Bab 8 - Sebuah Tawaran

Naura tidak patah semangat, ia masih mencari pekerjaan sambil membawa tas gendong berisi pakaian. Jangan di tanya dimanakah Naura tidur semalam? Jawabnya di bawah kolong jembatan bersama orang-orang jalanan lainnya yang peduli dengan kehidupan dia.

"Di saat seperti ini, tidak ada satupun orang yang mau membantuku. Teman-temanku pun tidak sudi memberi bantuan walau hanya untuk menumpang tidur saja. Sungguh kehidupan yang kejam. Sekarang aku harus pergi ke mana? Tidak ada satupun orang yang aku kenal, tidak ada satupun saudara yang aku miliki, tidak ada teman yang peduli kepadaku. Sekarang aku merasa hidup sendiri tanpa sosok yang selalu menyemangatiku."

Naura terduduk di bangku yang ada di sekitar jalan. Ia celingukan menatap sekeliling tempat dengan harapan bisa mendapatkan sebuah pekerjaan. Namun, ia tertegun melihat seorang yang ingin ia hindari.

"Pria tua itu," ucapnya sambil berdiri dengan rasa takut yang begitu besar. "Aku harus pergi dari sini. Aku tidak mau dia menemukanku." Naura mundur, ia hendak kabur.

Pria yang dimaksud Naura adalah Bara. Pria itu memang sedang mencari keberadaan Naura karena ia masih penasaran dengan sosok gadis seperti Naura. Sekalipun ia tahu jika gadis itu bukanlah gadis baik-baik, tapi nyatanya dia sulit menaklukkannya dan sulit sekali merayu Naura untuk menjadi wanita simpanannya.

"Ke mana dia pergi? Saya yakin Naura belum jauh dari sini dan saya yakin Naura tidak membawa apapun dari rumah. Tidak akan kubiarkan Naura kabur dariku, dan tidak akan kubiarkan Naura pergi begitu saja Sebelum menjadi diriku." Bara celingukan sambil beberapa kali bertanya ke orang-orang yang ada di sekitar. Bermodalkan foto yang ada di ponselnya, Om Bara terus berusaha mencari.

"Permisi, Apa kau melihat wanita ini? Dia kabur dari rumah," tanya Bara pada orang yang melewati sana.

Pria itu memperhatikan fotonya. "Tidak, Saya tidak melihatnya."

"Coba lihat lagi secara baik-baik, mungkin saja aku melihatnya di sekitaran sini." Bara memaksa.

"Tapi saya sungguh tidak melihatnya. Lebih baik kau tanya orang lain saja, saya sibuk." Orang itu mendelik kesal seraya meninggalkan Bara.

"Dasar pria gila, saya bertanya baik-baik malah menjawabnya dengan sewot." Om Bara marah-marah tidak jelas, tapi mata terus memperhatikan sekelilingnya.

Dan seakan Tuhan memihaknya, mata Om Bara menemukan sosok yang sedang ia cari saat ini. "Naura, itu dia. Akhirnya saya menemukannya." Om Bara menyeringai lalu ia berlari mengejar Naura yang sedang berlari menghindarinya.

"Tidak, aku tidak mau pria gila tua itu mengejar ku. Aku harus kabur darinya." Naura berlari menjauhi kejaran Om Bara yang terus mengejarnya.

"Naura tunggu! Jangan kabur dariku!" seru Om Bara berteriak meminta Naura berhenti. Teriakan Bara membuat para pengunjung di sekitarnya menoleh dan saling menatap satu sama lain ke orang yang mereka kenal.

"Kenapa tuh?"

"Tidak tahu, biarkan saja. Itu urusan mereka."

"Kalian semua hadang wanita yang membawa tas gendong itu, dia mau kabur!" Om Bara berteriak pada semua orang supaya ada orang yang mau membantunya.

"Sialan, pria gila itu terus saja mengejar ku. Kenapa sih di tua bangka itu begitu kekeh ingin menjadikan ku wanita simpanan? Sekalipun aku nakal tidak mau pada pria tua itu," gumam Naura menoleh kebelakang tanpa melihat jalan di depannya.

Bruk!

Tanpa sengaja Naura menubruk tubuh seseorang. "Maaf, maaf." Naura menoleh kepada orang yang ada di hadapannya. Seketika ia terkejut. "Kamu! Kamu yang nolongin aku malam itu kan?"

"Kamu ngapain lari-larian?" dia adalah Azriel. Kebetulan Azriel sedang mencari minuman untuk keluarganya yang kebetulan sedang bermain di taman dekat kota.

Naura menoleh ke belakang, Om Bara masih mengejarnya. "Tidak banyak waktu untuk menjelaskannya, tapi yang pasti tolong bantu aku dari pria tua itu. Aku mohon?" Naura mengatupkan kedua tangannya dengan pandangan terlihat memohon.

Azriel melihat orang mengejar Naura. Dia mengenali pria itu, pria yang juga menarik paksa Naura. "Baiklah, kamu ikut aku."

Azriel meminta Naura mengikutinya dan Naura ikut saja. Lalu Azriel membawa Naura masuk ke dalam mobilnya.

"Kamu masuk dan menunduk supaya dia tidak melihat mu!"

Naura nurut saja, dia berjongkok bersembunyi diantara jok yang ada di dalam mobil. Lalu Azriel sendiri berjongkok pura-pura membenarkan tali sepatunya.

Om Bara celingukan. "Kemana dia pergi? Cepat sekali menghilangnya."

Azriel yang sedang berjongkok mendongak, lalu ia menunduk lagi supaya pria itu tidak melihatnya.

"Brengsek! Susah-susah saya hasut ibunya untuk membenci Naura, susah-susah saya keluarin dia keluar dari rumah, sekarang malah menghilang lagi." Om Bara mengacak rambutnya kesal lalu kembali mencari Naura.

Naura yang ada di dalam mobil mengintip, ia memperhatikannya. Setelah Bara pergi jauh dari sana, barulah Naura bernafas lega. Azriel juga berdiri.

"Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih karena kamu sudah dua kali menyelamatkanku dari pria tua itu."

"Sama-sama, tapi kenapa kamu di kejar pria itu?" Azriel tidak tahu apapun dengan kehidupan yang terjadi pada wanita yang ada dihadapannya.

"Dia pria tua gila yang ..."

"Naura, kau kah ini?" ucap seseorang menyebut nama Naura.

Naura menoleh, "Tante Melinda!"

"Jadi aku tidak salah mengenalimu. Kamu anaknya Farida kan ya? Lalu di mana Ibu?" wanita yang bernama Melinda itu mencari sosok perempuan yang menjadi temannya.

"Ibu ... dia ..." Naura juga tidak tahu harus berkata apa tentang ibunya sendiri.

"Loh, kamu bawa tas? Apa kamu pergi dari rumah?" tanya Melinda ketika melihat Naura menggendong tas warna hitam. Bukannya menjawab, Naura justru berwajah murung. Hal itupun tidak luput dari pandangannya Azriel.

"Azriel, ternyata kamu di sana. Kami semua khawatir karena kamu lama membeli minumannya," seru Azzura mendekati putranya.

"Bunda, maaf. Tadi aku menolong seseorang dulu."

"Hmm kalau begitu aku permisi dulu, sekali lagi makasih sudah menolong ku." Naura tidak ingin berlama-lama berada di sana karena takut Om Bara datang lagi.

"Eh, dia kenapa buru-buru sekali?" ujar Azzura. Azriel mengangkat kedua bahunya.

"Saya juga permisi dulu, mari." Melinda juga pergi, tapi dia mengejar Naura.

"Aneh sekali, ah sudahlah. Sekarang kita bergabung lagi bersama yang lainnya, ayo." ajak Azzura.

"Iya Bunda."

******

"Naura tunggu!" Melinda mengejar Naura.

"Iya Tante." Dia menghentikan langkahnya menoleh kebelakang.

"Apa kamu dan ibumu ada masalah?"

Naura menunduk.

"Diam mu menunjukan jika kamu sedang berada dalam masalah. Apa karena pria bernama Bara?" Melinda bertanya lagi.

"Kok Tante tahu?" Naura mendongak menatap heran karena tebakan Melinda tepat sasaran.

"Sudah ku duga. Pria tua itu selalu menjadi masalah di manapun dia berada. Dan pastinya saat ini kamu sedang tidak memiliki tempat tinggal kan?"

"Iya Tante," lirih Naura begitu sedih.

"Begini saja, kamu ikut Tante nanti kamu Tante kasih kerjaan?"

"Pekerjaan?" Melinda mengangguk.

"Tapi apa?"

Terpopuler

Comments

Sri Puryani

Sri Puryani

semoga melinda benar" orang baik

2024-11-07

0

Cah Dangsambuh

Cah Dangsambuh

moga melinda berpihak ke naura

2023-09-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Prolog
2 Bab 2 - Melarikan Diri
3 Bab 3 - Terima kasih
4 Bab 4 - Mengadu
5 Bab 5 - Dimarahi
6 Bab 6 - Bingung
7 Bab 7 - Mencari pekerjaan
8 Bab 8 - Sebuah Tawaran
9 Bab 9 - Terpaksa Menerima
10 Bab 10 - Mobil Bergoyang
11 Bab 11 - Menyesal
12 Bab 12 - Jebakan
13 Bab 13 - Membantu
14 Bab 14 - Membantu Part 2
15 Bab 15 - Mencari
16 Bab 16
17 Bab 17 - Ingin berubah
18 Bab 18 - Ajakan Azzura
19 Bab 19 - Persiapan
20 Bab 20
21 Bab 21 - Penjara Suci
22 Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23 Bab 23 - Suasana Baru
24 Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25 Bab 25
26 Bab 26 - Mengatur
27 Bab 27 - Masak sambil Belajar
28 Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29 Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30 Bab 30 - Menghindari
31 Bab 31 - Sebuah Peringatan
32 Bab 32 - Curhatan Naura
33 Bab 33 - Kabar Baik
34 Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35 Bab 35 - Kembali Mondok
36 Bab 36 - Mengintip
37 Bab 37 - Salah Paham
38 Bab 38 - Sebuah Fitnah
39 Bab 39 - Hukuman
40 Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41 Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42 Bab 42 - Aku akan berjuang
43 Bab 43 - Kabar mengejutkan
44 Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45 Bab 45 - Panik
46 Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47 Bab 47 - Kabar Duka
48 Bab 48 - Sebuah Permintaan
49 Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50 Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51 Bab 51
52 Bab 52 - Siapa yang menikah?
53 Bab 53 - Terluka luar dalam
54 Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55 Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56 Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57 Bab 57 - Idenya Fatimah
58 Bab 58 - Dia?!
59 Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60 Bab 60 - Lontaran Hinaan
61 Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62 Bab 62 - Terkejut
63 Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64 Bab 64 - Permintaan maaf
65 Bab 65 - Rencana Fatimah
66 Bab 66 - Kedatangan Azriel
67 Bab 67 - Tekad Azriel
68 Bab 68 - Halal secara agama dulu
69 Bab 69 - Pernikahan dadakan
70 Bab 70 - Aku tidak mau!
71 Bab 71 - Pengantin Pengganti
72 Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73 Bab 72 - Nyaman
74 Bab 73 - Di balik cerita
75 Bab 74 - Ternyata kamu ...
76 Bab 75 - Perasaan Revan
77 Bab 76 - Pembicaraan pria
78 Bab 77 - Halusinasi
79 Bab 78 - Bukti Nyata
80 Bab 79 - Berbicara
81 Bab 80 - Sean
82 Bab 81 - Masa lalu Aditya
83 Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 - Prolog
2
Bab 2 - Melarikan Diri
3
Bab 3 - Terima kasih
4
Bab 4 - Mengadu
5
Bab 5 - Dimarahi
6
Bab 6 - Bingung
7
Bab 7 - Mencari pekerjaan
8
Bab 8 - Sebuah Tawaran
9
Bab 9 - Terpaksa Menerima
10
Bab 10 - Mobil Bergoyang
11
Bab 11 - Menyesal
12
Bab 12 - Jebakan
13
Bab 13 - Membantu
14
Bab 14 - Membantu Part 2
15
Bab 15 - Mencari
16
Bab 16
17
Bab 17 - Ingin berubah
18
Bab 18 - Ajakan Azzura
19
Bab 19 - Persiapan
20
Bab 20
21
Bab 21 - Penjara Suci
22
Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23
Bab 23 - Suasana Baru
24
Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25
Bab 25
26
Bab 26 - Mengatur
27
Bab 27 - Masak sambil Belajar
28
Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29
Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30
Bab 30 - Menghindari
31
Bab 31 - Sebuah Peringatan
32
Bab 32 - Curhatan Naura
33
Bab 33 - Kabar Baik
34
Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35
Bab 35 - Kembali Mondok
36
Bab 36 - Mengintip
37
Bab 37 - Salah Paham
38
Bab 38 - Sebuah Fitnah
39
Bab 39 - Hukuman
40
Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41
Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42
Bab 42 - Aku akan berjuang
43
Bab 43 - Kabar mengejutkan
44
Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45
Bab 45 - Panik
46
Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47
Bab 47 - Kabar Duka
48
Bab 48 - Sebuah Permintaan
49
Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50
Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51
Bab 51
52
Bab 52 - Siapa yang menikah?
53
Bab 53 - Terluka luar dalam
54
Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55
Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56
Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57
Bab 57 - Idenya Fatimah
58
Bab 58 - Dia?!
59
Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60
Bab 60 - Lontaran Hinaan
61
Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62
Bab 62 - Terkejut
63
Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64
Bab 64 - Permintaan maaf
65
Bab 65 - Rencana Fatimah
66
Bab 66 - Kedatangan Azriel
67
Bab 67 - Tekad Azriel
68
Bab 68 - Halal secara agama dulu
69
Bab 69 - Pernikahan dadakan
70
Bab 70 - Aku tidak mau!
71
Bab 71 - Pengantin Pengganti
72
Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73
Bab 72 - Nyaman
74
Bab 73 - Di balik cerita
75
Bab 74 - Ternyata kamu ...
76
Bab 75 - Perasaan Revan
77
Bab 76 - Pembicaraan pria
78
Bab 77 - Halusinasi
79
Bab 78 - Bukti Nyata
80
Bab 79 - Berbicara
81
Bab 80 - Sean
82
Bab 81 - Masa lalu Aditya
83
Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!