Bab 4 - Mengadu

Kekesalan Om Bara memuncak, ia tidak terima ditolak begitu saja. Sesampainya di rumah, Om Bara berencana mengadukan setiap kejadian yang terjadi pada istrinya.

"Kita lihat saja nanti Naura, siapa yang akan menang. Kamu atau saya," gumam Om Bara menyeringai jahat. Namun demi menyambut kepulangan istrinya, Om Bara mengakui setiap masakan yang ada di meja makan adalah makanan yang telah ia beli.

Sekitar satu jam telah berlalu, ibunya Naura pulang.

"Naura, Ibu pulang sayang. Ibu bawakan pesanan kamu, martabak manis." Farida menyimpan kantong plastik ke atas meja yang ada di ruang tamu. Matanya celingukan mencari keberadaan Naura, namun tidak kunjung ada. Hingga suara bariton mengagetkannya.

"Selamat malam sayang," ucapnya sambil memeluk Farida dari belakang.

"Bara, kau mengagetkan ku." Farida terkekeh senang. Dia tidak melepaskan pelukannya Bara sebelum Bara sendiri yang melepaskannya.

"Kau pasti capek kerja di kedai, aku sudah menyiapkan makanan spesial buat kamu sebagai hadiah ulang tahun mu." Bara melepaskan pelukannya.

"Kau ingat ulangtahun ku?" Farida terharu suaminya mengingat hari lahirnya. Ia pikir Bara tidak mengetahuinya dan hanya bisa melayaninya saja di atas ranjang.

"Tentu saja aku mengingatnya, tapi ..." Wajah Bara tertunduk sedih. "Kita lihat apa yang akan terjadi selanjutnya?"

"Tapi apa? Coba bicara yang jelas!" Farida di buat penasaran oleh kelanjutan ucapan yang menggantung.

"Gimana bicaranya ya, aku takut kau marah jika menjelaskan tentang sesuatu." Bara sengaja membuat Farida penasaran, ia juga menunjukan wajah sedih dan gelisah.

"Tentang apa? Ayolah Bar, jangan buat aku bingung. Jelaskan yang sejujurnya, jangan takut! Kita kan sudah lama kenal, tidak mungkin kan kau berbohong ataupun melakukan kesalahan padaku." Farida dan Bara saling kenal ketika di club malam. Mereka berdua sering menjadi partner ranjang di saat Bara berkunjung ke club.

Dari pertemuan itulah keduanya semakin dekat dan jika ada waktu luang sering bertemu menghabiskan waktu bersama di bawah selimut yang sama. Hingga perjalanan keduanya bertahan dan Bara mengajak Farida menikah dengan syarat harus berhenti menjadi wanita panggilan. Farida yang sudah tertarik pada Bara pun bersedia dan kini bekerja di salah satu kedai orang menjadi pelayan. Pekerjaan yang di mulai dari pagi sampai jam tujuh malam.

Namun sejak tahu Farida memiliki seorang putri, Bara pun tertarik pada putrinya dan ingin menjadikan Naura simpanannya, tapi tidak ingin juga kehilangan Farida karena sudah candu dengan kelihaiannya memuaskan dia. Apalagi mengetahui kehidupan Naura yang terbilang liar membuat Bara meyakini jika Naura sama seperti ibunya, murahan. Begitu pikiran Bara.

Tapi ternyata menaklukkan Naura tidak semudah mendekati Farida. Banyak cara yang harus Bara lakukan untuk bisa membuat Naura bertekuk lutut dengannya.

"Nanti kau marah sama Naura."

"Naura? Kenapa dengan Naura?" Farida mengernyit heran.

"Hmm sebenarnya aku tidak berani bilang ini sama kau, Farida. Tapi ini demi kebaikan Naura sendiri. Kau janji tidak akan memarahi Naura jika aku memberitahumu kelakuan dia." Bara menatap Farida dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Tergantung apanya dulu yang telah Naura lakukan. Bicaralah, jangan buat aku penasaran."

"Tadi, aku melihat Naura bersama seorang pria. Kamu tahu sendiri pergaulan Naura seperti apa kan?" Farida mengangguk, ia sebagai ibu tahu jika anaknya banyak memiliki teman yang suka mabuk, sering main juga ke club. Ia juga tahu Naura sering minum.

"Lalu?"

"Lalu Naura buat kesalahan, dia membawa pria ke rumah ini dan membawanya ke kamar. Aku tidak tahu apa yang dilakukan mereka berdua di dalam sana."

"Apa? Kau yakin Naura seperti itu?" Farida tidak percaya putrinya akan mengikuti jejak dia. Padahal Farida sudah mewanti-wanti Naura untuk menjaga kehormatannya.

"Aku juga tidak yakin, tapi kejadian tadi membuat aku syok, Farida. Makanya sekarang Naura tidak ada di rumah karena dia dan pacarnya pergi setelah ku pergoki sedang bercumbu. Sungguh aku sebagai ayah menyesal tidak peka terhadap lingkungan Naura yang semakin hari semakin buruk."

"Jadi Naura mengikuti jejak ku?" batin Farida tidak percaya.

"Tapi tidak mungkin."

"Kenapa tidak mungkin? Teman-teman Naura saja banyak yang nakal, banyak yang hamil di luar nikah, banyak yang menjadi seorang gigolo, sering mabuk, sering minum obat, ada kemungkinan Naura juga terpengaruh oleh sekitarnya. Lingkungannya saja begini, pasti Naura bisa jadi memiliki kelakuan begitu." Bara menyunggingkan senyum tipis di sudut bibirnya, ia melihat raut wajah Farida sudah tersulut emosi.

"Asal kamu tahu, sebenarnya Naura juga suka menggodaku, Farida."

"Apa? Jangan bercanda kau? Tidak mungkin dia menggoda suami ibunya, anakku tidak mungkin seperti itu." Farida tidak percaya.

"Ini yang aku takutkan, kau tidak mungkin percaya. Jadinya aku tidak memberitahukan kelakuan Naura selama ini."

"Tapi ... bukan maksudku tidak percaya, tapi aku tidak pernah melihat gelagat Naura yang di luar kendali."

"Kau perhatikan saja tanda-tandanya. Naura pasti pulang dalam keadaan mabuk, bajunya pasti minim sekali dengan bagian depan terkoyak. Dan lihat ini!" Bara menunjukan warnah merah lipstik di bajunya ketika tadi dia mencoba menyentuh Naura.

Farida melihatnya, matanya melotot saat melihat tanda lipstik di baju Bara. "Ini ..."

"Ini lipstik Naura, dia mencoba merayuku. Kau masih tidak percaya juga?"

"Anak itu, kurang ajar sekali. Akan ku beri pelajaran saat dia pulang." Farida mulai teracuni oleh ucapan Bara tanpa ingin bertanya pada Naura dulu.

*****

Malam semakin larut, Naura masih belum berani pulang karena takut pria tua itu berulah lagi. Namun jika dia tidak pulang mau tidur di mana! Demi menenangkan pikiran, Naura datang ke club dan memesan minuman memabukkan. Sudah beberapa jam Naura berada disana dan ia jauh lebih tenang.

"Ok, sekarang gue harus pulang. Gue yakin Ibu udah pulang dan gue harus ngadu sama ibu tentang kelakuan Om Bara padaku." Tekad Naura bulat, ia ingin memberitahukan ketidaksopanan Bara padanya. Jika di biarkan Bara akan semakin menjadi dan itu bisa membahayakan diri Naura sendiri.

Pada akhirnya Naura memutuskan pulang ke rumah dengan kepercayaan yang ia miliki jika ibunya akan membela dirinya. Naura meyakini kalau sang ibu pasti percaya karena dia anak kandungnya.

Namun sesampainya di rumah ...

"Bagus, jam segini baru pulang. Habis darimana kamu?" sentak Farida melipatkan kedua tangannya di dada seraya menatap tajam putrinya. Farida memperhatikan jalan Naura yang sempoyongan habis minum.

"Eh Ibu, aku senang ibu sudah pulang. Aku ingin bicara penting tentang Om Bara, Bu. Dia ..."

Plak!

Tamparan keras dari ibunya membuat Naura tertegun dengan wajah menoleh ke samping. Dia menatap ibunya, "kenapa Ibu menamparku?" mata Naura berkaca-kaca.

Terpopuler

Comments

Cah Dangsambuh

Cah Dangsambuh

aduuuh si ibu bukanya cari kebenaranya dulu main tampar aja

2023-09-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Prolog
2 Bab 2 - Melarikan Diri
3 Bab 3 - Terima kasih
4 Bab 4 - Mengadu
5 Bab 5 - Dimarahi
6 Bab 6 - Bingung
7 Bab 7 - Mencari pekerjaan
8 Bab 8 - Sebuah Tawaran
9 Bab 9 - Terpaksa Menerima
10 Bab 10 - Mobil Bergoyang
11 Bab 11 - Menyesal
12 Bab 12 - Jebakan
13 Bab 13 - Membantu
14 Bab 14 - Membantu Part 2
15 Bab 15 - Mencari
16 Bab 16
17 Bab 17 - Ingin berubah
18 Bab 18 - Ajakan Azzura
19 Bab 19 - Persiapan
20 Bab 20
21 Bab 21 - Penjara Suci
22 Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23 Bab 23 - Suasana Baru
24 Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25 Bab 25
26 Bab 26 - Mengatur
27 Bab 27 - Masak sambil Belajar
28 Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29 Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30 Bab 30 - Menghindari
31 Bab 31 - Sebuah Peringatan
32 Bab 32 - Curhatan Naura
33 Bab 33 - Kabar Baik
34 Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35 Bab 35 - Kembali Mondok
36 Bab 36 - Mengintip
37 Bab 37 - Salah Paham
38 Bab 38 - Sebuah Fitnah
39 Bab 39 - Hukuman
40 Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41 Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42 Bab 42 - Aku akan berjuang
43 Bab 43 - Kabar mengejutkan
44 Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45 Bab 45 - Panik
46 Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47 Bab 47 - Kabar Duka
48 Bab 48 - Sebuah Permintaan
49 Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50 Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51 Bab 51
52 Bab 52 - Siapa yang menikah?
53 Bab 53 - Terluka luar dalam
54 Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55 Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56 Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57 Bab 57 - Idenya Fatimah
58 Bab 58 - Dia?!
59 Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60 Bab 60 - Lontaran Hinaan
61 Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62 Bab 62 - Terkejut
63 Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64 Bab 64 - Permintaan maaf
65 Bab 65 - Rencana Fatimah
66 Bab 66 - Kedatangan Azriel
67 Bab 67 - Tekad Azriel
68 Bab 68 - Halal secara agama dulu
69 Bab 69 - Pernikahan dadakan
70 Bab 70 - Aku tidak mau!
71 Bab 71 - Pengantin Pengganti
72 Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73 Bab 72 - Nyaman
74 Bab 73 - Di balik cerita
75 Bab 74 - Ternyata kamu ...
76 Bab 75 - Perasaan Revan
77 Bab 76 - Pembicaraan pria
78 Bab 77 - Halusinasi
79 Bab 78 - Bukti Nyata
80 Bab 79 - Berbicara
81 Bab 80 - Sean
82 Bab 81 - Masa lalu Aditya
83 Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 - Prolog
2
Bab 2 - Melarikan Diri
3
Bab 3 - Terima kasih
4
Bab 4 - Mengadu
5
Bab 5 - Dimarahi
6
Bab 6 - Bingung
7
Bab 7 - Mencari pekerjaan
8
Bab 8 - Sebuah Tawaran
9
Bab 9 - Terpaksa Menerima
10
Bab 10 - Mobil Bergoyang
11
Bab 11 - Menyesal
12
Bab 12 - Jebakan
13
Bab 13 - Membantu
14
Bab 14 - Membantu Part 2
15
Bab 15 - Mencari
16
Bab 16
17
Bab 17 - Ingin berubah
18
Bab 18 - Ajakan Azzura
19
Bab 19 - Persiapan
20
Bab 20
21
Bab 21 - Penjara Suci
22
Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23
Bab 23 - Suasana Baru
24
Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25
Bab 25
26
Bab 26 - Mengatur
27
Bab 27 - Masak sambil Belajar
28
Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29
Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30
Bab 30 - Menghindari
31
Bab 31 - Sebuah Peringatan
32
Bab 32 - Curhatan Naura
33
Bab 33 - Kabar Baik
34
Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35
Bab 35 - Kembali Mondok
36
Bab 36 - Mengintip
37
Bab 37 - Salah Paham
38
Bab 38 - Sebuah Fitnah
39
Bab 39 - Hukuman
40
Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41
Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42
Bab 42 - Aku akan berjuang
43
Bab 43 - Kabar mengejutkan
44
Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45
Bab 45 - Panik
46
Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47
Bab 47 - Kabar Duka
48
Bab 48 - Sebuah Permintaan
49
Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50
Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51
Bab 51
52
Bab 52 - Siapa yang menikah?
53
Bab 53 - Terluka luar dalam
54
Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55
Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56
Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57
Bab 57 - Idenya Fatimah
58
Bab 58 - Dia?!
59
Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60
Bab 60 - Lontaran Hinaan
61
Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62
Bab 62 - Terkejut
63
Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64
Bab 64 - Permintaan maaf
65
Bab 65 - Rencana Fatimah
66
Bab 66 - Kedatangan Azriel
67
Bab 67 - Tekad Azriel
68
Bab 68 - Halal secara agama dulu
69
Bab 69 - Pernikahan dadakan
70
Bab 70 - Aku tidak mau!
71
Bab 71 - Pengantin Pengganti
72
Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73
Bab 72 - Nyaman
74
Bab 73 - Di balik cerita
75
Bab 74 - Ternyata kamu ...
76
Bab 75 - Perasaan Revan
77
Bab 76 - Pembicaraan pria
78
Bab 77 - Halusinasi
79
Bab 78 - Bukti Nyata
80
Bab 79 - Berbicara
81
Bab 80 - Sean
82
Bab 81 - Masa lalu Aditya
83
Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!