Bab 14 - Membantu Part 2

Bruk...

Azzura menjatuhkan ponselnya saking terkejut atas kabar yang ia dapatkan dari Azriel. Azzam yang ada di sana terhenyak dan segera menahan tubuh Azzura yang hendak tersungkur.

"Sayang kamu kenapa?" Azzam tidak tahu apa yang dibicarakan Azriel kepada istrinya. Namun ia meyakini satu hal bahwa kabar dari Sang putra pasti bukanlah kabar baik.

Azzam mendudukkan dulu istrinya ke kursi. "Duduk dulu sayang."

"Mas, Azriel dan Khanza ..."

"Tenang dulu, biar aku yang bicara sama Azriel." Lalu Azzam mengambil ponsel Azzura yang ada di lantai.

( "Halo, Bunda ..." ) Azriel masih belum mematikan ponselnya.

( "Ini Ayah, Azriel. Kamu dimana?" Sebagai seorang ayah, Azzam juga sangat mengkhawatirkan kedua anaknya. Terlebih melihat keterkejutan sang istri membuat pikirannya berpikir negatif. )

( "Ayah, Azriel dan Khanza ada di rumah sakit, tadi kami membantu seseorang ke rumah sakit. Ada korban kecelakaan di jalan dan kebetulan tidak ada mobil lewat daerah sana, jadinya kami membantu orang itu dulu. Dan sekarang aku dan Khanza ada di rumah sakit, jadinya kami akan telat pulang Ayah." Azriel menjelaskan kronologi ceritanya supaya keluarganya tidak salah paham. )

( "Ya Allah, Ayah kita kamu yang kecelakaan. Syukurlah jika bukan kalian. Lalu korban kecelakaannya bagaimana?" Ada rasa lega kalau kedua anaknya baik-baik saja. Namun tetap saja ia masih tidak tenang. )

( "Azriel juga tidak tahu ayah, saat ini korban sedang ditangani oleh tim medis. Dan kami juga sedang menunggu kabar dari dokter. Kasihan dia tidak ada keluarga yang datang." )

( "Kalau begitu Ayah sama Bunda ke sana ya. Kalian tunggu di sana." )

( "Baik Ayah." )

Dan sambungan teleponnya pun mati.

"Bagaimana, Mas?"

"Alhamdulillah anak kita baik-baik saja. Mereka hanya menolong korban kecelakaan, bukan mereka yang mengalami kecelakaan." Azriel memberitahukan istrinya supaya Azzura jauh lebih tenang.

"Alhamdulillah," ucap Azzura merasa lebih tenang kalau anaknya baik-baik saja. "Lalu kita mau kesana?"

"Iya, kita harus melihat keadaan Azriel dan Khanza sekalian melihat korban kecelakaannya."

"Ya sudah, ayo."

*****

Rumah sakit.

"Apa kata mereka, Kak?" tanya Khanza.

Azriel menoleh, kemudian duduk di sampingnya Khanza.

"Katanya Ayah dan Bunda mau datang kesini." Khanza hanya mengangguk saja.

Sudah beberapa puluh menit mereka menunggu, sampai dokter yang menangani pasien keluar.

"Keluarga pasien?" tanya sang dokter.

Azriel yang memang ada di sana berdiri." Iya, Dok."

"Apa kamu keluarganya?"

Azriel bingung harus menjawab apa, ia tidak tahu keluarga pasien siapa. Namun Azriel malah mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya, Dok. Bagaimana keadaan dia?"

"Keadaan pasien koma, kami sudah melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan nyawanya. Saat ini hanya alat-alat yang membantu dia bertahan, jika dalam waktu satu Minggu tidak sadar juga, kami terpaksa melepas alatnya. Semoga saja ada keajaiban." Penjelasan dokter membuat Azriel dan Khanza terkejut.

"Innalilahi. Apa tidak ada harapan hidup untuknya?" tanya Khanza yang juga sama-sama merasakan khawatir.

"Kami tidak bisa memastikannya, tapi kita kembali lagi pada Allah. Kalian berdoa semoga saudara kalian bisa sadar kembali. Kalau begitu saya permisi dulu, pasien akan kami pindahkan ke ruang rawat inap."

Azriel mengangguk, "silahkan, Dok."

"Kakak, kasihan sekali dia. Apa keluarganya tahu?" ujar Khanza menatap Azriel.

"Kakak juga tidak tahu siapa keluarganya, tapi kita menunggu kabar dari orang-orang saja. Siapa tahu ada yang mengetahui siapa dia."

*****

Ruang perawatan.

Azriel menatap lekat wajah wanita yang sedang terbaring lemah tak sadarkan diri di atas brangkar. Alat pernapasan menempel di mulutnya, kepala di perban, tangannya pun di perban.

"Ternyata dia wanita yang sempat Kakak tolong, Dek. Gadis itu dua kali di kejar orang yang katanya ingin berbuat jahat kepada dia."

"Kak Azriel pernah bertemu? Tapi dia sangatlah cantik, Kak. Cuman kasian harus kecelakaan. Aku mau mengaji buat dia, Kak. Siapa tahu ayat-ayat Alquran mampu merangsang pertumbuhan kesadarannya. Dan semoga saja ada mukjizat dari Allah sehingga dia tersadar dari komanya."

"Kamu benar, hanya kepada Allah kita berserah diri."

Tok .. tok .. tok ...

Azriel dan Khanza menoleh, masuklah Azzam dan Azzura.

"Bunda, Ayah." Ucap keduanya secara bersamaan.

"Azriel, Khanza, kalian tidak apa-apa?" tanya Azzura langsung memeluk putra putrinya secara bergantian.

"Kami tidak apa-apa, Bunda. Hanya saja dia ..." Azriel menunjuk Naura.

"Jadi dia korban kecelakaannya?" tanya Azzam melirik Naura.

"Iya, Ayah. Sampai saat ini belum ada sanak saudara yang menjenguknya. Makanya aku dan Khanza di sini dulu, kami bingung mau menghubungi keluarganya. Tidak ada identitas yang di temukan di dalam mobil, kata para warga begitu, Ayah, Bunda."

"Ya Allah, kasihan sekali dia ini. Terus sekarang bagaimana?" tanya Azzura.

"Kami juga tidak tahu, tapi Khanza ingin menemaninya, boleh?" ucap Khanza.

"Maksudnya?"

"Selama tidak ada orang yang menjenguknya izinkan Khanza yang menemani dia dan merawatnya," ucap Khanza.

"Khanza kamu seriusan?" Azzura memastikan lagi niat putrinya. Setahunya Khanza bukanlah orang yang mudah dekat dengan orang lain.

"Khanza serius, Bunda. Aku kasihan lihat dia sendirian." Khanza menatap wajah teduh Naura yang terus memejamkan mata.

"Mas?" Azzura menatap suaminya untuk meminta persetujuan dari Azzam.

"Ayah tidak melarang mu, tapi ini sudah malam. Kita juga tidak tahu siapa dia."

"Justru karena kita tidak tahu dan belum ada keluarganya yang datang, kita tungguin dia sampai sadar meskipun dokter bilang harapan dia hidup sangatlah tipis," kata Azriel.

"Ya Allah, dia koma?"

"Kata Dokter tepatnya begitu, Bunda. Kalau dalam satu Minggu tidak ada kemajuan maka terpaksa alat yang menempel di tubuhnya akan di lepas dan dinyatakan meninggal," jelas Azriel memberitahukan informasi dari dokter.

"Kasihan sekali gadis ini. Ya sudah, Bunda izinkan Khanza menemaninya sebelum kamu mondok." Azzura yang memiliki hati lembut tidak tega membiarkan gadis yang baru ia temui sendirian.

"Baiklah, Ayah juga mengizinkan kamu, tapi Azriel juga akan menemani kamu di sini."

"Berarti malam ini kak Azriel dan aku akan tidur di sini ya, Ayah, Bunda."

"Bagaimana Mas?" Azzura menatap suaminya, semua keputusan ada pada suaminya.

"Iya, boleh. Kamu Azriel, lebih baik pulang dulu ganti pakaian kamu."

"Kalau pulang jauh, Ayah. Di depan ada mall, baju gantinya Azriel beli saja supaya tidak bolak balik ke rumah."

"Biar Ayah saja yang belikan. Kalian tunggu di sini."

Azzura menatap silih berganti orang-orang yang ia sayangi. Mereka begitu baik, peduli, dan juga perhatian sama orang lain. Azzura bersyukur memiliki keluarga yang sangat luar biasa baiknya. Tidak pernah ada kata menyesal dalam diri Azzura memiliki suami dan anak-anak seperti mereka.

Lalu matanya beralih pada Naura. "Entah siapa kamu, saya berharap Allah memberikan kamu kesempatan kedua. Sadarlah, Nak. Jika kamu tersadar saya yakin kamu akan menjadi wanita yang luar biasa."

Terpopuler

Comments

Chintiya Mins

Chintiya Mins

𝚝𝚑𝚘𝚛 𝚔𝚊𝚕𝚘 𝚛𝚞𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚘𝚖𝚊 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚌𝚞𝚖𝚊𝚗 𝚊𝚝𝚞 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚓𝚊 𝚢𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚓𝚎𝚗𝚐𝚞𝚔?

2023-07-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Prolog
2 Bab 2 - Melarikan Diri
3 Bab 3 - Terima kasih
4 Bab 4 - Mengadu
5 Bab 5 - Dimarahi
6 Bab 6 - Bingung
7 Bab 7 - Mencari pekerjaan
8 Bab 8 - Sebuah Tawaran
9 Bab 9 - Terpaksa Menerima
10 Bab 10 - Mobil Bergoyang
11 Bab 11 - Menyesal
12 Bab 12 - Jebakan
13 Bab 13 - Membantu
14 Bab 14 - Membantu Part 2
15 Bab 15 - Mencari
16 Bab 16
17 Bab 17 - Ingin berubah
18 Bab 18 - Ajakan Azzura
19 Bab 19 - Persiapan
20 Bab 20
21 Bab 21 - Penjara Suci
22 Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23 Bab 23 - Suasana Baru
24 Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25 Bab 25
26 Bab 26 - Mengatur
27 Bab 27 - Masak sambil Belajar
28 Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29 Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30 Bab 30 - Menghindari
31 Bab 31 - Sebuah Peringatan
32 Bab 32 - Curhatan Naura
33 Bab 33 - Kabar Baik
34 Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35 Bab 35 - Kembali Mondok
36 Bab 36 - Mengintip
37 Bab 37 - Salah Paham
38 Bab 38 - Sebuah Fitnah
39 Bab 39 - Hukuman
40 Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41 Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42 Bab 42 - Aku akan berjuang
43 Bab 43 - Kabar mengejutkan
44 Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45 Bab 45 - Panik
46 Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47 Bab 47 - Kabar Duka
48 Bab 48 - Sebuah Permintaan
49 Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50 Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51 Bab 51
52 Bab 52 - Siapa yang menikah?
53 Bab 53 - Terluka luar dalam
54 Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55 Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56 Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57 Bab 57 - Idenya Fatimah
58 Bab 58 - Dia?!
59 Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60 Bab 60 - Lontaran Hinaan
61 Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62 Bab 62 - Terkejut
63 Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64 Bab 64 - Permintaan maaf
65 Bab 65 - Rencana Fatimah
66 Bab 66 - Kedatangan Azriel
67 Bab 67 - Tekad Azriel
68 Bab 68 - Halal secara agama dulu
69 Bab 69 - Pernikahan dadakan
70 Bab 70 - Aku tidak mau!
71 Bab 71 - Pengantin Pengganti
72 Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73 Bab 72 - Nyaman
74 Bab 73 - Di balik cerita
75 Bab 74 - Ternyata kamu ...
76 Bab 75 - Perasaan Revan
77 Bab 76 - Pembicaraan pria
78 Bab 77 - Halusinasi
79 Bab 78 - Bukti Nyata
80 Bab 79 - Berbicara
81 Bab 80 - Sean
82 Bab 81 - Masa lalu Aditya
83 Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 - Prolog
2
Bab 2 - Melarikan Diri
3
Bab 3 - Terima kasih
4
Bab 4 - Mengadu
5
Bab 5 - Dimarahi
6
Bab 6 - Bingung
7
Bab 7 - Mencari pekerjaan
8
Bab 8 - Sebuah Tawaran
9
Bab 9 - Terpaksa Menerima
10
Bab 10 - Mobil Bergoyang
11
Bab 11 - Menyesal
12
Bab 12 - Jebakan
13
Bab 13 - Membantu
14
Bab 14 - Membantu Part 2
15
Bab 15 - Mencari
16
Bab 16
17
Bab 17 - Ingin berubah
18
Bab 18 - Ajakan Azzura
19
Bab 19 - Persiapan
20
Bab 20
21
Bab 21 - Penjara Suci
22
Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23
Bab 23 - Suasana Baru
24
Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25
Bab 25
26
Bab 26 - Mengatur
27
Bab 27 - Masak sambil Belajar
28
Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29
Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30
Bab 30 - Menghindari
31
Bab 31 - Sebuah Peringatan
32
Bab 32 - Curhatan Naura
33
Bab 33 - Kabar Baik
34
Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35
Bab 35 - Kembali Mondok
36
Bab 36 - Mengintip
37
Bab 37 - Salah Paham
38
Bab 38 - Sebuah Fitnah
39
Bab 39 - Hukuman
40
Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41
Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42
Bab 42 - Aku akan berjuang
43
Bab 43 - Kabar mengejutkan
44
Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45
Bab 45 - Panik
46
Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47
Bab 47 - Kabar Duka
48
Bab 48 - Sebuah Permintaan
49
Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50
Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51
Bab 51
52
Bab 52 - Siapa yang menikah?
53
Bab 53 - Terluka luar dalam
54
Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55
Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56
Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57
Bab 57 - Idenya Fatimah
58
Bab 58 - Dia?!
59
Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60
Bab 60 - Lontaran Hinaan
61
Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62
Bab 62 - Terkejut
63
Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64
Bab 64 - Permintaan maaf
65
Bab 65 - Rencana Fatimah
66
Bab 66 - Kedatangan Azriel
67
Bab 67 - Tekad Azriel
68
Bab 68 - Halal secara agama dulu
69
Bab 69 - Pernikahan dadakan
70
Bab 70 - Aku tidak mau!
71
Bab 71 - Pengantin Pengganti
72
Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73
Bab 72 - Nyaman
74
Bab 73 - Di balik cerita
75
Bab 74 - Ternyata kamu ...
76
Bab 75 - Perasaan Revan
77
Bab 76 - Pembicaraan pria
78
Bab 77 - Halusinasi
79
Bab 78 - Bukti Nyata
80
Bab 79 - Berbicara
81
Bab 80 - Sean
82
Bab 81 - Masa lalu Aditya
83
Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!