"Kamu masih bertanya kenapa ibu menamparmu? Kamu tidak tahu alasannya apa? Atau memang kamu ini pura-pura bodoh dengan tampang wajah yang polos?" sentak Farida mencengkram kuat tangan anaknya.
"Aw Bu sakit. Aku tidak tahu letak kesalahanku dimana. Aku tidak tahu alasan Ibu menamparku apa? Aku salah apa?" Tidak pernah dibayangkan oleh Naura akan mendapatkan sebuah tamparan dari ibu kandungnya. Tamparan yang kedua kalinya yang ia dapatkan setelah pria itu menamparnya juga. Baru kali ibunya terlihat sangat marah padanya, baru kali ini ibunya memperlakukan kasar dirinya, dan baru kali ini ia melihat sikap berbeda dari ibunya. Wanita yang biasa bersikap lembut dan penuh kasih sayang terhadapnya kini malah terlihat seperti orang lain. Mata tajam menyeramkan begitu jelas menatapnya, raut wajah merah dengan amarah sangat dominan tergambar jelas di wajah keriputnya. Aura negatif Naura rasakan dari dalam diri ibunya yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Entah syetan apa yang merasuki tubuh ibunya, entah terhasut siapa sampai sikap ibunya beda dari biasanya.
"Kamu salah, salah besar. Ibu tidak melarang mu bergaul dengan siapapun, ibu tidak melarang mu minum, tidak melarang mu main, tapi satu hal yang ibu larang, jangan pernah mengikuti jejak ibu yang menjadi seorang wanita panggilan!" sentak Farida melepaskan kasar tangan anaknya sampai Naura terhunyung kebelakang.
"Ibu bicara apa? Siapa yang menjadi wanita panggilan? Aku tidak melakukan itu, aku sering mendengarkan kata Ibu."
"Bohong! Kamu berbohong Naura, tadi saja kamu bertemu dengan pacar kamu, Om melihatnya," sahut Om Bara keluar kamar ketika mendengar suara keributan di luar. Sesuai harapannya, Naura pulang dalam keadaan mabuk dan masih mengenakan pakaian yang tadi, pakaian yang sebagian ia tarik namun gagal karena Naura melawan.
Naura mengerutkan keningnya, seketika ia sadar jika semua ini ulah pria tua itu. "Om bicara apa sama ibuku sampai Ibu marah?"
"Om tidak bilang apapun, tapi Om bilang yang sebenarnya bahwa kamu sudah berbuat Zina di rumah ini dengan pacar kamu."
"Ibu jangan percaya ucapan pria gila ini. Aku tidak pernah melakukan ini, justru dia yang sudah kurang ajar padaku, Bu. Pria tua ini mau melecehkan ku, Bu. Percaya sama aku, sekarang mendingan Ibu pisah sama dia."
"Naura, kamu jahat sekali menuduh Om seperti itu. Selama ini Om menyayangi mu dengan sepenuh hati, tapi apa yang kamu katakan hari ini sungguh di luar dugaan Om. Kamu yang berusaha merayuku dan sekarang kamu malah menuduhku, kejam sekali kau Naura." Bara memutar balikan fakta, ia mendramatisir keadaan supaya Farida mempercayainya.
"Om yang keterlaluan! Aku menyiapkan makanan buat Ibu, tapi kau malah merayuku. Kau mencoba melecehkan ku dan meminta ku menjadi wanita simpananmu. Lalu sekarang Om memfitnah diriku? Luar biasa munafiknya dirimu," jawab Naura tidak kalah keras.
"Diam kamu Naura!" Farida membentak putrinya. "Jadi begini sifat kamu yang sebenarnya? Diam-diam kamu sering melawan orang tua dan sekarang kamu malah menuduh suami ibu melakukan tindakan tak senonoh padamu? Kamu pikir Ibu akan percaya?"
"Harus Bu. Ibu harus percaya padaku bahwa pria yang Ibu nikahi tidaklah sebaik yang Ibu pikirkan. Dia pria tua yang hanya baik di depan saja namun di belakang munafik dan kurang ajar!"
"Kamu yang kurang ajar!"
Plak!"
Lagi-lagi Farida menampar wajah Naura membuat Naura kembali terkejut atas sikap kasar ibunya. Naura mendongak menatap tak percaya wajah wanita yang sudah melahirkannya.
"Ibu lebih percaya pria tua itu dibandingkan aku sebagai anakmu sendiri? Ibu menuduh ku juga?" Naura menggelengkan kepalanya, Iya tidak habis pikir cinta membutakan sebuah kebenaran yang seharusnya ibunya lihat dan sadari. Seharusnya ibunya lebih percaya kepada dia dibandingkan kepada orang lain yang baru saja mau memasuki kehidupan mereka.
"Bagaimana ibu percaya kamu sedangkan jelas-jelas kamu memang terlihat murahan. Lihat baju kamu, pakaiannya begitu seksi, pulang malam-malam begini dalam keadaan mabuk, dan apa ini?" Farida memegang baju Naura yang terkoyak di bagian depan dekat lengannya. "Kamu mencoba menggunakan tubuhmu untuk merayu suami Ibu? Dasar anak pela cur!"
"Cukup Bu!" sentak Naura tidak terima dirinya di fitnah begini.
Farida terhenyak, ia kaget putrinya membentaknya. "Kamu .."
Naura menatap tajam penuh kekecewaan, air mata yang sedari tadi ia tahan mengalir deras tak bisa terbendung lagi. "Ibu bilang aku yang murahan, Ibu bilang aku anak pela cur, lalu sebutan yang pantas buat Ibu sendiri apa? Ibu mengataiku tanpa mau mendengarkan penjelasan dariku, Ibu menuduhku tanpa melihat bukti yang benar-benar akurat, Ibu lebih mempercayai pria tua itu yang jelas-jelas baru Ibu kenal daripada aku anak kandung ibu sendiri. Apa Ibu lupa jika Ibu juga seorang wanita murahan, jika ibu juga seorang pela cur? Lalu kenapa perkataan itu tidak menyadarkanmu juga, Bu?" Terpaksa Naura bicara seperti itu demi menyadarkan tindakan ibunya. Rasa kecewa terhadap sang Ibu membuat Naura geram atas setiap tuduhan yang terus dilontarkan padanya.
Farida diam seribu bahasa, ia melupakan siapa dirinya dan malah mengatai Naura.
"Kenapa Ibu diam? Ibu baru sadar kalau Ibu juga murahan, jangan salahkan aku jika aku mengikuti jejak dirimu." Kepalang kecewa, Naura lebih baik berkata seperti itu. Tangannya mengusap air mata yang terus mengalir.
"Bahkan aku juga tidak tahu siapa ayahku karena saking banyaknya pria yang Ibu layani!" pekik Naura.
"Kau dengar, Farida. Dia mengakui sendiri jika dia mengikuti jejak mu. Itu artinya ucapan ku benar bukan? Dan aku tidak salah menilai dia," sahut Bara mengompori Farida. Pengakuan Naura membuat Bara senang karena bisa mudah mengeluarkan Naura dari rumah itu. Jadinya ia bebas mendekati Naura di luaran sana tanpa harus takut ketahuan Farida.
"Naura ..." Farida tidak percaya kalau putrinya akan mengikuti jejaknya, itu artinya Naura juga sudah menjual tubuhnya pada pria hidung belang. "Ibu menyuruhmu menjaga kehormatan mu, tapi kamu ..." Farida nggak sanggup melanjutkan ucapannya, ia merasa gagal mendidik Naura untuk tidak terjun ke pergaulan bebas seperti dirinya dulu.
"Mendingan kau usir saja Naura dari sini, Farida! Jika tidak, dia akan terus mencoba mendekatiku dan akan selalu membawa banyak pria ke rumah ini," kata Bara dengan harapan Farida mau mendengarkannya.
"Tidak perlu kalian repot-repot mengusirku dari sini karena aku tidak ingin tinggal lagi di sini dan tidak mau hidup bersama pria tua ini. Selama pria tua ini ada di sini, aku tidak akan pulang!" ucap Naura penuh penekanan.
"Naura! Hormati dia, dia itu suami Ibu!" sentak Farida tidak ingin anaknya tidak sopan.
"Aku tidak akan menghormati dia karena dia tidak pantas dihormati oleh siapapun!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Tri Utari Agustina
Om Bara mefitnah Naura sebenarnya dia hendak meleceh Naura untung lari ibu naura percaya pada om bara semoga terungkapbm
2024-09-06
0
Liswati Angelina
kayaknya seruuuu
2023-06-03
0