[POV Zulaikha] Ngobrol sore

"Baiklah, kalau begitu mari kita susun rencana dari sekarang," ucap Mama

"Rencana apa, Ma?" tanyaku tidak paham.

Mama menjelaskan padaku tentang rencana yang harus kami lakukan. Pertama mendengar ide Mama membuat aku terkejut, bagaimana jika nanti Papa murka.

"Ma, bagaimana jika nanti Papa murka pada Mas Azzam? Aku takut Papa akan menyakitinya?" tanyaku meminta pendapat Mama.

"Kamu tenanglah, Papa tidak akan mungkin melakukan hal itu, percaya dengan Mama!" mama mencoba meyakinkan aku.

Aku berpikir sejenak, apakah ini sudah keputusan yang tepat? Sepertinya memang tak ada jalan lain. Aku harus mengikuti rencana mama demi kelangsungan hubungan aku dan Mas Azzam.

"Baiklah, Ma. Tapi jika Papa tidak percaya dengan pernyataan aku bagaimana, Ma?" tanyaku ragu.

"Nanti Mama yang akan mengurus semuanya, Mama akan hubungi teman mama yang dokter kandungan itu. Mama akan minta bantuan padanya. Sekarang kamu tenanglah, jangan menangis lagi," ucap Mama sembari menatap wajahku yang telah kusut masai karena sedari tadi menangis.

"Ma, apakah Mama merestui hubungan aku dan Mas Azzam?" tanyaku ingin tahu seperti apa penilaian Mama pada calon suamiku itu.

"Tentu saja Mama merestui hubungan kamu dan Azzam, karena sebelumnya Mama sudah mencari tahu tentang pemuda tampan yang telah mencuri hati anak Mama ini," jawabnya sembari mengusap air mataku.

Aku tak bisa menahan haru. "Hiks, Hiks, Mama..." Aku memeluk Mama yang selama ini sangat menyayangi aku. "Terimakasih telah merestui hubungan kami, aku sayang Mama," lirihku dengan isakan.

"Mama juga sangat menyayangi kamu, Nak. Apapun akan Mama lakukan untuk kebahagiaanmu. Sekarang jangan sedih lagi ya." Mama memelukku dengan erat memberi ketenangan.

Aku hanya mengangguk. Kini batinku sudah merasa lega. Setidaknya ada Mama yang berada di pihak aku dan Mas Azzam. Namun ada sesuatu yang ingin aku pertanyaan pada Mama. Kulerai pelukan, lalu kutatap wajah damai bidadari tak bersayapku itu.

"Ma, jika Mama rela melakukan hal ini demi kebahagiaanku, tapi kenapa Mama tidak melakukan hal yang sama pada Kak Inaya dan Kak Sinta?" tanyaku meminta jawaban.

"Apa yang ingin Mama lakukan, karena kedua kakakmu itu setuju dengan pilihan papa, jadi mama mau lakukan apa? Ya, Mama akui bahwa kedua kakakmu itu menurun sikap Papa. Berbeda dengan dirimu sepertinya Mama banget," jelas wanita baya kesayanganku.

"Masa sih, Ma? Jadi kak Sinta dan Kak Inaya setuju dengan pilihan Papa?" tanyaku sekali lagi, rasanya aku tidak percaya. Karena saat perjodohan mereka aku sedang melanjutkan studi strata satuku London.

"Ya, mereka sama sekali tak keberatan, dan tentu saja membuat mama dan Papa menjadi lega dan tenang. Tapi berbeda dengan kamu. Memang seleramu itu berbeda dengan kakak-kakakmu, dan tentu saja mama juga ingin kamu bahagia seperti mereka. Maka dengan cara apapun akan Mama lakukan untuk dirimu."

Aku kembali terharu mendengar penjelasan mama. Aku tersenyum bahagia kembali masuk kedalam pelukannya. "Ma, bagaimana jika nanti Papa tahu bahwa ini semua adalah skenario Mama?" tanyaku penasaran dengan tanggapan Mama.

"Biarkan saja, Mama akan membalikkan fakta itu pada Papamu. Memang apa bedanya Mama dan Azzam? Karena Mama juga dulunya wanita sederhana, jauh dari gelimangan harta, namun Papa tetap keukuh meminang Mama dengan beralasan cinta."

Aku tak percaya mendengar pengakuan Mama. Jika Papa dulu tak memandang status sosial mama, tapi kenapa sekarang Papa seegois itu? Aku benar-benar tak habis pikir, ternyata jabatan dan kekuasaan membuatnya menjadi angkuh.

Cukup lama aku ngobrol dengan Mama, hingga waktu sudah beranjak siang. Aku juga ingin bersiap untuk ke kampus. Kini hatiku sudah jauh lebih tenang.

"Kamu sudah mau pergi?" tanya Mama berpapasan denganku saat baru turun menapaki anak tangga.

"Iya Ma, siang ini ada dua mata kuliah," jawabku menghampiri Mama untuk menyalami tangannya.

"Yasudah, nanti pulang kuliah langsung pulang, jangan kemana-mana, jangan sampai Papa curiga dengan rencana kita," ujar Mama sembari mengecup kedua pipiku.

"Siap Mamaku tersayang," jawabku patuh dan membalas kecupan di kedua pipinya.

Sore setelah selesai mengikuti materi terakhir, aku segera beranjak menuju parkiran, namun aku melihat sosok lelaki yang aku cintai. Mas Azzam sudah berdiri di depan gerbang kampus, Pria itu sudah rapi dengan stelan sederhananya. Ah dia terlihat sangat tampan sekali.

Dengan senyum bahagia aku menyongsong kehadirannya. Aku selalu saja bahagia bila bertemu dengan kekasih hatiku.

"Hai, Mas. Tumben nyamperin aku kesini?" tanyaku sembari menerima uluran tangannya, sejak kami resmi menjadi pasangan kekasih, dia memang selalu membiasakan aku untuk selalu bersalaman dan mencium punggung tangannya saat bertemu.

Aku sering mengguraui dia bahwa gaya pacaran kami ini sangat alay, namun dia menjawab. "Ini untuk membiasakan diri, Dek, agar nanti setelah kita menikah tidak canggung lagi" Itulah tanggapannya. Sejak itulah aku menjadi terbiasa dan tak peduli bila ada orang yang berpikiran seperti itu.

"Bagaimana kuliahmu hari ini?" tanyanya sembari mengusak rambutku dengan lembut. Tatapannya membuat hatiku menjadi tenang.

"Alhamdulillah berjalan lancar, Mas. Kamu belum jawab pertanyaanku?"

"Emang kenapa? Apakah aku tidak boleh datang kesini untuk menemui calon istriku?" jawabnya yang membuat hatiku semakin entah.

"Tentu saja boleh. Bahkan aku sangat senang dan bahagia," balasku dengan senyum manis.

"Baiklah, mau ngobrol sebentar?" tawarnya.

"Boleh, kita ngobrol dimana?" tanyaku.

"Di tempat biasa saja ya."

"Oke, Mas yang nyetir ya."

"Kamu saja, Sayang, soalnya aku bawa motor."

"Oh, baiklah." Aku tak keberatan. Aku segera mengambil kendaraanku di parkiran.

Setelah mobil keluar dari gerbang kampus, Mas Azzam bersiap menghidupkan mesin motor maticnya dan mengikuti aku dari belakang. Aku benar-benar merasa selalu di jaga olehnya.

Sesampainya di Cafe tempat biasa, Mas Azzam segera memesan minuman dan beberapa cemilan untuk menemani ngobrol kami.

"Mas, nanti malam jadi datang kerumah 'kan?" tanyaku memastikan.

"Tentu saja. Tapi aku tidak tahu apakah lamaranku diterima atau malah sebaliknya," jawabnya dengan raut wajah sedikit sendu.

"Mas Azzam harus optimis, percaya sama aku, kita pasti menikah," ujarku begitu yakin. Dia menatapku dengan heran.

"Kenapa kamu yakin sekali, Dek?" tanyanya dengan heran.

Aku sebenarnya ingin memberitahu tentang rencana itu, namun aku takut bila Mas Azzam tidak setuju. Aku tahu lelakiku ini adalah orang yang sangat jujur dan lurus. Mana mungkin dia mau melakukan hal curang.

"Ah, karena aku yakin dengan hatiku, Mas." Aku hanya mampu beralasan.

"Dek, apa yang harus aku bawa untuk melamarmu?" tanyanya minta pendapat. Ternyata hal itu yang ingin dia bicarakan padaku.

"Mas, jangan repot-repot memikirkan hal itu. Kamu datang dengan niat baik untuk ibadah, itu sudah cukup Mas," jawabku dengan jujur. Karena aku memang tak pernah berharap apapun darinya.

"Tapi aku ingin memberikan sesuatu untuk pengikat di jarimu. Apakah kamu tidak keberatan bila aku memberikan sebuah cincin sederhana ini?" tanyanya sembari mengeluarkan sebuah kotak cincin, lalu memperlihatkan padaku isinya sebuah cincin yang menurutku sangat indah.

Bersambung....

Happy reading 🥰

Terpopuler

Comments

Defi

Defi

Mama Ikha terbaik, benar2 menyayangi anaknya sehingga memilih bersebrangan dengan suaminya dalam memberi restu pada Ikha..

2023-06-10

2

Marliana MARLIANA

Marliana MARLIANA

ternyata ada kisah di balek kisah nech...
istri yang maju tuk melawan suami tuk mendukung anaknya..aq padamu mama eakkkķkkkkkkkklkllkkkkkkkkk

2023-06-08

1

lihat semua
Episodes
1 [POV Azzam] Hari pertama bekerja
2 [POV Azzam]Ternyata dia sangat baik
3 [POV Azzam] Menasehati batinku
4 [POV Azzam] Sikapnya yang aneh
5 [POV Azzam]Melindunginya
6 [POV Azzam] Di pecat
7 [POV Azzam] Kembali menyelamatkan
8 [POV Azzam] Ungkapan perasaan
9 [POV Azzam] Ketahuan
10 [POV Azzam] Kekhawatiran Azizah
11 [POV Azzam] Niat meminang
12 [POV Azzam] Rencana Ikha
13 [POV Zulaikha] Keinginan Papa
14 [POV Zulaikha] Ngobrol sore
15 [POV Zulaikha] Kedatangan Mas Azzam
16 [POV Zulaikha] Persyaratan Papa
17 [POV Zulaikha] Menjadi pasangan halal
18 [POV Zulaikha] Hubungan mereka memburuk
19 [POV Zulaikha] Dirumah Mas Azzam
20 Perubahan sikap Papa
21 Ancaman Papa
22 Pergi dari rumah
23 Kembali berseteru
24 Ulang tahun Papa
25 Hinaan keluarga Haidan
26 Menerima tawaran
27 Bersiap untuk pergi
28 Hilang kontak
29 Kesedihan Ikha
30 Kesedihan Ikha 2
31 Pergi
32 Kembali kuliah
33 Wisuda
34 Maafkan aku
35 Perjanjian
36 Calon suami baru
37 Terasa mimpi
38 Bercerita
39 Suntikan dana
40 Teringat kembali
41 Mengetahui tentang Azzam
42 Mulai menyelidiki
43 Mulai mengingat
44 Kejadian
45 Kembali ingatannya
46 Tidak boleh lemah
47 Kabar baik
48 Ingin melahirkan
49 Lahiran
50 Apakah kamu tidak malu?
51 Rencana Sean
52 Perangai Ikha
53 Gagal pergi
54 Rencana jahat
55 Mengetahui
56 Percakapan Sean dan Haidan
57 Bertemu Zizah
58 Pulang kerumah
59 Kembalinya ingatan
60 Bertemu Azhar
61 Memberi pertolongan pada Nadine
62 Bantuan Papa Seno
63 Kekhawatiran Azhar
64 Pertengkaran
65 Penyesalan Azizah
66 Kekecewaan Rehan
67 Sikap Rehan berubah
68 Bertemu para pengecut
69 Rencana busuk mereka
70 Diringkus
71 Jalan-jalan berdua
72 Kelakuan Rani
73 Kemarahan Jay
74 Baikan
75 Menikah
76 Mengetahui tentang Ikha dan Rehan
77 ENDING
Episodes

Updated 77 Episodes

1
[POV Azzam] Hari pertama bekerja
2
[POV Azzam]Ternyata dia sangat baik
3
[POV Azzam] Menasehati batinku
4
[POV Azzam] Sikapnya yang aneh
5
[POV Azzam]Melindunginya
6
[POV Azzam] Di pecat
7
[POV Azzam] Kembali menyelamatkan
8
[POV Azzam] Ungkapan perasaan
9
[POV Azzam] Ketahuan
10
[POV Azzam] Kekhawatiran Azizah
11
[POV Azzam] Niat meminang
12
[POV Azzam] Rencana Ikha
13
[POV Zulaikha] Keinginan Papa
14
[POV Zulaikha] Ngobrol sore
15
[POV Zulaikha] Kedatangan Mas Azzam
16
[POV Zulaikha] Persyaratan Papa
17
[POV Zulaikha] Menjadi pasangan halal
18
[POV Zulaikha] Hubungan mereka memburuk
19
[POV Zulaikha] Dirumah Mas Azzam
20
Perubahan sikap Papa
21
Ancaman Papa
22
Pergi dari rumah
23
Kembali berseteru
24
Ulang tahun Papa
25
Hinaan keluarga Haidan
26
Menerima tawaran
27
Bersiap untuk pergi
28
Hilang kontak
29
Kesedihan Ikha
30
Kesedihan Ikha 2
31
Pergi
32
Kembali kuliah
33
Wisuda
34
Maafkan aku
35
Perjanjian
36
Calon suami baru
37
Terasa mimpi
38
Bercerita
39
Suntikan dana
40
Teringat kembali
41
Mengetahui tentang Azzam
42
Mulai menyelidiki
43
Mulai mengingat
44
Kejadian
45
Kembali ingatannya
46
Tidak boleh lemah
47
Kabar baik
48
Ingin melahirkan
49
Lahiran
50
Apakah kamu tidak malu?
51
Rencana Sean
52
Perangai Ikha
53
Gagal pergi
54
Rencana jahat
55
Mengetahui
56
Percakapan Sean dan Haidan
57
Bertemu Zizah
58
Pulang kerumah
59
Kembalinya ingatan
60
Bertemu Azhar
61
Memberi pertolongan pada Nadine
62
Bantuan Papa Seno
63
Kekhawatiran Azhar
64
Pertengkaran
65
Penyesalan Azizah
66
Kekecewaan Rehan
67
Sikap Rehan berubah
68
Bertemu para pengecut
69
Rencana busuk mereka
70
Diringkus
71
Jalan-jalan berdua
72
Kelakuan Rani
73
Kemarahan Jay
74
Baikan
75
Menikah
76
Mengetahui tentang Ikha dan Rehan
77
ENDING

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!