Episode 15

Wilayah Utara kini tergenang oleh reruntuhan bangunan. Tidak hanya bangunan yang kecil melainkan bangunan yang besar juga. Tampak jelas semua orang berpencar. Beberapa ada yang mencari keluarganya yang hilang dan beberapa ada yang sibuk menyelamatkan diri meski tubuh sudah dipenuhi dengan luka.

Ayhner sengaja datang ke sana untuk mematahkan ramalan masa depan yang dikatakan oleh Gill. Orang seperti dirinya tidak pernah percaya pada ramalan. Baginya apapun yang terjadi, terjadilah. Dia tidak ingin mengetahui masa depan dirinya sendiri apalagi orang lain. Kalau besok dia diramalkan akan mati, lalu apa yang harus dilakukannya selain melakukan kegiatannya sehari-hari yang tidak menentu.

Ayhner merasa iba, melihat semua orang berjuang menyelamatkan diri dari serangan monster yang saat itu belum dikalahkan. Orang-orang ini pasti terhempas jauh setelah monster itu mengayunkan salah satu anggota tubuhnya. Meski begitu, monster yang menyerang wilayah ini hanyalah monster biasa. Tidak terlalu berbahaya meski tidak bisa dikalahkan dengan senjata biasa.

Di sisi lain, dia juga melihat beberapa pasukan Anjing Ratu yang sedang bergerak ke sana kemari menyelamatkan orang-orang dari puing-puing yang berterbangan. Tentu dia juga tahu kalau para pasukan ini diberikan sebuah kekuatan khusus dari seorang ilmuwan yang melakukan percobaan berkali-kali hingga akhirnya dia berhasil menciptakan sebuah obat yang bisa meningkatkan kekuatan seorang manusia. Tentu tujuannya adalah untuk menyelamatkan semua umat manusia dari para spesies manusia yang kerap kali memburu mereka dan membunuh mereka.

Entah mengapa, setelah melihat kejadian ini, Ayhner merasa kali ini dia berada di pihak musuh. Dia bukanlah salah satu dari manusia yang sedang terbaring lemah dengan seluruh luka-luka mereka. Dia berdiri seorang diri tanpa melakukan apapun.

”Kenapa aku hanya berdiri saja? Apakah ini yang aku inginkan? Aku ini manusia buangan. Aku tidak pantas berdiri di tengah orang-orang ini.”

”Kakak! Tolong selamatkan Ibuku!” teriak seorang gadis kecil yang menghampiri Ayhner sembari menangis sejadi jadinya. Dengan luka yang ada di seluruh tubuhnya, dia tetap berusaha untuk mencari pertolongan pada siapapun.

Ayhner ingin menolaknya namun, gadis ini langsung menariknya pergi menuju tempat Ibunya berada. Mereka berdua berlari dengan melompati berbagai jenis puing-puing yang berhamburan dan berjatuhan ke tanah. Anak itu terlihat lincah bergerak meski darah terus mengalir dari lukanya.

Beberapa saat setelahnya, keduanya sampai di depan sebuah rumah yang telah berubah menjadi puing-puing. Anak itu menunjuk ke arah tumpukan kayu kemudian berkata, ”... Selamatkan Ibuku yang terjepit di sana. Aku mohon! Aku tidak ingin kehilangannya!”

Melihat anak ini menangis, membuat Ayhner teringat dengan masa lalunya. Saat monster menyerang kediamannya, tidak ada satu pun yang membantu. Karena semua orang di dalamnya sudah mati. Tentu dia tidak ingin melihat orang lain mengalami hal yang dialaminya dulu. Dengan segera Ayhner menyusul wanita itu dan berusaha memindahkan puing-puing bangunan yang menimpanya.

”Ibu! Tolong jangan tinggalkan aku. Hiduplah denganku! Aku tidak memiliki siapapun lagi ibu!” anak itu kembali menangis sembari memegang tangan Ibunya. Rasa cemasnya lebih besar dari ancaman yang berada di sekitarnya. Dia takut kehilangan Ibunya. Sementara Ayhner berusaha memindahkan segala jenis barang yang menimpa ibu dari anak ini.

Setelah beberapa saat kemudian, dia akhirnya bisa menyelamatkan wanita itu meski dia tampak tidak sadarkan diri. Melihat wajah anak perempuan yang sangat cemas apakah Ibunya masih hidup atau tidak, Ayhner berusaha memastikan.

Benar saja, wanita ini sedang sekarat. Akibat luka yang dialaminya terlalu banyak.

Ayhner tidak tega jika mengatakan kalau anak ini akan segera kehilangan Ibunya. Dia seperti sedang melihat dirinya sendiri saat usianya lima tahun. Rasa sedih? Tentu dia sangat tahu jelas bagaimana rasanya. Dia tidak ingin apa yang dilakukannya ini sia-sia. Ayhner mampu menyelamatkan nyawa wanita ini dengan memberikan darahnya sendiri. Akan tetapi, terlalu banyak orang yang menjadi saksi. Jika mereka tahu, mungkin beberapa ada yang langsung menuduhnya sebagai salah satu spesies manusia yang harus di bunuh.

”Kakak, bagaimana dengan Ibuku? Apakah dia masih hidup? Katakan kalau dia masih hidup.”

Ayhner terdiam saat anak gadis ini bertanya padanya. Apa yang harus dilakukannya saat ini? Haruskah anak sekecil ini menerima kenyataan bahwa Ibunya telah tiada?

Tentu dia tidak tega melakukannya.

Dengan sengaja dia melukai tangannya dengan sebuah potongan kayu dengan ujung tajam hingga darahnya pun keluar dengan sendirinya. Kemudian, dia meneteskan sedikit demi sedikit darah yang mengalir dari tangannya ke mulut wanita ini.

Perlahan, luka yang ada di tubuhnya kian pulih bahkan sembuh total. Anak gadis yang melihatnya sangat terkejut dan langsung dibuat terdiam olehnya. Hanya berselang satu menit setelah luka-lukanya sembuh total, wanita itu membuka matanya kembali secara perlahan.

Ayhner tidak ingin orang lain tahu tentang kemampuan penyembuhannya ini. Begitu dia tanda-tanda kehidupan pada wanita ini, dengan segera dia meletakkannya kembali di atas tanah kemudian meninggalkan mereka berdua.

Anak gadis itu kebingungan. Apakah dia harus mengejarnya atau tidak sementara dia tidak tahu apakah Ibunya sudah pulih atau belum. Namun, ketika dia memutuskan untuk mengejarnya, dia mendengar suara Ibunya yang menyebut namanya.

Sontak hal itu membuat anak gadis itu begitu terkejut hingga langsung menatapnya.

Tangis haru menyambutnya. Dia tidak menduga bahwa Ibunya bisa sadar kembali meski sebelumnya dia terluka cukup parah bahkan nyaris sekarat.

”Kenapa ibu bisa ada di sini?” tanya wanita pada anaknya.

”Kakak laki-laki itu yang sudah menyelamatkan Ibu. Dia membiarkan Ibu meminum darahnya dan kemudian luka-luka Ibu sembuh total.”

”Apa? Sembuh?” wanita itu begitu terkejut bahkan nyaris tidak bisa mempercayainya sama sekali.

Anak itu mengangguk dengan antusias. ”... Iya! Kakak itu seperti peri yang mampu menyembuhkan luka. Ibu pasti akan percaya setelah melihatnya.”

Bagi wanita itu, apa yang dikatakan putrinya sangatlah mustahil. Hanya ada satu yang ada di dalam benaknya dan itu bukan peri yang dibicarakan oleh putrinya. Melainkan Monster.

Sementara itu, Ayhner melangkah tanpa arah dan tanpa tujuan. Entah apa yang baru saja dilakukannya adalah benar atau salah yang jelas, firasatnya langsung berubah menjadi sangat buruk.

Tentu dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya nanti. Ancaman pembunuhan dan penganiayaan sudah dianggap biasa olehnya. Namun, tampaknya firasat ini jauh lebih buruk dari yang sebelumnya.

”Apakah tanggal kematianku sudah ditentukan hari ini?”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!