Episode 20

”Ivonne, teruslah hidup. Untuk diriku dan berjanjilah, kau tidak akan menangisi semua penyesalanmu.”

Ivonne terbangun tiba-tiba saat dia mendengar suara laki-laki yang sedang berbicara dengannya. Di saat seperti itu, nafasnya terengah-engah. Jantungnya berdebar sangat kencang dan keringatnya bercucuran dari atas kepalanya. Dia membutuhkan beberapa saat untuk memulihkan keadaannya kembali seperti semula.

”Kau sudah sadar?”

Lagi-lagi suara laki-laki yang terdengar jelas di telinganya. Dengan cepat dia menatap ke samping dan melihat Aaron yang sedang duduk di kursi samping tempat tidurnya sambil membaca sebuah buku. Ivonne juga menatap ke arah jendela dan ternyata sudah hampir siang. Meski tidurnya berantakan, dia merasa seperti sudah tidur selama berhari-hari.

”Kenapa aku bisa ada di sini?”

Aaron sedikit terkejut mendengar pertanyaan Ivonne. Seolah dia telah lupa apa yang terjadi padanya malam tadi. ”... Kau pingsan karena kelelahan. Untungnya Edmund langsung membawamu ke ruang istirahat. Kalau tidak kau akan menjadi bangkai di sana.”

Ivonne terdiam sejenak. ”Lalu? Kenapa kau yang ada di sini?”

”Hei! Aaron! Keluarlah dari sini! Biarkan dia beristirahat!” Edmund tiba-tiba datang dari balik pintu dan mengejutkan mereka berdua.

”Aduh,... Edmund. Tidak bisakah kau santai sebentar? Kami nyaris saja sampai ke intinya.” ucap Aaron dengan santai sembari mengibas tangannya.

”Aku tidak peduli apa alasanmu! Cepat keluar dari sini!” Edmund berusaha menarik Aaron pergi. Tampaknya Edmund adalah orang yang sangat pencemburu dan sangat membenci tokoh Aaron. Bukan hanya cintanya yang bertepuk sebelah tangan melainkan Aaron juga musuh bebuyutannya di kehidupan nyata.

”Tunggu sebentar kalian berdua!” ucap Ivonne mendadak sampai mengundang perhatian mereka berdua. ”... Bagaimana dengan keadaan diluar? Pasien-pasien itu, ada berapa banyak yang terluka?”

Mereka berdua tampak terkejut setelah mendengarnya. Bukannya menanyakan tentang keadaannya sendiri, Ivonne malah bertanya tentang keadaan orang lain. Padahal, dia sendiri juga membutuhkan perawatan setelah pingsan selama seharian.

Aaron tertawa kecil meski kelihatannya dia hanya tersenyum biasa. ”... Tidak terlalu parah. Ada beberapa petugas medis yang sedang berjaga di sana. Kau tidak perlu cemas.”

”Tapi, kenapa masih ada suara seseorang yang kesakitan? Mereka mungkin kekurangan orang. Aku akan segera membantunya.” dengan segera Ivonne turun dari atas tempat tidurnya, hendak untuk berjalan menuju tempat pengungsian.

Namun, saat dia hendak akan berjalan, Edmund datang menghampirinya dan langsung menahannya tepat di depan tempat tidurnya hingga dia tidak bisa bergerak kemanapun. Jarak keduanya begitu dekat bahkan mereka bisa saling mendengar suara nafasnya satu sama lain.

”H- hei! Kalian menganggapku apa di sini.” ucap Aaron yang merasa tindakan Edmund terlalu berlebihan hingga membuat dirinya sendiri merasa terabaikan.

Hening.

Keduanya saling terdiam selama beberapa saat. Tidak membuka suara untuk menjelaskannya. Perlahan Edmund menunjukkan wajahnya yang tampak serius dihadapan wajah Ivonne yang tampak kebingungan dengan sifat barunya Edmund ini.

”Jangan memaksakan diri. Semua baik-baik saja. Cobalah untuk memikirkan dirimu sendiri. Aku tidak ingin melihatmu sakit seperti ini.” ucap Edmund pelan.

Ivonne terdiam. Dia mengedipkan matanya berkali-kali. Tidak mengerti dengan situasi yang terjadi di depannya. Dengan lembut dia menyentuh tangan Edmund yang berada tepat di sebelahnya kemudian menatapnya dengan lembut.

”MINGGIR!”

Tidak sampai satu detik keduanya larut dalam drama, tiba-tiba Ivonne menunjukkan ekspresi sangarnya yang sama sekali tidak terlihat terbawa suasana. Perasaannya pada Edmund sepertinya sudah tumpul bahkan keras. Seolah hatinya tak lagi memberi lowongan pada laki-laki manapun. Sementara, Aaron diam-diam menertawainya dari belakang. Dia juga tidak menyangka Ivonne akan mengatakan hal yang tidak pernah terlintas dalam pikirannya.

...~o0o~...

”Semuanya keluar dari sini!”

Setelah Ayhner berteriak, semua orang di sana segera pergi meninggalkan gereja dengan terburu-buru. Kecuali Eldric yang masih terkejut dengan kedatangan Ayhner yang tiba-tiba. Suara teriakan orang terdengar dari berbagai arah. Langkah kaki mereka bergerak secara asal bahkan tidak peduli apa yang saat ini mereka injak.

Ayhner menatap ke arah Eldric yang masih berdiri di tempat yang sama. Dia terkejut, melihat bayangan hitam yang muncul di belakang Eldric. Bayangan itu bergerak dengan sangat cepat hingga nyaris menerkamnya dalam satu serangan.

”Eldric! Pergi dari sana!”

Ayhner berusaha menghampiri. Namun, bayangan wanita itu bergerak jauh lebih cepat dari perkiraannya. Alhasil, wanita itu berhasil menggigit bagian bahu dan memakannya seperti hewan buas. Darahnya tentu berceceran dimana-mana. Eldric bahkan tidak bisa berteriak dan langsung terjatuh di tempat berdirinya.

Ayhner tidak diam saja menyaksikannya dari kejauhan. Dia segera mengeluarkan pisaunya dan bergerak cepat menebas zombi wanita yang menyerangnya. Akan tetapi, gerakan zombi itu lebih cepat darinya. Dia langsung bergerak menjauh, menghindari serangan Ayhner yang sempat bertubi-tubi.

Saat Eldric menatapnya, Ayhner terlihat sangat marah. Tangannya mengepal sangat kuat. Bahkan pisau yang ada di tangan kanannya sampai gemetar karenanya. Dengan melihat darah, tidak membuat Ayhner tergoda sama sekali. Darah milik Eldric bukanlah makanan kesukaannya.

Dengan sengaja, Ayhner berlutut di depan Eldric yang masih terlihat sangat kesakitan. Dia merasa sangat ngilu saat melihat luka Eldric yang sampai mengeluarkan daging. Dengan sengaja, dia kembali melukai tangannya, membiarkan darahnya menetes di atas luka Eldric. Namun, setetes saja tidak cukup untuk mengobati lukanya dengan cepat. Luka kecil itu, kemudian sengaja dilebarkan olehnya hingga darahnya tidak berhenti mengalir dari telapak tangannya. Cara cepat yang bisa digunakannya hanyalah memaksanya untuk memakan dagingnya.

Ayhner mengerat dagingnya sedikit kemudian memasukkannya ke dalam mulut Eldric dengan paksa.

”Ugh! Ayhner apa yang kau lakukan?!” Eldric mencoba menahan tangan Ayhner yang semakin mendekatinya.

Ayhner menatapnya serius. ”... Makanlah. Aku tidak ingin melihatmu terluka. Aku memaksa.” tanpa pikir panjang lagi, Ayhner langsung memasukan selembar dagingnya ke dalam mulut Eldric hingga membuatnya langsung menelannya.

Beberapa saat setelah dia menelannya, luka yang ada di bahunya perlahan sembuh dan rasa sakitnya mulai menghilang. Jika sudah begini, dia hanya perlu membasmi satu hama yang sudah memancing amarahnya.

”Kemampuan penyembuh? Aku baru melihatnya meski aku sudah mendengarnya bertahun-tahun lalu.” ucap zombi wanita sembari menatap Ayhner yang berdiri di sisi yang lain. ”... Ku dengar, beritanya sudah tersebar dengan cepat. Seseorang telah berbohong pada semua orang dan merugikan mereka yang mempercayainya.”

”... Buku itu menuliskan kalau spesies manusia bisa menyembuhkan segala penyakit. Polos sekali. Kenyataannya, kami datang untuk membasmi semua manusia yang ada di sini. Bukan untuk membantu manusia. Sebaliknya. Jika salah satu spesies manusia bisa memburu seorang penyembuh sepertimu, meski kau sudah berubah menjadi salah satu dari kami, mereka yang memakan dagingnya akan hidup abadi dan tidak mudah terluka.”

”... Aku sungguh tidak percaya manusia bisa sepolos ini. Bukannya bersembunyi dari kami, kau malah mendatangi kami bahkan berani menunjukkan kelemahanmu.” zombi wanita itu mengacungkan jari telunjuknya dan melanjutkan, ”... Aku akan membuatmu menyerahkan segalanya meski aku harus membunuh anak manusia dibelakangmu.”

Ayhner menutupi pandangan zombi wanita yang terus menatap Eldric kemudian berkata, ”... Aku tidak akan tinggal diam jika kau melakukannya.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!