuk keluarganya yang kebetulan sedang bermain di taman dekat kota.
Naura menoleh ke belakang, Om Bara masih mengejarnya. "Tidak banyak waktu untuk menjelaskannya, tapi yang pasti tolong bantu aku dari pria tua itu. Aku mohon?" Naura mengatupkan kedua tangannya dengan pandangan terlihat memohon.
Azriel melihat orang mengejar Naura. Dia mengenali pria itu, pria yang juga menarik paksa Naura. "Baiklah, kamu ikut aku."
Azriel meminta Naura mengikutinya dan Naura ikut saja. Lalu Azriel membawa Naura masuk ke dalam mobilnya.
"Kamu masuk dan menunduk supaya dia tidak melihat mu!"
Naura nurut saja, dia berjongkok bersembunyi diantara jok yang ada di dalam mobil. Lalu Azriel sendiri berjongkok pura-pura membenarkan tali sepatunya.
Om Bara celingukan. "Kemana dia pergi? Cepat sekali menghilangnya."
Azriel yang sedang berjongkok mendongak, lalu ia menunduk lagi supaya pria itu tidak melihatnya.
"Brengsek! Susah-susah saya hasut ibunya untuk membenci Naura, susah-susah saya keluarin dia keluar dari rumah, sekarang malah menghilang lagi." Om Bara mengacak rambutnya kesal lalu kembali mencari Naura.
Naura yang ada di dalam mobil mengintip, ia memperhatikannya. Setelah Bara pergi jauh dari sana, barulah Naura bernafas lega. Azriel juga berdiri.
"Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih karena kamu sudah dua kali menyelamatkanku dari pria tua itu."
"Sama-sama, tapi kenapa kamu di kejar pria itu?" Azriel tidak tahu apapun dengan kehidupan yang terjadi pada wanita yang ada dihadapannya.
"Dia pria tua gila yang ..."
"Naura, kau kah ini?" ucap seseorang menyebut nama Naura.
Naura menoleh, "Tante Melinda!"
"Jadi aku tidak salah mengenalimu. Kamu anaknya Farida kan ya? Lalu di mana Ibu?" wanita yang bernama Melinda itu mencari sosok perempuan yang menjadi temannya.
"Ibu ... dia ..." Naura juga tidak tahu harus berkata apa tentang ibunya sendiri.
"Loh, kamu bawa tas? Apa kamu pergi dari rumah?" tanya Melinda ketika melihat Naura menggendong tas warna hitam. Bukannya menjawab, Naura justru berwajah murung. Hal itupun tidak luput dari pandangannya Azriel.
"Azriel, ternyata kamu di sana. Kami semua khawatir karena kamu lama membeli minumannya," seru Azzura mendekati putranya.
"Bunda, maaf. Tadi aku menolong seseorang dulu."
"Hmm kalau begitu aku permisi dulu, sekali lagi makasih sudah menolong ku." Naura tidak ingin berlama-lama berada di sana karena takut Om Bara datang lagi.
"Eh, dia kenapa buru-buru sekali?" ujar Azzura. Azriel mengangkat kedua bahunya.
"Saya juga permisi dulu, mari." Melinda juga pergi, tapi dia mengejar Naura.
"Aneh sekali, ah sudahlah. Sekarang kita bergabung lagi bersama yang lainnya, ayo." ajak Azzura.
"Iya Bunda."
******
"Naura tunggu!" Melinda mengejar Naura.
"Iya Tante." Dia menghentikan langkahnya menoleh kebelakang.
"Apa kamu dan ibumu ada masalah?"
Naura menunduk.
"Diam mu menunjukan jika kamu sedang berada dalam masalah. Apa karena pria bernama Bara?" Melinda bertanya lagi.
"Kok Tante tahu?" Naura mendongak menatap heran karena tebakan Melinda tepat sasaran.
"Sudah ku duga. Pria tua itu selalu menjadi masalah di manapun dia berada. Dan pastinya saat ini kamu sedang tidak memiliki tempat tinggal kan?"
"Iya Tante," lirih Naura begitu sedih.
"Begini saja, kamu ikut Tante nanti kamu Tante kasih kerjaan?"
"Pekerjaan?" Melinda mengangguk.
"Tapi apa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Sri Puryani
semoga melinda benar" orang baik
2024-11-07
0
Cah Dangsambuh
moga melinda berpihak ke naura
2023-09-16
0