Malam harinya kota diguyur hujan. Ayhner masih belum kembali ke rumahnya yang sepi. Lagipula, tampaknya Aciel dan Ivonne juga belum kembali semenjak serangan dadakan itu terjadi. Dia menapaki satu persatu genangan air. Saat itu, kota dilanda sepi. Semuanya tampak bersembunyi di tengah malam karena ketakutan akan datangnya monster atau zombi yang bisa memakan mereka. Entah dengan siapa dia akan berbicara kali ini selain dengan angin yang menerpanya.
”Apakah Eldric sudah berhasil menghapus ingatannya pada kemarin malam?” gumam Ayhner sembari berhenti berjalan dan menatap ke depan dengan kosong.
Eldric pasti masih terkejut. Selama ini dia tidak menyadari kalau yang berada di sisinya itu adalah monster yang bisa memakannya sewaktu-waktu. Namun, tetap saja Eldric harus menggaris bawahi bahwa Ayhner tidak berniat untuk memakannya. Meski, sudah lama dia tidak menyantap daging manusia selama bertahun-tahun.
Saat itu bulan tidak terlihat. Ayhner tidak bisa mengeluarkan kekuatannya jika bulan itu bersembunyi dibalik awan-awan tebal. Inilah kelemahan terbesarnya. Untung saja saat Lou menyerang di mansion Hanley, bulan sedang bersinar terang. Jadi dia bisa mengeluarkan kekuatannya sesuka hatinya. Namun, jika saja dia terlalu berlebihan menggunakannya, mungkin saja dia akan lepas kendali seperti kejadian serangan monster hari ini.
”Cuaca yang indah, ya?”
Suara laki-laki ini berasal dari arah depan. Dengan cepat, Ayhner langsung menatapnya dan dia akhirnya tahu siapa yang sedang berdiri di sana tanpa menggunakan payung atau pun benda yang bisa menghalangi air hujan.
”Oh, kakek tua. Kau masih mengingatku?” ucap Ayhner setelah dia melihat Luois sedang berdiri di sana sedang menatapnya.
Luois tersenyum. ”... Kau itu anak kemarin sore kan? Saat hujan seperti ini, kau lebih seperti manusia biasa.” Luois memberi jeda. ”... Kau pasti senang sekali karena akhirnya kau terlihat seperti manusia. Bukankah itu adalah impianmu? Melihatmu melemah seperti ini, membuat rasa laparku semakin besar.”
Ayhner menyeringai. ”... Memang impianku adalah mati sebagai manusia. Tapi, mati di tanganmu adalah jalan neraka untukku!”
Dengan cepat Ayhner langsung menyerang menggunakan pisau yang selalu tersimpan dalam jubahnya. Dengan gerakan biasa dan tidak mengandalkan cahaya bulan, tentu kecepatannya seperti manusia biasa. Dan pastinya, Luois bisa menghindarinya dengan mudah bahkan sanggup menahan tangan Ayhner yang berusaha menebasnya dari depan.
”Kau payah karena berusaha menyerangku. Sepertinya, ucapanmu tadi hanya sebatas kata-kata saja, ya?” ucap Luois sembari menarik tangan Ayhner kemudian melemparnya ke jalanan hingga dia terseret jauh dari tempatnya berdiri tadi.
Spesies manusia memang mampu menyembuhkan segala luka dan penyakit. Namun, mereka tidak bisa menyembuhkan luka mereka sendiri.
Kaki kiri Ayhner terkilir akibat pendaratannya yang tidak terlalu bagus. Dia menjadi tidak bisa berdiri sempurna dan gerakannya pasti akan terganggu. Namun, saat dia berdiri di sana, tiba-tiba saja dia dikejutkan dengan sebuah ayunan tombak yang mengarah padanya. Dengan cepat dia pun menghindar sembari menahan sakit pada kakinya. Jika dia terus menerus bergerak, bisa-bisa kakinya akan cacat bahkan lumpuh total.
”Kau pasti Monster kan?! Tunjukan dirimu yang sebenarnya!” teriak seorang laki-laki yang membawa tombak. Dia datang bersama kerumunan orang-orang dengan luka yang ada di sekujur tubuh mereka.
Ayhner terkejut mendengar tuduhan ini. Di belakangnya, Luois tertawa kemudian berkata, ”Sayang sekali. Urusanku denganmu sudah selesai. Tampaknya kau memiliki beberapa pasien untuk diobati.” setelah mengatakannya, Luois tiba-tiba menghilang dari hadapan semua orang.
Ayhner berdecak kesal karena setiap kali bertemu dengan Luois, selalu saja terjadi masalah besar yang tidak bisa dihindari olehnya. Orang-orang ini tampaknya tidak ingin mengalah dan akan melakukan apapun untuk mendapat apa yang mereka inginkan.
Dengan berani Ayhner menatap mereka dan bertanya, ”Apa yang kalian inginkan?”
Laki-laki yang membawa tombak itu menjawab, ”Apa lagi?! Tentu kami tahu kalau kau adalah monster! Monster bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan luka menggunakan darah mereka. Kau pikir kami tidak menyaksikan apa yang kau lakukan pada wanita itu?!”
Ayhner terdiam selama beberapa saat. ”Lalu? Kau ingin menyiksaku, mengambil semua darah dan dagingku untuk dijual kemudian baru membunuhku?”
Laki-laki yang berdiri di barisan depan menyeringai. ”Ternyata kau cukup pintar bermain tebak-tebakan, ya! Cepat! Tangkap dia!”
Semua orang di sana secara bersamaan menyerang Ayhner dengan senjata tajam yang mereka bawa. Ayhner tak melakukan satupun perlawanan selain hanya diam di sana, memandangi semua orang yang akan mengepungnya.
Seolah dia telah menganggap hari ini adalah hari terakhirnya.
DORR!!!
Sebuah tembakan peluru menyasar tanah yang mereka injak. Selangkah saja mereka bergerak maka, peluru itu sudah pasti akan melukai kaki mereka atau bahkan menghancurkannya. Karena orang yang melakukannya bukankah orang biasa seperti mereka.
”Siapapun yang mendekatinya, aku akan mengeluarkan seluruh isi perutnya!” ucap Aciel, berdiri di sisi depan gang sembari mengacungkan senjata pelurunya.
Salah satu dari orang-orang ini marah dan berteriak, ”Kau adalah kapten pasukan Anjing Ratu! Bukannya melindungi kami kau justru ingin membunuh kami!”
Aciel menatap mereka semua dengan tajam. Meski dari luar dia terlihat tidak peduli dengan Ayhner tetapi, sebenarnya dia sangat peduli bahkan tidak membiarkan siapa pun melukai putranya.
”Bagaimana dengan kalian sendiri? Rakyat biasa yang tidak memiliki kemampuan apapun. Jika berdiri di garis depan, aku yakin kalian sudah pulang ke rumah, menangis memeluk ibu kalian. Juga, apakah ini balasan kalian setelah aku berusaha melindungi kalian dari monster yang menyerang pagi ini?!”
”Kau sendiri secara tidak sadar sudah memelihara monster di rumahmu! Orang sepertimu tidak pantas menjadi bawahan ratu!”
Aciel terdiam selama beberapa saat sembari menurunkan senjatanya. ”... Putraku bukanlah monster dia tetap manusia. Sama seperti Ayah dan Ibunya.” Aciel memberi jeda. ”... Kalau kalian bertanya tentang kemampuannya menyembuhkan segala penyakit bahkan sampai memulihkan orang yang sedang sekarat, itu adalah kemampuannya yang didapatkannya sejak lahir. Aku sengaja menyembunyikannya agar tidak ada satupun orang yang memanfaatkannya. Tapi, dia sendiri yang memutuskan untuk menyembuhkan orang-orang yang terluka dan sakit. Tidak peduli bagaimana kondisi tubuhnya saat ini. Bahkan dia sampai jatuh sakit dan koma selama satu bulan karena terlalu banyak kehilangan darah. Karena itulah, aku berusaha menyembunyikannya lagi. Tapi, kalian malah bermain-main denganku. Kali ini, aku tidak akan memaafkan orang-orang yang ada di luar batas!”
Aciel mengacungkan senjata pelurunya dan hendak menembak ke arah kerumunan orang-orang. Namun, dengan cepat Ayhner menahan tangannya sehingga dia tidak jadi menembak dan hanya membuat orang-orang ini ketakutan.
”Lupakan apa yang terjadi hari ini.” ucapnya pada Aciel kemudian dia menatap ke arah orang-orang. ”... Kalian semua pergilah! Selagi aku masih bisa memaafkan kalian!”
Beberapa orang yang ketakutan langsung berlari mundur disusul dengan beberapa orang keras kepala yang masih ingin mendapatkan apa yang mereka inginkan. Beberapa saat kemudian, hanya tersisa mereka berdua.
Sepi.
Ayhner melepas tangannya kemudian berjalan pergi meninggalkannya tanpa mengajaknya. Aciel mematung di tempat sembari menyimpan senjatanya lagi. Matanya kemudian melirik ke arah Ayhner dan dia pun menyadari, langkah Ayhner yang terlihat cacat karena kaki kirinya yang terkilir.
Aciel kemudian berjalan menghampirinya. Menarik salah satu tangannya kemudian mengangkat putranya itu di atas punggungnya. Ayhner merasa sangat terkejut sementara Aciel tampak biasa-biasa saja seperti tidak ada beban yang tertampung di punggungnya.
”Turunkan aku! Kenapa kau melakukannya?!” bentak Ayhner berusaha untuk memberontak.
Aciel melengkungkan sebuah senyuman ringan saat menatapnya. ”... Tidak baik jika berjalan dengan kaki yang terluka. Lebih baik aku yang membawamu. Lagipula itu sangat sakit kan?”
Ayhner terdiam selama beberapa saat sampai akhirnya dia berhenti memberontak. Mereka berdua diam tanpa ada satupun yang memulai pembicaraan. Ayhner sendiri sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya penasaran bahkan sesuatu yang tidak bisa diingatnya.
”Ngomong-ngomong soal tadi, kau cukup hebat untuk berbohong pada orang keras kepala seperti mereka.” ucapnya.
Aciel sedikit terkejut. Dia tertawa sedikit kemudian menjawab, ”Aku tidak bohong. Itu semua sungguhan. Kakek dan nenekmu tidak mengajarkan putranya ini untuk berbohong.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments