Bab 3 - Terima kasih

Cafetaria.

Sesuai ucapan Azriel pada kedua orang tuanya yang meminta izin bertemu dengan teman-temannya, kini pria tampan berwajah tampan meski di usia masih muda, tengah merayakan perpisahan mereka di sebuah cafe.

Banyak para teman-teman seperjuangan Azriel hadir di acara kumpulan setelah perpisahan. Baik perempuan dan pria datang silih berganti memadati area meja yang sudah di pesan oleh salah satu temannya Azriel.

"Aku tidak menyangka hari ini telah tiba. Hari yang di mana kita semua bakalan berpisah juga. Tiga tahun kita menjalankan peran sebagai siswa-siswi menengah atas, tingkat kita naik satu derajat. Kira-kira kalian semua sudah berencana melanjutkan kuliah ke mana?" tanya pria bernama Bram, dia salah satu teman dekat Azriel.

"Kalau aku sih niat lanjut di dalam kota saja. Soalnya orang tua aku tidak mau berjauhan sama anaknya."

"Kalau aku ingin melanjutkan studi ke London Inggris."

"Wih keren, bakalan jauh dong dari kita-kita semua? Pasti pulangnya hanya satu semester sekali."

"Ya mau bagaimana lagi, ini cita-cita ku dan tentunya keinginan orangtua aku juga. Meskipun jauh, ya, aku tempuh demi masa depan yang lebih baik lagi."

"Kalian hebat ada niatan melanjutkan pendidikan. Lah aku? Aku kayaknya tidak bisa." Salah seorang dari mereka menunduk sedih, dia seorang wanita.

"Kenapa? Kamu kan cukup pintar, pastinya mudah cari beasiswa buat kuliah."

"Masalahnya orangtuaku tinggal Ibu dan sudah tua pula. Aku tidak ingin membiarkan dia terus bekerja mencari uang hanya untuk membiayai pendidikan aku. Jujur, sebagai anak, aku ini merasa tidak berguna dan tidak berbakti pada ibu. Lebih baik aku cari pekerjaan dan membantu ibuku memikul beban perekonomian yang seharusnya menjadi tanggungjawab ku sebagai anak pertama."

"Jika begini kita bisa apa selain bisa membantumu dengan doa dan mendukung setiap langkah kebaikan yang kamu pilih," kata Azriel yang sedari tadi diam mendengarkan teman-temannya bicara.

"Aamiin, semoga kalian semua juga menemukan kebahagiaan di manapun kalian berada. Ilmu yang kalian dapat semoga bermanfaat dunia dan akhirat, dan semoga kita semua diberikan umur panjang serta kesehatan badan. Dan pastinya berharap bisa berkumpul kembali di sini." Doa tulus Salas satu dari mereka ucapkan pada semua teman-temannya.

"Aamiin yarobbal'alamiin," ucap semua orang bersamaan mengaminkan doanya.

"Ngomong-ngomong kamu mau lanjut kemana, Azriel?" tanya Bram pada sahabatnya.

"Insyaallah aku mau lanjut kuliah ke Kairo." Azriel tersenyum, ini adalah keinginannya kuliah ke Kairo. Salah satu cita-citanya untuk menuntut ilmu di negara sebrang demi mewujudkan mimpi menjadi salah satu santri dengan harapan bisa menambah ilmu dunia dan akhirat, bermanfaat bagi semua orang dengan ilmu-ilmunya, dan berharap menjadi muslim yang taat kepada Tuhan-NYA.

"Masyallah, Azriel. Kamu memang teman yang paling luar bisa. Dari sekian banyak tan yang aku kenal hanya kamu yang paling luar biasa."

"Kamu bisa saja, aku tidak luar biasa seperti itu Bram. Kita semua sama-sama luar biasa, yang membedakan hanya amal kebaikan," jawab Azriel.

"Beda kalau sudah bicara sama calon pak ustadz mah, pasti ucapannya begitu merendah."

"Tapi ngomong-ngomong Kapan berangkatnya?"

"Kurang lebih satu bulan lagi. Istirahat dulu di rumah dan menghabiskan waktu dulu bersama keluarga. Soalnya pulang hanya akan sebentar dan pastinya selama kuliah bakalan menetap di sana sampai waktu yang tidak bisa ditentukan," jelas Azriel.

"Hmm, di mana pun kita menuntut ilmu, sejauh apapun tempatnya, seberapa lamapun waktunya, jika ilmu yang kita dapatkan tidak diamalkan maka tidak akan ada manfaatnya. Terpenting adalah, ilmu yang kita cari bermanfaat bagi semua orang. Azriel mau mencari ilmu di Kairo, Sari mau cari ilmu di London, dan ada pula yang mau cari ilmu di kota sendiri, yang penting ilmu pengetahuan yang kalian pelajari bermanfaat bagi nusa dan bangsa."

"Aamiin, tumben perkataan mu benar, Bram? Tahulah bagaimana sikap Bram yang suka gak jelas."

"Yee, gini-gini juga gue bisa benar kali."

Dan mereka semua menikmati kebersamaan bersama sebelum menempuh pendidikan ke jenjang berikutnya. Waktu yang tidak akan atau bahkan jarang terulang mereka nikmati selagi bersama.

Hingga tidak terasa langit berubah gelap, adzan isya pun berkumandang. Azriel dan teman-teman nya menunaikan ibadah di salah satu musholla dan mereka mulai berpencar pulang.

Namun ketika Azriel pulang, ia tidak sengaja melihat seorang wanita dan pria bertengkar di jalan. Wanita yang terlihat masih muda meronta.

"Mau di apain wanita itu?" Azriel memberhentikan kendaraannya, lalu menghampiri.

Kebetulan tangan Bara hendak menampar Naura, lalu Azriel mencekal tangannya.

"Jangan pernah sekalipun Anda melayangkan tamparan pada wanita! Apa Anda lupa jika Anda dilahirkan dari rahim seorang wanita?"

Naura mendongak, ia tertegun menatap kagum pria itu. Pesona Azriel mampu membuat Naura terpana meski pada pandangan pertama.

"Minggir kau! Jangan ikut campur urusan saya!" Bara menarik tangannya sendiri.

"Aku akan ikut campur jika Anda berbuat kasar terhadap wanita. Dan aku tidak akan minggir sampai Anda sendiri berhenti mengganggu gadis ini."

"Hei, anak kecil. Jangan ikut campur urusan saya! Atau kau akan tahu akibatnya." Bara mengangkat jari telunjuknya tepat di depan wajah Azriel.

"Akibatnya apa? Anda mengancam aku? Baiklah, kalau begitu jangan salahkan aku melaporkan Anda ke polisi." Tak ada ketakutan dalam diri Azriel, justru ketegasan dan juga keberanian terlihat dari sosok Azriel.

"Dia ini istri saya, jadi Anda yang jangan ikut campur, mengerti!" sentak Bara.

"Bohong! Dia berbohong, dia itu orang asing yang sedang memaksa saya ikut dengannya, dia itu penculik." Naura kaget saat pria tua itu bilang istri, dan Naura pun terpaksa berbohong demi melindungi dirinya sendiri.

"Kau ... kau yang berbohong, ikut saya!" Bara kembali ingin menarik tangan Naura, tapi Azriel menghalanginya.

"Aku tidak percaya pada Anda. Pria seperti Anda lebih pantas menjadi ayahnya daripada menjadi suaminya. Dan aku tidak akan membiarkan Anda membawa dia!" ucap Azriel tidak kalah tegas.

"Kau ... Brengsek!" Bara menatap bengis penuh kekesalan. "Ingat Naura, saya tidak akan membiarkan kamu pergi. Kali ini saya mengalah, tapi jika kau pulang lihat saja nanti." Pria tua itu menaiki motornya, lalu pergi dalam keadaan marah. Cara menjalankan motornya pun terlihat ugal-ugalan.

Naura menghela nafas panjang, ia bernapas lega bisa terbebas dari Om Bara. Namun tidak tahu nasibnya nanti. "Terima kasih," ucap Naura tulus.

"Sama-sama. Lain kali jangan keluyuran sendirian, tidak baik untuk wanita seperti mu." Azril tidak memandang Naura, ia menatap lurus ke depan.

"Aku tidak keluyuran. Justru aku sedang di kejar om-om gila itu. Kalau kamu tidak ada, aku tidak tahu nasib aku seperti apa. Makasih ya."

"Sama-sama. Sekarang kamu pulang, sudah malam!" Azriel berjalan ke arah motornya.

"Eh tunggu!" Naura mengikuti Azriel. "Aku ikut kamu ya. Aku tidak mau pulang."

Azriel mengerutkan keningnya. "Aku tidak mengenalmu dan itu adalah hal yang tidak baik. Maaf aku harus pergi." Azriel pun menyalakan motornya kemudian pergi.

"Tunggu, hei! Aduh, bagaimana ini? Kalau aku pulang sekarang pastinya pria tua itu akan kembali melecehkan ku. Aku tidak mau itu terjadi."

Episodes
1 Bab 1 - Prolog
2 Bab 2 - Melarikan Diri
3 Bab 3 - Terima kasih
4 Bab 4 - Mengadu
5 Bab 5 - Dimarahi
6 Bab 6 - Bingung
7 Bab 7 - Mencari pekerjaan
8 Bab 8 - Sebuah Tawaran
9 Bab 9 - Terpaksa Menerima
10 Bab 10 - Mobil Bergoyang
11 Bab 11 - Menyesal
12 Bab 12 - Jebakan
13 Bab 13 - Membantu
14 Bab 14 - Membantu Part 2
15 Bab 15 - Mencari
16 Bab 16
17 Bab 17 - Ingin berubah
18 Bab 18 - Ajakan Azzura
19 Bab 19 - Persiapan
20 Bab 20
21 Bab 21 - Penjara Suci
22 Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23 Bab 23 - Suasana Baru
24 Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25 Bab 25
26 Bab 26 - Mengatur
27 Bab 27 - Masak sambil Belajar
28 Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29 Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30 Bab 30 - Menghindari
31 Bab 31 - Sebuah Peringatan
32 Bab 32 - Curhatan Naura
33 Bab 33 - Kabar Baik
34 Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35 Bab 35 - Kembali Mondok
36 Bab 36 - Mengintip
37 Bab 37 - Salah Paham
38 Bab 38 - Sebuah Fitnah
39 Bab 39 - Hukuman
40 Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41 Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42 Bab 42 - Aku akan berjuang
43 Bab 43 - Kabar mengejutkan
44 Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45 Bab 45 - Panik
46 Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47 Bab 47 - Kabar Duka
48 Bab 48 - Sebuah Permintaan
49 Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50 Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51 Bab 51
52 Bab 52 - Siapa yang menikah?
53 Bab 53 - Terluka luar dalam
54 Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55 Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56 Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57 Bab 57 - Idenya Fatimah
58 Bab 58 - Dia?!
59 Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60 Bab 60 - Lontaran Hinaan
61 Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62 Bab 62 - Terkejut
63 Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64 Bab 64 - Permintaan maaf
65 Bab 65 - Rencana Fatimah
66 Bab 66 - Kedatangan Azriel
67 Bab 67 - Tekad Azriel
68 Bab 68 - Halal secara agama dulu
69 Bab 69 - Pernikahan dadakan
70 Bab 70 - Aku tidak mau!
71 Bab 71 - Pengantin Pengganti
72 Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73 Bab 72 - Nyaman
74 Bab 73 - Di balik cerita
75 Bab 74 - Ternyata kamu ...
76 Bab 75 - Perasaan Revan
77 Bab 76 - Pembicaraan pria
78 Bab 77 - Halusinasi
79 Bab 78 - Bukti Nyata
80 Bab 79 - Berbicara
81 Bab 80 - Sean
82 Bab 81 - Masa lalu Aditya
83 Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 - Prolog
2
Bab 2 - Melarikan Diri
3
Bab 3 - Terima kasih
4
Bab 4 - Mengadu
5
Bab 5 - Dimarahi
6
Bab 6 - Bingung
7
Bab 7 - Mencari pekerjaan
8
Bab 8 - Sebuah Tawaran
9
Bab 9 - Terpaksa Menerima
10
Bab 10 - Mobil Bergoyang
11
Bab 11 - Menyesal
12
Bab 12 - Jebakan
13
Bab 13 - Membantu
14
Bab 14 - Membantu Part 2
15
Bab 15 - Mencari
16
Bab 16
17
Bab 17 - Ingin berubah
18
Bab 18 - Ajakan Azzura
19
Bab 19 - Persiapan
20
Bab 20
21
Bab 21 - Penjara Suci
22
Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23
Bab 23 - Suasana Baru
24
Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25
Bab 25
26
Bab 26 - Mengatur
27
Bab 27 - Masak sambil Belajar
28
Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29
Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30
Bab 30 - Menghindari
31
Bab 31 - Sebuah Peringatan
32
Bab 32 - Curhatan Naura
33
Bab 33 - Kabar Baik
34
Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35
Bab 35 - Kembali Mondok
36
Bab 36 - Mengintip
37
Bab 37 - Salah Paham
38
Bab 38 - Sebuah Fitnah
39
Bab 39 - Hukuman
40
Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41
Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42
Bab 42 - Aku akan berjuang
43
Bab 43 - Kabar mengejutkan
44
Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45
Bab 45 - Panik
46
Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47
Bab 47 - Kabar Duka
48
Bab 48 - Sebuah Permintaan
49
Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50
Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51
Bab 51
52
Bab 52 - Siapa yang menikah?
53
Bab 53 - Terluka luar dalam
54
Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55
Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56
Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57
Bab 57 - Idenya Fatimah
58
Bab 58 - Dia?!
59
Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60
Bab 60 - Lontaran Hinaan
61
Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62
Bab 62 - Terkejut
63
Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64
Bab 64 - Permintaan maaf
65
Bab 65 - Rencana Fatimah
66
Bab 66 - Kedatangan Azriel
67
Bab 67 - Tekad Azriel
68
Bab 68 - Halal secara agama dulu
69
Bab 69 - Pernikahan dadakan
70
Bab 70 - Aku tidak mau!
71
Bab 71 - Pengantin Pengganti
72
Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73
Bab 72 - Nyaman
74
Bab 73 - Di balik cerita
75
Bab 74 - Ternyata kamu ...
76
Bab 75 - Perasaan Revan
77
Bab 76 - Pembicaraan pria
78
Bab 77 - Halusinasi
79
Bab 78 - Bukti Nyata
80
Bab 79 - Berbicara
81
Bab 80 - Sean
82
Bab 81 - Masa lalu Aditya
83
Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!