Bab 17 - Ingin berubah

Banyak hal yang Naura pelajari dari Khanza dan Azriel. Ketulusan, ikhlas, sabar, dan sebuah keluarga yang saling mendukung. Ia yang terlahir sebagai anak tunggal dan tidak tahu ayahnya siapa, merasa iri melihat keakraban Azriel dan juga Khanza.

"Dimana keluarga mu, Nau?" tanya Azzura yang juga ada di sana melihat keadaan Naura. Bahkan Azzam pun ada beserta anak bungsunya, Naufal.

"Keluarga?" mengingat keluarga, wajah Naura terlihat sangat murung sekali. Bahkan ia menunduk dengan mata yang berkaca-kaca.

Azzura menggenggam tangan Naura. "Kalau kamu tidak ingin cerita tidak apa-apa. Itu masalah pribadi kamu."

"Sebenarnya aku tidak tahu apakah ibu memikirkan aku atau tidak. Aku keluar dari rumah dan ibu memilih suami barunya." Naura tidak berbohong, ia berkata jujur mengenai apa yang ia alami.

"Kenapa begitu? Apa kalian punya masalah? Seburuk-buruknya seorang ibu adalah orangtua kamu yang wajib kamu hormati, surga ada di telapak kaki ibu, Nak. Kamu tidak boleh marah apalagi memusuhi ibumu."

"Tante, ada satu hal yang membuat aku keluar rumah. Aku tidak marah sama ibuku, tapi aku hanya kecewa atas sikapnya yang lebih mempercayai pria lain daripada aku. Ibu masih padaku, ia mengusirku dan memilih pria yang baru ibu kenal. Sampai saat ini aku tidak tahu apakah ibu memikirkan aku, mencarimu, atau tidak."

Azzura tidak tahu masalah Naura seperti apa. Tapi mendengar ceritanya, ia merasa kasihan pada Naura. "Kamu yang sabar ya, semoga Allah memberikan jalan untuk kamu dan juga ibumu untuk kembali bertemu dan bersatu."

"Kamu punya masalah dengan ibumu?" tanya Khanza yang ada di sana sambil menikmati cemilan kua yang di bawa Bundanya.

"Iya."

"Emangnya masalah apa sampai ibunya kakak tidak mau mencari?" Khanza dibuat penasaran tentang kehidupan wanita yang ia tolong.

"Khanza, kamu tidak boleh bilang begitu. Itu masalah pribadi dan kamu tidak perlu mengetahuinya." Azzura menegur putrinya, ia juga ingin tahu, tapi ia tidak mau memaksakan Naura bercerita padanya.

"Tidak apa-apa, Tante. Aku juga tidak tahu kenapa ibuku tidak mencari ku, tapi sebelum aku keluar dari rumah, ibu ku membela suaminya yang jelas-jelas salah. Ibu termakan fitnah yang di berikan oleh Om Bara yang mengatakan kalau aku ini mencoba merayu suaminya, kalau aku ini seorang wanita malam. Padahal semua yang di ucapkan bukanlah kenyataannya. Ibu marah dan tidak mau bertemu denganku. Ibu juga lebih memilih suaminya."

"Ya Allah, ada juga ya seorang ibu percaya sama ucapan orang lain," kata Khanza tidak percaya kalau ibunya Naura bisa berbuat seperti itu.

"Apa kamu sudah berusaha menjelaskan bahwa kamu tidak salah?" tanya Azzura.

"Sudah, Tante. Tapi ibu tidak percaya padaku. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi. Satu sisi aku ingin ketemu ibu, tapi di sisi lain aku takut bertemu om Bara yang mencoba ..." Naura menjeda ucapannya teringat saat pria tua itu mencoba melecehkannya. Matanya terpejam menahan rasa marah yang ia rasakan.

"Mencoba apa, Kak?" tanya Khanza.

"Mencoba melecehkan aku."

"Innalilahi," ucap Azzura dan Khanza bersamaan tidak percaya kalau gadis yang sedang duduk di brangkar ini mengalami hal yang tidak baik.

"Maaf, seharusnya kita tidak membahas ini. Pasti kamu trauma batas peristiwa yang menimpamu. Sekali lagi kami minta maaf," kata Azzura tidak enak hati harus membahas kehidupan Naura.

"Tidak apa-apa, Tante. Ini memang cerita pahit ku yang jauh dari kata suci. Bahkan aku tidak sesuci kalian, aku ini banyak sekali dosa dan aku juga tidak mengenal dekat Tuhanku." Mendengar Khanza dan Azriel yang sering mengaji membuat hati Naura tenang dan juga malu. Malu atas setiap perbuatan yang ia lakukan.

"Maksudnya kamu tidak pernah shalat?" tanya Azzura. Tanpa ragu Naura menganggukkan kepalanya sebagai tanda kalau ia tidak pernah shalat.

"Ngaji juga tidak tahu?" tanya Khanza dan lagi-lagi Naura mengangguk sebagai tanda kalau dia tidak bisa mengaji.

Azzura dan Khanza saling lirik dengan pikiran yang sulit di tebak.

"Maaf, apa orangtuamu tidak mengajarimu?" tanya Azzura hati-hati.

Wajah Naura murung, perlahan ia menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku hanya punya ibu saja, dan aku tidak tahu ayahku dimana. Ibu lebih sering bekerja tanpa mau mengajariku. Ibu hanya ingin aku belajar dan sekolah yang benar dan menjadi orang sukses."

"Kalau kamu mau belajar, kamu bisa kok. Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Mau tua muda, dan juga dewasa bukanlah suatu hambatan menuntut ilmu."

"Belajar? Tapi siapa yang mau mengajariku di saat sudah besar begini? Pasti tidak akan ada orang yang mau." Naura mulai tertarik dengan dunia yang Khanza lakukan. Ia tertarik ingin membaca Al-Qur'an, ia tertarik memakai pakaian tertutup, ia tertarik melakukan gerakan yang dinamakan shalat. Hal itu mulai ada tanda-tanda ketika dalam tidurnya sering mendengar orang mengaji. Hati nuraninya begitu tenang dan merasa damai.

"Banyak sayang. Banyak guru-guru yang mau mengajarimu. Dan kalau kamu mau, Tante ataupun Khanza bisa membantumu, iya kan Khanza?" ujar Azzura.

"Iya, Kak. Dengan senang hati kita akan membantu kamu, Kak."

Naura tersenyum senang ada orang yang mau membantunya, tapi ia bingung mau tinggal dimana.

"Kalau belajar kan harus ada tempat tinggal, lalu aku tinggal dimana? Aku bingung, dan kalau kembali ke sana aku tidak mau, takut." Kembali ke club pun Naura tidak mau. Bukan karena tidak ingin bertemu Melinda, tapi karena tidak ingin ada orang-orang yang mendekatinya sampai mencoba menjebaknya. Naura sudah tidak mau berada di lingkungan yang penuh dengan dunia malam.

"Tinggal saja di rumah mu!" celetuk seseorang.

Azzura dan Khanza menoleh ke arah pintu yang dimana suaranya berasal.

"Mama."

"Nenek."

"Sudah cukup keluarga saya membantu kamu, jadi jangan lagi merepotkan kita!" Fatimah menatap Naura.

"Mah, Naura itu sedang butuh bantuan ..." nun perkataan Azzura segera di potong oleh Fatimah.

"Batuan apa lagi? Tempat tinggal? Mama tidak mau ya kita terus mengurus anak tidak jelas asal usulnya ini. Dia itu orang lain, dan karena dia kalian semua repot sampai harus bolak balik ke rumah sakit."

Naura menunduk merasa bersalah. Ia sudah merepotkan orang lain karena dirinya yang terbaring lemah.

"Maaf," lirih Naura.

"Maaf mu tidak akan cukup atas rasa peduli yang keluarga kita berikan. Jadi, tolong jangan sampai merepotkan kita lagi, ok!"

"Mah, Naura ingin belajar tentang agamanya, apa itu salah? Masalah tempat tinggal, kan Naura masih bisa tinggal di kontrakan."

"Banyak orang di luaran sana yang bersedia mengajarinya, tapi jangan kita lagi. Sudah satu Minggu ini kita terus menerus membantu dia, dan biarkan kali ini dia berusaha sendiri. Enak banget terus di bantuin kita, gak jelas banget!"

"Tapi, Mah ..."

"Tidak ada tapi-tapian! Pokoknya mama tidak mau kalian berurusan dengan gadis tidak jelas ini!"

Sakit itulah yang Naura rasakan. "Tidak jelas? Aku saja tidak jelas siapa ayahku."

Episodes
1 Bab 1 - Prolog
2 Bab 2 - Melarikan Diri
3 Bab 3 - Terima kasih
4 Bab 4 - Mengadu
5 Bab 5 - Dimarahi
6 Bab 6 - Bingung
7 Bab 7 - Mencari pekerjaan
8 Bab 8 - Sebuah Tawaran
9 Bab 9 - Terpaksa Menerima
10 Bab 10 - Mobil Bergoyang
11 Bab 11 - Menyesal
12 Bab 12 - Jebakan
13 Bab 13 - Membantu
14 Bab 14 - Membantu Part 2
15 Bab 15 - Mencari
16 Bab 16
17 Bab 17 - Ingin berubah
18 Bab 18 - Ajakan Azzura
19 Bab 19 - Persiapan
20 Bab 20
21 Bab 21 - Penjara Suci
22 Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23 Bab 23 - Suasana Baru
24 Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25 Bab 25
26 Bab 26 - Mengatur
27 Bab 27 - Masak sambil Belajar
28 Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29 Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30 Bab 30 - Menghindari
31 Bab 31 - Sebuah Peringatan
32 Bab 32 - Curhatan Naura
33 Bab 33 - Kabar Baik
34 Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35 Bab 35 - Kembali Mondok
36 Bab 36 - Mengintip
37 Bab 37 - Salah Paham
38 Bab 38 - Sebuah Fitnah
39 Bab 39 - Hukuman
40 Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41 Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42 Bab 42 - Aku akan berjuang
43 Bab 43 - Kabar mengejutkan
44 Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45 Bab 45 - Panik
46 Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47 Bab 47 - Kabar Duka
48 Bab 48 - Sebuah Permintaan
49 Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50 Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51 Bab 51
52 Bab 52 - Siapa yang menikah?
53 Bab 53 - Terluka luar dalam
54 Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55 Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56 Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57 Bab 57 - Idenya Fatimah
58 Bab 58 - Dia?!
59 Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60 Bab 60 - Lontaran Hinaan
61 Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62 Bab 62 - Terkejut
63 Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64 Bab 64 - Permintaan maaf
65 Bab 65 - Rencana Fatimah
66 Bab 66 - Kedatangan Azriel
67 Bab 67 - Tekad Azriel
68 Bab 68 - Halal secara agama dulu
69 Bab 69 - Pernikahan dadakan
70 Bab 70 - Aku tidak mau!
71 Bab 71 - Pengantin Pengganti
72 Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73 Bab 72 - Nyaman
74 Bab 73 - Di balik cerita
75 Bab 74 - Ternyata kamu ...
76 Bab 75 - Perasaan Revan
77 Bab 76 - Pembicaraan pria
78 Bab 77 - Halusinasi
79 Bab 78 - Bukti Nyata
80 Bab 79 - Berbicara
81 Bab 80 - Sean
82 Bab 81 - Masa lalu Aditya
83 Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Bab 1 - Prolog
2
Bab 2 - Melarikan Diri
3
Bab 3 - Terima kasih
4
Bab 4 - Mengadu
5
Bab 5 - Dimarahi
6
Bab 6 - Bingung
7
Bab 7 - Mencari pekerjaan
8
Bab 8 - Sebuah Tawaran
9
Bab 9 - Terpaksa Menerima
10
Bab 10 - Mobil Bergoyang
11
Bab 11 - Menyesal
12
Bab 12 - Jebakan
13
Bab 13 - Membantu
14
Bab 14 - Membantu Part 2
15
Bab 15 - Mencari
16
Bab 16
17
Bab 17 - Ingin berubah
18
Bab 18 - Ajakan Azzura
19
Bab 19 - Persiapan
20
Bab 20
21
Bab 21 - Penjara Suci
22
Bab 22 - Tidak ada kata terlambat
23
Bab 23 - Suasana Baru
24
Bab 24 - Sebuah Pertanyaan
25
Bab 25
26
Bab 26 - Mengatur
27
Bab 27 - Masak sambil Belajar
28
Bab 28 - Waktu Cepat Berlalu
29
Bab 29 - Tidak Sesuai Ekspektasi
30
Bab 30 - Menghindari
31
Bab 31 - Sebuah Peringatan
32
Bab 32 - Curhatan Naura
33
Bab 33 - Kabar Baik
34
Bab 34 - Segenggam Rindu Untuk Ibu
35
Bab 35 - Kembali Mondok
36
Bab 36 - Mengintip
37
Bab 37 - Salah Paham
38
Bab 38 - Sebuah Fitnah
39
Bab 39 - Hukuman
40
Bab 40 - Ungkapan Perasaan
41
Bab 41 - Kabar Menyesakkan
42
Bab 42 - Aku akan berjuang
43
Bab 43 - Kabar mengejutkan
44
Bab 44 - Kabar Mengejutkan part 2
45
Bab 45 - Panik
46
Bab 46 - Keadaan yang berbeda
47
Bab 47 - Kabar Duka
48
Bab 48 - Sebuah Permintaan
49
Bab 49 - Kenyataan tentang Naura
50
Bab 50 - Terpaksa Meminangnya
51
Bab 51
52
Bab 52 - Siapa yang menikah?
53
Bab 53 - Terluka luar dalam
54
Bab 54 - Keegoisan Fatimah
55
Bab 55 - Apa hubungan kalian?
56
Bab 56 - Keingintahuan Khanza
57
Bab 57 - Idenya Fatimah
58
Bab 58 - Dia?!
59
Bab 59 - Tentang Masa Lalu
60
Bab 60 - Lontaran Hinaan
61
Bab 61 - Kisah kita cukup sampai disini
62
Bab 62 - Terkejut
63
Bab 63 - Nasihat dari Aditya
64
Bab 64 - Permintaan maaf
65
Bab 65 - Rencana Fatimah
66
Bab 66 - Kedatangan Azriel
67
Bab 67 - Tekad Azriel
68
Bab 68 - Halal secara agama dulu
69
Bab 69 - Pernikahan dadakan
70
Bab 70 - Aku tidak mau!
71
Bab 71 - Pengantin Pengganti
72
Promosi Novel - Khanza ( air mata pernikahan )
73
Bab 72 - Nyaman
74
Bab 73 - Di balik cerita
75
Bab 74 - Ternyata kamu ...
76
Bab 75 - Perasaan Revan
77
Bab 76 - Pembicaraan pria
78
Bab 77 - Halusinasi
79
Bab 78 - Bukti Nyata
80
Bab 79 - Berbicara
81
Bab 80 - Sean
82
Bab 81 - Masa lalu Aditya
83
Bab 82 - Masa lalu Aditya part 2
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!