Episode 7

”AAAHHH!”

Eldric tiba-tiba berteriak di dalam kamarnya. Dia seperti baru saja mendapati mimpi buruk yang terasa sangat sangat nyata. Dia tidak menduga bahwa saat ini dia sedang berada di kamarnya sendiri. Padahal beberapa saat lalu, dia berada di rumah penjual wafel. Entah apa yang dilakukannya, dia langsung memegang dahinya dan tidak menemukan lubang maupun bekas lubang yang ada di sana. Dia hanya bisa menghela nafas setelah apa yang dilihatnya ternyata tidak benar-benar nyata.

”Tunggu! Jam berapa sekarang?!”

Eldric langsung menatap jamnya yang ada di atas meja dan jam itu menunjukkan pukul 10 malam. Seketika dia menjadi bingung. Apakah hari ini dia sudah bangun atau dia telah tertidur seharian karena tidak ada yang membangunkannya. Rasanya dia juga tidak mengantuk sama sekali. Dia mulai berpikir pilihan kedua kalau dia sebenarnya tidur seharian dan sama sekali tidak bertemu dengan Ayhner. Mungkin akibat dari kejadian saat di jembatan katedral. Setelah menyelamatkan Ayhner dari sana, dia menjadi tidak bisa tidur karena rasa penasarannya.

”Rasanya aku baru saja melihat Monster yang rupanya sangat mirip dengan manusia bahkan sulit dibedakan. Dia bahkan bisa menghentikan waktu. Aku jadi bingung apakah itu kenyataan atau bukan. Kalau tidak salah, laki-laki bermata biru itu juga mengatakan kalau Ayhner sebenarnya adalah spesies Monster yang sangat berbahaya. Tapi, bagiku Ayhner hanya terlihat seperti anak laki-laki berumur 14 tahun yang selalu mencari mati.”

Sepanjang malam, Eldric terus berpikir tanpa membuka jendelanya. Padahal, di luar sana ada terdapat sinar bulan biru yang akan menyilaukan pandangannya. Serta taburan bintang yang mirip dengan gula halus apabila ditaburkan pada kue coklat tua.

”Jam segini, apakah mungkin ada orang lain yang masih terjaga? Hari ini aku tidak bisa tidur. Jangan sampai waktu tidurku menjadi tertukar.” Eldric menarik selimutnya kembali dan mencoba untuk tidur sejenak. Akan tetapi, pikirannya masih bertabrakan sehingga membuatnya sulit untuk tidur kembali.

Di sisi lain, tubuh Ayhner dibanting ke dinding hingga membuat suara dentuman yang cukup keras. Gill masih mencekiknya dengan sekuat tenaga. Tidak akan melepaskannya sampai Ayhner terbunuh di tangannya.

”Kau tidak akan bisa lari lagi.”

Ayhner menyeringai seakan menjawab ucapan Gill secepat kilat. ”... Ini semua terjadi karena Luois yang memintanya kan? Aku sadar, kalian semua ingin membunuhku karena aku telah membunuh semua spesies-spesies kalian. Aku tidak masalah kalau terbunuh sekarang. Tapi, aku tidak akan pernah tenang sebelum spesies-spesies ini mati. Bunuh lah aku dengan cara yang kau suka asalkan keinginanku terpenuhi.”

”Kalau itu yang menjadi keinginanmu maka, keinginanku adalah untuk membunuhmu!”

Gill semakin mencengkram erat leher Ayhner sampai membuatnya kesulitan bernafas. Namun, detak air mata Ayhner yang tidak sengaja jatuh ke tanah tiba-tiba mengingatkannya sesuatu. Hal yang tidak pernah ingin diungkitnya lagi telah membuat Gill mengendurkan cengkramannya. Dan secara perlahan, tangannya pun terlepas dan membiarkan Ayhner yang nyaris sekarat bersandar di tubuhnya.

”Ibu dan Ayah tidak akan marah padamu. Kami akan terus menyayangimu.”

Itu adalah kejadian berdarah yang berakhir dengan kematian Ayah dan Ibunya di tangannya sendiri. Meski keduanya mengaku tidak marah padanya, tetap saja perasaan bersalah itu masih membekas dalam benaknya. Kali ini dia ingat cara apa yang dilakukannya untuk membunuh mereka dan alat apa yang ia gunakan untuk melakukannya. Sungguh, itu adalah hal yang tidak pernah ingin diingatnya selama ini.

”Jadi, itu yang membuatmu tidak jadi membunuhku?”

Gill tampak terkejut setelah dia mendengar suara ini. Tidak diduga olehnya, ternyata Ayhner masih memiliki kesadarannya meski dia sempat tercekik selama beberapa saat. ”... Bagaimana kau tahu?”

”Dari jarak yang sedekat ini, aku bisa mendengar isi hatimu dan aku bisa melihat bayang-bayang masa lalu yang diputar kembali oleh otakmu. Jadi, mudah bagiku untuk mengerti perasaan ini. Tapi, bukan hanya kau saja yang memiliki masa lalu kelam.”

”Tidak perlu mengatakannya. Aku juga sudah tahu.”

”Ibuku dibunuh oleh salah satu Monster. Lalu, aku membunuh monster itu. Tapi bodohnya, monster itu malah menurunkan penyakitnya padaku sehingga merubahku dari manusia biasa menjadi monster seperti ini. Ku pikir karena aku sudah mengetahui semua masa lalumu dan kau juga sama sepertiku, aku harus mengatakan apa yang ku tahu. Dan itu adalah alasan mengapa aku banyak membunuh spesies manusia.”

Ayhner melepaskan diri dari Gill dan bersandar pada dinding bangunan di belakangnya. ”Apa lagi yang ingin kau ketahui dariku? Luois yang memintamu datang. Dia pasti memiliki banyak keinginan. Kalau dia ingin kau membunuhku, lakukan saja. Setelah aku memikirkannya, rasanya tidak masalah kalau aku mati sekarang.”

Gill berdecak kesal sembari berjalan ke arah lain, ”Bodoh sekali! Lebih baik aku pergi saja!”

Namun, tiba-tiba Gill berhenti melangkah ketika dia menemukan Luois yang sedang berdiri di hadapannya dan menghalanginya. Ekspresi Luois terlihat biasa saja. Namun, sebenarnya dia sangat marah karena keinginannya untuk membunuh Ayhner tidak terpenuhi.

”Ada apa Gill? Kau tidak membunuhnya? Biasanya kau sangat handal dalam membunuh orang lain tanpa diketahui.”

”Siapa yang bilang kalau aku akan mengikutinya semua ucapanmu? Aku tidak ingin ada siapa pun yang bisa memerintahku seenaknya.”

Luois terdiam sejenak sembari menarik senyum. ”... Baiklah. Akan kulakukan sendiri.”

Dengan cepat, Luois mengeluarkan sebuah senjata dari dalam jubahnya kemudian meluncurkan sebuah peluru yang bergerak dengan sangat cepat bahkan tidak mampu dilihat oleh mata biasa. Namun, Gill bisa dengan mudahnya menghentikan peluru itu sebelum menembus ke kepala Ayhner. Hal yang paling mengesankan, Ayhner terlihat tidak menghindar sama sekali seolah dia percaya Gill akan melindunginya atau memang dia sendiri yang berniat untuk mati.

”Kemampuan penghenti waktumu memang sangat hebat. Tapi, biar aku tunjukan padamu, tangan lebih cepat dari pada mata.”

Tiba-tiba, perut bagian samping Ayhner terluka akibat tembakan peluru yang datang entah dari mana. Dia terkejut melihat darahnya sendiri menetes ke tanah dan rasa sakit yang perlahan terus bertambah sampai ke otak. Dengan cepat, Ayhner segera menumpahkan seteguk darah dari dalam mulutnya dan jatuh berlutut sembari memegangi lukanya.

”Bagaimana rasanya ketika nyawamu akan dicabut dalam beberapa menit lagi, Ayhner? Kalau saja kau mau menuruti keinginanku agar kau menjadi peliharaanku, aku tidak akan membunuhmu.”

Ayhner menyeringai dan menjawab, ”Rasanya tidak buruk daripada harus menderita bersamamu.”

”Kau sungguh tidak takut pada kematian, ya?” Luois memberi jeda. ”... Nah, Gill. Kenapa kau tidak melakukan apa pun? Bukankah tadi kau mencoba melindunginya?”

Gill memilih diam dan tidak menjawabnya. Kemudian dia berjalan ke belakang menghampiri Ayhner sembari melepas jasnya. Sampai di depannya, dia berlutut dan melilitkan jasnya ke perut Ayhner untuk menghentikan pendarahannya. Ayhner mengira kalau Gill akan mempercepat proses kematiannya. Namun, ternyata dia lebih memilih untuk menyelamatkannya dan membuatnya semakin menderita dengan lukanya.

Gill sempat menoleh sebentar ke arah Luois untuk mengatakan, ”... Selama ini kau salah. Aku hanya ingin mengujinya. Seberapa besar keinginannya untuk membunuh spesies manusia dan seberapa dendamnya setelah dia berubah menjadi monster.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!