Suamiku Disisihkan
POV [Azzam Hermawan]
Pagi ini adalah hari pertamaku bekerja sebagai seorang driver di kediaman orang tersohor di kota kecil tempat aku tinggal bersama kedua adik-adikku. Oya, namaku Azzam Hermawan. Kalian bisa memanggilku Azzam saja.
Aku anak pertama dari tiga bersaudara, Aku mengambil peran sebagai ayah dan ibu, juga sebagai seorang Abang untuk kedua adik-adikku.
Sedari kecil kami telah ditinggal pergi untuk selamanya oleh kedua orangtua. Ah, rasanya sedih bila mengingat kembali kisah hidupku, tapi agar kalian tahu maka aku sedikit bercerita ya.
Sepuluh tahun yang lalu kedua orangtuaku meninggal dunia didalam kecelakaan kendaraan umum yang mereka tumpangi. Pada saat itu aku baru saja lulus sekolah menengah atas. Azhar Adikku yang nomor dua baru duduk di kelas satu SMP. Dan Azizah adikku yang paling kecil baru kelas tiga dasar.
Saat itu kami benar-benar dirundung duka yang begitu dalam. Bagaimana tidak, orang yang selama ini menyayangi dan berusaha memenuhi kebutuhan kami, namun kini mereka telah tiada. Kami bagaikan anak ayam kehilangan induknya.
Aku sebagai seorang kakak, maka tak ingin terlalu terpuruk dalam kesedihan berkepanjangan. Ya, aku harus kuat demi kedua adik-adikku yang sedang membutuhkan perlindungan dan juga bimbingan.
Aku berusaha untuk tetap tenang dan tegar menjalani kehidupan yang terasa sangat kejam dan begitu berat bila dijalani oleh anak remaja seperti diriku. Aku mulai berpikir bagaimana caranya agar adik-adikku tak putus biaya dan tetap hidup layak seperti anak-anak yang lainnya.
Bermacam pekerjaan yang aku lakukan, aku tak peduli seberat apapun pekerjaan itu, yang jelas keinginanku hanya satu, yaitu untuk memenuhi kebutuhan kedua adikku dan memberinya kehidupan yang layak, seperti saat ibu dan ayah masih ada.
Dengan segala kegigihanku dalam bekerja, Alhamdulillah sekarang kedua adik-adikku masih bisa mengenyam pendidikan. Azhar sudah kuliah di sebuah universitas dengan jurusan teknik elektro. Sementara sibungsu kami sudah menginjak kelas dua SMA.
Aku harus bisa membiayai sekolah kedua adikku, meskipun aku harus mengesampingkan dulu cita-citaku yang ingin menjadi arsitektur.
Nah segitu dulu sedikit cerita perjalanan hidupku ya. Aku sedang buru-buru, soalnya ini adalah hari pertama aku masuk kerja sebagai seorang driver. Aku tidak ingin dihari pertama bekerja mendapat penilaian minus dari majikanku.
***
Aku turun dari sebuah angkutan umum, kulihat sebuah rumah yang cukup besar dan sangat megah. Ah, tak heran lagi jika rseorang pejabat negara mempunyai rumah mewah.
Ah, ya. Aku lupa memberitahu bahwa aku bekerja dengan Pak Haidan, yaitu seorang anggota dewan di kota ini. Aku belum pernah bertemu dengan beliau karena aku masuk kerja melalui Pak Tono, beliau adalah seorang tukang kebun di rumah itu. Kebetulan orang rumah itu membutuhkan seorang supir untuk putrinya yang baru saja pulang dari luar negeri.
Dengan langkah pasti aku menuju gerbang rumah itu. Seorang Security menghampiriku.
"Mau bertemu dengan siapa, Mas?" tanya Pria bertubuh besar itu.
"Ah, saya diminta Pak Haidan datang kesini untuk menjadi driver," jawabku dengan senyum ramah.
"Oh, jadi Mas yang ingin menjadi driver untuk Mbak Zulaikha?" tanya Pria itu kembali sembari mengulurkan tangannya, dan tentu saja aku menyambut dengan senang hati.
"Benar, Pak. Oya, nama saya Azzam," ucapku dengan mengangguk ramah tanpa mengurangi rasa hormatku pada orang yang lebih tua dariku.
"Ya, nama saya Danang. Kalau begitu mari masuk saya antar untuk bertemu dengan Pak Haidan."
Aku segera mengikuti langkah Pria yang kuperkirakan setengah abad itu. Sedikit gugup saat langkahku menapaki lantai granit rumah megah itu.
"Bik, ini Nak Azzam supir baru untuk Mbak Zulaikha," ucap Pak Danang pada Bibik.
"Oh, silahkan duduk dulu Nak Azzam, biar saya panggil Tuan dan Nyonya dulu," ucap Bibik, sudah pasti dia adalah Asisten rumah tangga keluarga ini.
Pak Danang sudah kembali keluar. Kini hanya tinggal aku yang duduk seorang diri. Aku mengamati sekeliling ruangan itu. Sungguh desainnya sangat bagus, aku rasa yang merancang model rumah ini adalah arsitek terkenal, karena sudah tak diragukan lagi model dan kualitasnya.
Sudah lima belas menit aku duduk, namun belum terlihat pemilik rumah ini keluar. Aku berusaha rileks duduk tenang sembari memainkan ponselku yang sedikit sudah ketinggalan zaman, tak mengapa jadul aku bersyukur masih memilikinya.
"Selamat pagi," seru seorang pria menghampiriku dan duduk dihadapanku dengan kaki terangkat, yang biasa kusebut ongkang kaki.
"Ah, selamat pagi, Pak. Nama saya Azzam, Pak," sambutku dengan ramah sembari menyalami beliau.
"Ya, apakah kamu orang yang dikatakan Pak Tono yang ingin menjadi supir disini?" tanyanya dengan nada datar.
"Benar sekali, Pak."
"Apakah kamu mempunyai SIM?"
"Ada, Pak." Aku segera memperlihatkan SIM dan juga KTP. Sebagai tanda bukti bahwa aku bukanlah warga ilegal.
"Baiklah, mulai hari ini kamu sudah boleh bekerja sebagai driver putri saya. Tugas kamu mengantar kemanapun dia pergi," jelas Pak Haidan.
"Baik, Pak." Alhamdulillah akhirnya aku diterima. Semoga saja ini awal yang baik untuk aku dan kedua adikku.
"Kamu bisa memulai pekerjaanmu sekarang, terlebih dahulu kamu cuci mobil di car wash yang ada di teras belakang, kamu bisa tanyakan pada Pak Tono," titah Pak Haidan dengan tegas.
"Baik, Pak." Aku segera beranjak keluar dan menemui Pak Tono terlebih dahulu, karena aku pekerja new maka aku harus banyak bertanya dengan Pria baya yang sudah menjadi kepercayaan oleh keluarga itu.
Setelah mendapatkan petunjuk, aku segera melakukan tugasku seperti yang diperintahkan oleh Pak Haidan. Aku mencuci mobil mewah yang akan aku kendarai setiap hari. Tak ada debu atau kotoran lain yang luput dari pengamatanku. Kini mobil mewah itu sudah tampak bersih dan mengkilap.
Saat aku sedang mengelap bagian mobil yang basah, terdengar suara Pak Tono memanggil membuat gerakan tanganku berhenti sejenak.
"Azzam, kamu di minta Mbak Zulaikha mengantarkannya ke kampus barunya," ujar Pria baya yang selama ini begitu baik dengan keluargaku.
"Ah, ya, Baik Pak." Aku segera menyudahi pekerjaanku yang memang hampir kelar. Aku segera mengendarai mobil matic itu untuk membawanya hingga di depan rumah.
Aku keluar berdiri di samping pintu mobil menunggu wanita yang bernama Zulaikha itu keluar. Hanya sepuluh menit. Yang aku tunggu sudah keluar, sesaat mataku terpana melihat kecantikan yang cukup sempurna bagiku.
Ah ya Allah, kenapa aku bisa seperti ini. Huf.. Tidak, aku harus bisa mengukur diri dan bayang-bayang. Ayo Azzam, kamu harus fokus dengan pekerjaanmu. Jangan bermimpi yang tak akan pernah kamu raih.
"Silahkan, Mbak," ucapku dengan hormat sembari sedikit merundukan tubuh.
"Hai, siapa namanya?"
Tak aku sangka gadis cantik itu mengulurkan tangan padaku. Ah, apakah aku sedang bermimpi?
Bersambung....
Happy reading 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
nitip nunggu kelar yg ono yo mbak Author
👍❤🙏
like favorit
2024-04-24
0
Mommy QieS
like n subscribe
2023-07-10
2
Mommy QieS
Maa syaa Allah 😍😍
2023-07-10
0