Ace Of Disaster

Ace Of Disaster

Episode 1

Entah karena sebuah percobaan yang gagal atau infeksi pada luka bekas gigitan hewan, di dunia ini, muncul dua spesies manusia. Mereka yang tidak bisa mati kecuali, terpenggal atau menularkan penyakitnya pada manusia yang sehat.

Mereka adalah spesies Zombi dan Monster.

Sebuah pesta diadakan di mansion Hanley. Seorang pemuda, berdiri seorang diri di depan pintu masuk di saat semua orang memakai pakaian bagus dan hanya para bangsawan yang datang ke sana. Semua orang berpasangan. Tidak ada satu pun orang yang sendirian bahkan anak-anak juga ikut serta.

Mansion Hanley berdiri megah di tengah-tengah taman bunga lavender. Tidak jarang, orang-orang menyebut Mansion Hanley dengan sebutan rumah bunga lavender. Kemana pun kau pergi, kau akan terus mencium aroma bunga lavender yang selalu menari-nari di tengah malam. Ruangannya pun terbilang luas. Ada sepuluh kamar di dalam rumah yang hanya ditinggali oleh Ayah, Ibu dan anak serta Paman mereka. Lampu terang yang menggantung di langit-langitnya bagaikan berlian dan emas. Juga gips yang berada di sisi atapnya sudah dicat dengan warna emas sehingga, siapa pun yang melihatnya akan mengira bahwa mansion ini benar-benar terbuat dari emas murni yang tentunya, harganya tidak bisa main-main.

Tangga menuju lantai dua terbilang sangat lebar. Cukup untuk menggiring semua tamu di sini secara bersamaan. Pegangannya juga sangat halus dan nyaman untuk disentuh. Sajian makanan di sini juga sangat enak dan rasa anggurnya juga sangat nikmat. Tidak seperti anggur-anggur yang ada di pasaran.

Anak mereka, Eldric Hanley adalah lulusan terbaik di salah satu universitas di London. Rambutnya lurus berwarna pirang dan bola matanya berwarna kuning. Kulitnya putih serta senyumnya terlihat manis. Tidak heran, ada banyak gadis yang mengaguminya. Bukan hanya wajahnya yang sempurna tetapi, juga otaknya yang cerdas. Namun, sayangnya di usia yang masih tergolong sangat muda, dia menolak untuk memulai hubungan dengan gadis karena dia ingin fokus dengan dirinya sendiri.

Saat ini, Eldric duduk sendiri di kursi utama. Tidak melakukan apapun selain meneguk anggur yang ada di atas meja. Pandangannya terus menatap ke bawah. Alunan musik merdu yang didominasi dengan suara biola seolah sangat mengganggunya. Apalagi, melihat semua orang di sini sedang berdansa di tengah-tengah ruangan dengan puluhan pasang mata yang melihatnya.

Tuan Hanley dan Nyonya Hanley tampaknya tidak mengerti apa yang sebenarnya diinginkan oleh putranya. Dia tidak menyukai suara bising atau suara keramaian orang-orang yang saling berbicara acak. Pemandangan ini, tentu membuatnya berpikir kalau lebih baik tinggal di desa terpencil daripada tinggal di sini.

”Tuan, aku dengar kau mendapatkan nilai tertinggi di universitas London. Aku ucapkan selamat. Tuan Hanley pasti sangat senang ketika mendengarnya.” gadis itu berjalan mendekati Eldric dengan segelas anggur di tangan kanannya kemudian dia duduk tepat di sebelahnya.

”Ya. Itu bukan apa-apa. Aku akan pergi.” Eldric beranjak dari tempat duduknya dan mencoba secepat mungkin untuk pergi dari tempat itu.

Tangan gadis itu tiba-tiba menggenggam tangan Eldric hingga mereka berdua berdiri saling berhadapan terutama Eldric yang tidak terima wanita itu berani menyentuhnya. Tidak ada seorang pun yang bisa melakukan ini padanya selain orang tuanya sendiri. Karena itu, dengan cepat dia langsung menepisnya dan melepaskan pegangannya.

”Jangan menyentuhku!” Eldric mulai kesal padanya ditambah lagi dengan kekesalannya mendengar suara bising yang memenuhi seluruh ruangan depan dan bahkan aroma lavender tidak lagi tercium karena terlalu banyak orang-orang yang menarik nafas.

”Tuan, bisakah kita bicara di tempat yang sepi? Ada sesuatu yang ingin aku katakan.” ucap gadis dengan sedikit memohon.

”Tunggu! Berhenti di sana!” suara teriakan ini bersamaan dengan pintu yang dibuka paksa dari depan. Seorang pemuda, dengan senjata apinya tengah berdiri sembari menodongkannya ke arah gadis yang sedang bersama Eldric.

Tanpa pikir panjang, pemuda itu segera menekan tuasnya sehingga, peluru tajam melesat tak kasat mata, meluncur ke arah gadis hingga peluru itu akhirnya bersarang di kepalanya.

Mendengar suara tembakan dan melihat darah yang keluar tak habis-habisnya dari kepala gadis itu, membuat semua orang panik dan berteriak. Mereka langsung menjauhi mayat itu dengan pergi ke sisi ruangan.

Eldric pun tak luput dari perasaan panik dan ketakutan saat pembunuhan itu terjadi tepat di depan matanya. Wajahnya terkena cipratan darah gadis ini sehingga, aromanya terus memenuhi indera penciumannya.

”Pembunuh!” teriak seseorang.

Mereka yang membawa senjata yang sama dengannya langsung menodongkannya ke arah pemuda. Mereka takut pemuda ini akan membunuh mereka juga atau bahkan semua orang yang berada di Mansion ini.

Namun, bukannya menyerahkan diri karena kalah jumlah, pemuda ini malah tersenyum dan menjatuhkan senjatanya ke lantai. Wajahnya sama sekali tak menunjukkan penyesalan maupun ketakutan sama sekali. Dia tetap bertindak biasa layaknya manusia yang baru saja dibersihkan dari dosa.

”Biarkan aku menunjukkan sesuatu yang menarik untuk kalian dan bukan aku yang harusnya kalian bunuh. Pertunjukkan ini akan berlangsung selama, 3, 2 , 1.”

Begitu dia selesai menghitung, mayat wanita itu berdiri kembali meski kepalanya sudah berlubang. Matanya melotot, menatap ke arah pemuda yang sudah membunuhnya. Pemandangan ini, membuat semua orang heran dan bertanya-tanya, mengapa dia bisa bangkit kembali meski keadaannya sudah parah seperti itu.

Pemuda itu mengambil kembali senjatanya yang jatuh ke lantai sembari berkata, ”... Salah satu spesies manusia yang terkena penyakit zombi. Dia tidak akan mati meski kepalanya sudah berlubang kecuali, jika kepalanya itu sudah terpenggal dengan pisau yang sangat tajam.”

”Berhenti! Jangan ambil senjatamu!” seseorang berteriak dan mengancam akan menembak kepalanya. Lantas, pemuda itu langsung terdiam dalam posisinya yang hanya berbeda beberapa senti saja dari lantai.

Senyum pemuda menyeringai. ”... Kebodohan apa lagi yang kalian tunjukkan saat ini?”

Dalam beberapa detik, zombi itu segera menyerang pemuda dengan gigitannya yang tajam. Dia lapar, dan sangat ingin memakan daging manusia. Jika tidak ada seorang pun yang berhasil keluar dari rumah ini atau tidak ada yang bisa menghentikannya, mungkin saja mereka semua yang ada di sini akan mati menjadi santapannya.

Pemuda itu menghindar, sebelum zombi itu berhasil mengenainya. Senjata berhasil diraih olehnya, tidak peduli seperti apa ekspresi orang-orang di sini dan apa yang akan dilakukan oleh mereka dengan senjatanya.

Dia butuh pisau yang sangat tajam untuk memenggalnya. Dan pisau itu tersimpan di balik jubahnya. Namun, dia memerlukan ruang untuk mengambilnya di saat zombi itu terus menyerangnya secara brutal.

Di saat bersamaan, Eldric menarik tangan pemuda dan melemparnya ke belakang. Kemudian dengan cepat, dia menembakkan peluru ke arah mata zombi hingga dia kehilangan salah satu penglihatannya.

Zombi itu kembali mengeluarkan darah. Tidak main-main, zombi itu harus melawan dua orang sekaligus di saat semua orang tercengang sampai tidak bisa bergerak sama sekali.

Seakan sadar bahwa mereka semua bersenjata, dengan cepat dia bergerak menghampiri salah satu pemuda yang berdiri tidak jauh di dekatnya. Layaknya hewan buas, zombi itu langsung menerkam tubuh pemuda hingga keduanya terjatuh ke lantai. Kemudian, zombi itu langsung menggigit bagian perut pemuda dan memakan seluruh isinya.

Pemuda itu berteriak, darahnya terus mengalir melewati pakaiannya. Ususnya tercabik-cabik dan seluruh organ dalamnya remuk oleh tangannya. Suaranya mirip sekali dengan seseorang yang memakan daging mentah dengan lahapnya seperti seseorang yang tidak pernah makan selama beberapa hari.

Orang-orang yang melihatnya juga ikut berteriak, melihat pemuda yang menjadi korban sudah tidak bisa bergerak lagi dan wajahnya perlahan membiru. Aroma lavender berubah menjadi aroma darah menyengat. Mulut zombi itu dipenuhi dengan darahnya dan serpihan-serpihan organ dalam yang menyangkut di bibir bawahnya. Matanya melotot, menatap ke arah orang-orang yang sedang melihatnya dengan gemetar.

Rasanya satu manusia saja tidak cukup untuk menghilangkan rasa laparnya selama berbulan-bulan. Dengan langkah yang pelan, zombi itu berjalan mendekatinya. Tangan kanannya diangkat ke atas seakan ingin meraih sesuatu yang ada di depannya. Semua orang menjadi semakin takut dan tidak bisa bergerak sama sekali.

Tegang sekaligus ngeri.

Di tengah itu semua, sebuah kilatan pisau menyambar tangan zombi hingga terpotong. Anehnya, meski tangan itu sudah terpotong dari tubuhnya, jari jemarinya tetap bisa bergerak seperti seekor cicak kecil yang sengaja memotong ekornya.

Orang yang melakukannya adalah pemuda yang membuat semua ini terjadi setelah dia dilempar oleh Eldric ke kerumunan yang ada di belakangnya. Tentu itu akan bisa meluangkan waktunya untuk mengambil pisau tajamnya. Hao baiknya, sejauh ini belum ada yang berani menghalanginya. Selama dia berusaha untuk membunuh zombi yang menggila di sebuah ruangan besar.

Zombi itu mencoba melakukan serangan dengan mencakar wajah pemuda menggunakan tangan yang satunya. Baginya, serangan itu sangat mudah untuk dihindari. Dia juga berpikir, mengalahkan zombi tidak semudah mengalahkan nyamuk yang akan mati dalam sekali tepukan tangan. Mungkin ini akan sulit bagi seorang pemula yang akan membunuh zombi dengan hanya sebilah pisau. Berbeda dengannya. Pemuda ini sudah terbiasa membunuh spesies-spesies yang seperti ini bahkan dia juga menaruh dendam pada mereka.

Tangan kirinya bergerak untuk menahan tangan zombi yang mencoba menyerangnya. Sementara, tangan yang satunya bergerak untuk membunuh zombi ini dengan sebilah pisau yang sudah diasah setajam mungkin.

Pisaunya berayun yang cepat, memotong bagian lehernya tanpa pikir panjang. Ruangan ini adalah panggung terbaik untuk melakukan suatu pertunjukan besar yang membuat semua orang tidak bergerak. Kepala dari zombi itu menggelinding, menjauh dari tubuhnya. Sementara darahnya memuncrat ke lantai bahkan juga mengenai wajah pemuda.

Namun, setelah zombi itu mati, perlahan darahnya akan menghilang dan berubah menjadi abu mayat. Begitu juga yang terjadi pada tubuhnya yang hanya menyisakan pakaian terakhirnya. Aroma darahnya menghilang. Pemuda yang menjadi korbannya juga ikut dipenggal oleh pemuda. Itu dilakukannya karena tidak menutup kemungkinan kalau zombi itu telah menyalurkan penyakitnya pada mangsanya.

”Akhirnya pertunjukannya selesai.”

Pemuda itu mencoba meregangkan tubuhnya di depan semua orang yang masih terdiam. Entah mengapa, pemuda itu tampak biasa-biasa saja setelah dia membunuh dua orang zombi tepat di hadapan mereka seakan sedang memberikan pertunjukan yang luar biasa.

”Apa ini? Kenapa kalian semua diam? Tidak ada yang memberikanku tepukan tangan karena sudah menyelamatkan kalian?”

Pemuda itu tersenyum senang. Tak menghiraukan orang-orang yang sedang mengkritik dirinya. Sementara Eldric hanya diam berada di sisi ruangan. Dia juga tidak peduli dengan apa yang dikatakan pemuda itu. Namun, setidaknya Eldric merasa sedikit terhibur dengan keberadaan zombi itu. Karena setelah kejadian ini, mansion Hanley pasti akan ditakuti semua orang dan dia mendapatkan ketenangannya kembali.

”AYHNER! BERANINYA KAU MEMBUAT KEKACAUAN DI SINI!” teriak wanita bergaun merah dan putih yang sedang melangkah keluar dari kerumunan orang-orang. Ekspresinya terlihat sangat marah dan kesal. Dan karena melihatnya, pemuda yang disebut Ayhner tadi langsung menutup matanya dengan kedua tangan seakan enggan untuk melihatnya.

”Pergilah! Kau siapa?! Aku tidak mengenalmu!” ucapnya sedikit berteriak.

Jawaban ini jelas membuat wanita itu sangat marah. Dia menarik kerah pakaian Ayhner dan berteriak tepat di depan telinganya. ”... Jangan membuat semua orang terdiam dengan tindakanmu itu! Aku sudah bilang padamu, jangan pernah memburu zombi atau monster di depan banyak orang, kan?!”

”Ahh! Bibi! Jangan berteriak di depan telingaku! Apakah bibi ingin membuatku tuli?!”

”Maaf, Nona Leory? Apakah dia adalah salah satu keluargamu?” Eldric yang penasaran, langsung berjalan menghampiri mereka berdua setelah dia tahu, wajah dari wanita ini terlihat sama seperti wajah Ayhner.

Nona Leory menatapnya bingung. ”Tentu saja. Apakah wajah kami berdua tidak terlihat mirip sama sekali?” dia menarik dagu Ayhner dengan paksa dan menunjukkannya pada Eldric.

”Ahh! Bibi! Berhentilah melakukan hal yang kekanak-kanakan! Aku tidak suka melihatmu melakukan itu!” Ayhner menampar tangan nona Leory kemudian berjalan menjauhinya.

”Ivonne, apa yang terjadi di sini?” tiba-tiba, seorang laki-laki menyebut nama Nona Leory dan melangkah mendekati mereka bertiga. Tampaknya dia baru saja sampai di sini begitu dia mendengar kabar kalau ada kekacauan di Mansion Hanley ketika pesta sedang dimulai.

”Oh, Aciel, kebetulan sekali. Aku membutuhkanmu untuk mengurus anakmu!” Ivonne melempar Ayhner hingga tubuhnya menabrak Aciel yang sedang berdiri. ”Entah kau ini dari keturunan apa, selalu saja membuat kekacauan!”

Aciel menatapnya dengan ekspresi datar, ”Bukankah dia ini mirip sekali denganmu? Aku rasa kau tidak perlu menanyakan hal tentang itu.”

Seseorang melangkah dan bahkan suaranya mampu terdengar di tengah keheningan. Sosok laki-laki itu terlihat sedang mengambil sesuatu yang tersimpan di dalam saku dalam jasnya. ”... Jadi, anak ini adalah Ayhner Leory, putra kandung dari Aciel? Anak yang juga telah membunuh Ayahku. Kali ini, aku tidak akan membiarkanmu lari!”

DORR!!!

Terpopuler

Comments

Kita_Yama

Kita_Yama

kaya pernah baca....

2023-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!