Di saat Farida penyesalan datang atas pengkhianatan sang suami, ada Naura yang tengah berjuang menghidupi dirinya sendiri.
Di tengah gemerlapnya malam, Naura masih menjalankan tugasnya sebagai seorang pemandu karaoke di salah satu club' malam. Padahal jam baru menunjukkan pukul delapan malam, tapi pengunjung sudah sangat ramai tak terkendali karena banyaknya para pengunjung.
Semenjak Naura hadir, banyak pria yang ingin di temani oleh Naura. Hal itu membuat salah satu pemandu karaoke lainnya cemburu karena merasa Naura telah mengambil kliennya.
"Brengsek, gara-gara kedatangan wanita itu pelangganku tidak mau memakai jasaku lagi. Semuanya ingin di layani dia. Dan sialnya pendapatan ku berkurang."
"Kau benar, aku saja muak melihatnya yang sok kecantikan itu. Ingin rasanya ku kerjai di habis-habisan."
"Eh, itu ide yang bagus. Bagaimana kalau kita jebak dia dan kita berikan kepada pria tua, botak, buncit, dan juga jelek. Aku yakin Naura akan sangat syok dan juga trauma, jadinya dia tidak ingin kesini lagi."
"Iya, itu ide yang bagus. Kalau begitu kita lakukan sekarang saja."
"Setuju." Dua orang yang tidak menyukai keberadaan Naura di sana sedang merencanakan sesuatu kepada Naura.
"Kamu cari pria tuanya, aku yang akan menjebak Naura," kata Sisil.
"Siap." Lalu keduanya menjalankan tugas mereka masing-masing.
Sisil tengah mengambil sesuatu dari dalam tasnya yang selalu ia minum ketika sedang tidak bisa tidur. Kemudian Sisil menghampiri Naura yang tengah berdiri mengambil minuman di meja yang memang di sediakan minuman.
"Naura."
"Iya."
"Pekerjaan mu sudah selesai?"
"Untuk saat ini sudah, pelanggan ku sudah pada pulang. Tapi tidak tahu kalau nanti. Emangnya kenapa?"
Sisil menunduk seraya menyeringai. "Bagus, ini jalan bagus untuk bisa menjebaknya."
"Tadi ada orang yang mencarimu, katanya suruhan keluarga mu."
Naura mengerutkan keningnya. "Suruhan keluarga ku? Siapa?" Namun Naura takut jika itu adalah Bara. Dia takut kalau pria itu menemukan dirinya yang ada di sana.
"Aku juga tidak tahu, tapi katanya sangatlah penting." Di saat Naura tengah berpikir, Sisil memperhatikannya dan menuangkan sesuatu ke dalam minuman secara sembunyi supaya Naura tidak tahu.
"Jangan-jangan itu adalah Om Bara? Jika ia apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin bertemunya, aku takut Om Bara memaksaku. Tidak, aku tidak mau." Ketakutan terbesarnya hadir lagi dari dalam diri Naura.
"Naura, kenapa kamu melamun? Ayo temui pria itu, katanya mau bicara soal ibumu."
"Hmmm, ciri-ciri orangnya bagaimana?"
"Pendek, gendut, dan berkepala botak. Dia bilang tetangga rumahmu. Ibu mu sakit." Sisil semakin mengarang cerita demi bisa menyingkirkan Naura. Ia ingin membuat kapok dan tidak lagi berada di sana. Ia tahu kalau Naura wanita kesayangan Madam Melinda, jadinya selalu di jaga. Dan itu artinya di sekitar club Naura di jaga dari para pria yang ingin menggunakan jasanya.
"Apa?! Ibu ku sakit? Ja-jadi itu beneran suruhan ibuku?" Barulah Naura mempercayai ucapan Sisil. Yang tadinya berpikir orang itu adalah Bara, kini menjadi khawatir setelah mendengar ibunya sakit.
"Ya, katanya ibumu sakit. Kamu tidak mau kuenya dulu? Nanti kalau terjadi sesuatu kepada ibumu bagaimana? Sekarang pergilah temui ibumu."
"Ya, kau benar. Jika terjadi sesuatu kepada ibu aku akan sangat merasa bersalah. Kalau begitu aku akan menemui ibuku dulu." Naura yang panik mengambil gelas minumannya kemudian meminum.
Sisil merasa senang apa yang ia rencanakan begitu berjalan mulus. "Seperti yang ku inginkan. Dia meminumnya dan rasakan akibatnya."
"Makanya buruan temui dia."
"Dimana, orang itu dimana?" Naura sudah tidak sabar ingin mengetahui lebih lanjut mengenai ibunya. Ia sangat khawatir, dan Naura tidak pernah lupa pada ibunya meskipun Farida sudah menuduhnya.
"Ada di luar bersama Joana."
"Makasih, Sisil. Aku kesana dulu." Naura pun tergesa keluar dari club. Langkahnya begitu lebar demi bisa menemui orang yang di bidang Sisil. Naura tidak memiliki pikiran negatif terhadap Sisil, jadinya ia mudah percaya.
"Yes, berhasil." Sisil tertawa bahagia kehancuran tiba di depan mata Naura.
*****
"Joana, dimana orang itu?" Naura menemukan Joanna yang sedang berada di luar. Namun, entah kenapa kepala Naura sangatlah terasa pusing. "Kepalaku pusing sekali."
"Dia ada sana, Nau. Ayo kita kesana." Joana merangkul pundak Naura menahan tubuh gadis remaja itu supaya tidak terjatuh.
"Ah iya." Tangan Naura pemegang kepalanya yang semakin bertambah pusing. Namun ia berusaha untuk menahan demi mendapatkan informasi tentang ibunya.
Tapi rasa pusing itu tidak bisa menahan keseimbangan tubuh Naura hingga Naura perlahan memejamkan mata dan hendak terjatuh. Untungnya Joana menahannya.
"Naura kau tidak apa-apa?"
"Jo, bagaimana?" tanya Sisil sudah berada di dekat Joana.
"Berhasil. Kalau begitu bantu aku membawa dia ke pria yang sudah ku cari."
"Iya," jawab Sisil, lalu membantu Joana memapah Naura.
Setibanya di mobil orang yang akan menggunakan jasa Naura, Joana memanggil orang itu.
"Pak, ini dia orang yang saya tawarkan kepada anda."
Orangtua sesuai keinginan Sisil itu tersenyum senang mangsanya adalah wanita muda. "Wow, ternyata dia jauh lebih segar dan menarik. Ok saya akan bayar mahal dia. Sekarang masukan dia ke dalam!" titahnya menyukai Naura.
"Ok." Sisil dan Joana memasukkan Naura kedalam mobil bagian depan.
"Bayarannya sudah saya transfer ke no rekening kamu," kata pria itu pada Joana.
"Terima kasih, Pak. Saya jamin Anda akan puas dengannya. Saya jamin dia tidak akan mengecewakan Anda," kata Joana.
"Tentu saja, ikan segar begitu pastinya masih segar pula."
*****
Mobil yang membawa Naura terus berjalan menuju hotel. Pria sekitar umur empat puluh tahun itu terus menoleh pada Naura dan memperhatikan kemolekan tubuh Naura.
"Dia sangat cantik dan juga bohay, saya tidak sabar mencicipi setiap jengkal tubuhnya. Apa saya berhenti dulu di tengah jalan? Ah tidak enak jika di jalan." Tangan pria itu mengusap pipi putih Naura yang terbalut makeup.
Naura merasakan sebuah sentuhan, ia mulai tersadar dari pingsannya. Matanya perlahan terbuka, dan ia terkejut ketika ada yang mengelus lehernya.
"Siapa kau!" Naura menepis tangan pria itu kemudian memundurkan tubuhnya ke pintu mobil. Ia ketakutan kala menyadari dirinya berada di dalam mobil.
"Kamu sudah sadar, jangan takut. Kita sedang menuju hotel."
"Hotel? Ka-kau mau ngapain? Dimana orang itu? Dimana pria yang ingin bicara tentang ibuku?"
"Pria? Siapa? Hanya ada kita berdua di sini. Tidak ada orang lain selain kita dan saya sudah membeli mu dari wanita itu."
"Apa? Membeli ku? Wanita?" Naura berpikir siapa kiranya yang sudah menjualnya? Perasaan ia tidak menjual diri? Madam Melinda tidak mungkin? Namun Naura mengingat Joana dan Sisil. "Apa jangan-jangan mereka yang ..."
"Tidak! Aku tidak pernah menjual diri, turunkan aku!" sentak Naura ketakutan pria itu macam-macam padanya.
"Tapi saya sudah membayar dua puluh juta, jadi kamu harus ikut saya!" balas pria itu yang juga bernama tinggi.
"Aku bilang tidak mau!" Naura nekat mengganggu stir nya hingga pria itu terganggu.
"Hei! Apa yang kau lakukan?"
"Aku mau turun! Aku tidak mau ikut denganmu pria tua!"
"Ini bahaya."
"Aku tidak peduli!" Naura terus mengganggu. Tanpa di sadari oleh mereka, mobilnya hendak menabrak kendaraan lain. Naura terbelalak pun dengan pria tua itu yang langsung banting setir.
"Akkkhhh ..."
Braakkk...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments