Episode 10

”Aku tidak menyangka, keputusannya akan berbeda dari apa yang aku perkirakan. Bagaimanapun juga, Gill bukan Monster yang bisa diremehkan. Itu benar kan, Rou?”

Luois berbicara dengan sosok hitam yang berdiri di depannya. Di sebuah pemukiman kumuh, tempat Gill mengeksekusi rumah para penghibur. Tepatnya di sebuah perempatan gang. Keduanya saling berhadapan dan berbicara sebentar. Rou juga adalah salah satu dari banyaknya zombi di kota ini. Rambut dan matanya berwarna hitam serta pakaiannya juga sama. Warna kulitnya tampak seperti salju. Di sudut bibirnya, terdapat bekas darah yang mengalir sampai ke dagu.

”Seperti apa Gill itu? Nama yang sangat tidak menarik untuk di dengar.” ucap Rou sembari menyeka darah yang berada di sudut bibirnya, menatap puluhan mayat manusia yang berjatuhan dengan luka-luka parah yang ada di tubuhnya.

”Dia juga salah satu dari spesies manusia. Monster penjaga gerbang waktu, Gill Arcrey. Kemampuannya dalam mengendalikan waktu sungguh luar biasa. Dia bisa membunuh seseorang kapan pun dia mau dan tanpa dilihat oleh siapa pun. Tapi, sayang sekali. Kemampuannya tidak mempan padaku.”

”Kenapa tidak langsung ke intinya saja? Aku sudah lelah mendengar ucapanmu yang tidak berguna.”

Luois tersenyum seringai. Dia menyandarkan pundak kanannya pada dinding bangunan besar di sebelahnya sembari melipat tangannya. ”... Ada satu anak laki-laki yang telah membunuh sebagian besar dari spesiesmu. Namanya adalah Ayhner. Saat ini, Gill sedang mencoba mendekatinya dan aku mengatakan ini sebagai peringatan untukmu.”

Mendengar kata ini, seketika membuat amarah Rou meluap-luap dan dia langsung memelototi Luois yang sudah mengatakannya. Dia tidak percaya, spesiesnya mampu dikalahkan oleh seorang anak laki-laki. Rou adalah sosok orang yang selalu ingin melindungi orang terdekatnya dan akan langsung membunuh orang-orang yang sudah mencelakai keluarganya atau bahkan hanya dianggap sebagai ancaman untuknya.

”Berapa banyak spesies yang sudah mati di tangannya?” tanya Rou penuh keseriusan.

Luois kembali menyeringai. ”... Kalau kau ingin memakannya, sepertinya kau tidak bisa melakukannya karena dia juga termasuk spesies manusia sama sepertiku. Tapi, anak itu sengaja memberikan hadiah pada spesies manusia yang bisa membunuhnya. Kau tahu itu, kan? Keberadaan anak manusia di dekatnya.”

...~o0o~...

”HACHIIM!!”

Ayhner bersin tepat di depan sebuah toko bunga. Dia tidak mengerti mengapa tiba-tiba dia seperti itu padahal dia sama sekali tidak alergi terhadap bunga. Telinga kirinya terasa berdenging seperti ada serangga yang tidak sengaja masuk ke dalam.

Merasa curiga ada yang sedang membicarakannya, Ayhner mulai menatap sekeliling. Memperhatikan setiap gerak-gerik orang-orang dan berusaha menguping pembicaraan mereka. Kebanyakan dari orang-orang ini, mereka sedang membicarakan orang lain yang tentu bukan dirinya. Telinganya masih saja berdenging terus menerus. Rasanya dia segera ingin mengorek dalam-dalam telinganya dan membunuh serangga yang sudah masuk ke dalam.

Ketika sedang berkeliling memperhatikan semua orang dan tidak melihat ke depan, tiba-tiba dia dikejutkan dengan sebuah dinding besar lunak yang muncul di depannya. Tak sengaja menabrak dan merasa kalau tidak mungkin ada seseorang yang membangun tembok di jalanan, Ayhner langsung membuka mata dan melihat ke depan.

Oh, ternyata orang ini adalah Gill yang selalu datang tiba-tiba dan tanpa rasa bersalah setelah mencoba membunuhnya meski akhirnya dia sendiri yang memutuskan untuk menyelamatkannya.

”Sedang apa kau di sini?”

Gill terdiam. Namun, dilihat dari ekspresinya dia seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat rumit. Ada sesuatu yang ingin dikatakannya tetapi, dia terlalu mempertahankan harga dirinya yang terlalu tinggi.

”Mau permen?” tiba-tiba saja Gill mengeluarkan sebuah permen coklat dari dalam sakunya.

Ayhner langsung mematung seakan baru saja mendapatkan sambaran petir di siang bolong. Orang-orang berkata, kalau orang yang sudah terlanjur memiliki sifat dingin dan kejam tidak bisa di ubah. Tapi, ada apa dengan mahluk ini? Aku dengar penyakit otak bisa mempengaruhi seseorang yang mengidapnya.

Ayhner mengecek suhu tubuhnya dengan telapak tangan dan dia baik-baik saja. Tidak ada tanda-tanda dia sedang demam. Dia kemudian mengecek suhu tubuh Gill dengan cara yang sama dan ternyata suhunya panas. Tidak seperti manusia normal!

”Kau sedang sakit! Pulang sana!” Ayhner mengacungkan telunjuknya. Tetapi, saat itu juga dia langsung berpikir kalau Gill bukanlah manusia sempurna melainkan spesies manusia. Mungkin saja suhu panas ini berasal dari pabriknya mengingat, setiap kali dia bertemu dengan zombi, suhu tubuh mereka selalu dingin.

Gill menatapnya bingung seakan dia tidak mengerti yang sedang dibicarakannya. ”... Sejak lahir, aku tidak pernah sakit. Apa yang dialami seseorang ketika sedang sakit?”

Ayhner langsung menjawab, ”Mana kutahu! Tanya saja orang lain!” dengan cepat dia langsung berlalu meninggalkannya. Akan tetapi, Gill tidak membiarkan itu terjadi. Dia langsung menahan kerah pakaian Ayhner sampai membuatnya berhenti berjalan.

”Aku sudah mempertaruhkan seluruh hidupku untuk sampai ke tempat ini! Jangan coba-coba mengabaikan ku.” ucapnya dengan tatapan dingin dan penuh ancaman.

Ayhner terdiam, tersenyum sembari memelototi Gill karena tidak percaya.

...~o0o~...

”Makanlah.”

Gill menyodorkan sepiring panekuk yang terlihat sangat manis dengan karamel yang melapisinya dan juga beberapa buah manis dan asam berada di atasnya. Tentu terlihat menggoda apalagi aromanya yang sudah dipastikan rasanya sangat enak. Padahal tempat yang mereka tempati hanyalah sebuah tempat biasa. Namun, mereka berdua sudah mengundang banyak pasang mata yang melihatnya.

Ada apa dengan semua orang di sini?

Dengar-dengar kalau Tuan muda dari keluarga Arcrey sangat tertutup. Dia jarang keluar apalagi sampai mengajak makan seseorang. Rasanya sungguh pemandangan yang luar biasa. Seakan mereka telah menandai Ayhner sebagai orang yang sangat istimewa karena sudah membuat Tuan muda Arcrey ini keluar dari kenyamanannya.

”Oh, gitu? Akhirnya aku tahu arti mempertaruhkan hidupnya.” batin Ayhner. ”... Tapi kenapa dia sampai mengajakku kemari? Aku sudah menduga ada yang tidak beres di otaknya!”

Gill yang memperhatikan sedari tadi mulai bertanya, ”Kenapa? Kau tidak suka?”

Anehnya dia bertanya dengan tatapan dingin dan bermusuhan. Melihatnya saja, sudah membuatnya kenyang. ”... Aku tidak suka makanan yang terlalu manis. Kau berniat untuk memberiku penyakit ketika aku dewasa?”

”Kalau begitu, apa yang kau inginkan?”

”Aku ingin pulang.”

”Katakan apa saja selain itu!”

”Orang ini benar-benar memaksaku!” batin Ayhner mulai tidak sabaran menahan amarahnya.

”Aku hanya ingin pulang! Pulangkan aku sekarang dan berhentilah menatapku seakan aku ini buronan yang dicari-cari!” ucap Ayhner sedikit membentak hingga membuat orang-orang kembali menatap ke arah mereka berdua lagi.

”Permintaan ditolak! Katakan yang lain selain itu.”

”Aku menyerah!!”

Kriing!

Seseorang berjalan memasuki toko. Pandangan orang ini langsung mengarah pada Ayhner dan Gill. Dengan cepat, orang ini langsung menyebut, ”Ayhner!”

Dengan cepat Ayhner langsung menatap Eldric yang baru saja menyebut namanya. Seketika dia terlihat sangat senang karena dia baru saja menemukan alasan yang sangat jelas untuk kabur dari hadapan Gill. Memangnya siapa yang akan betah duduk berhadapan dengannya jika tatapannya saja sudah seperti maut yang akan memanggil.

”Aku baru ingat! Aku baru saja akan menemui Eldric. Aku akan pergi!”

Ketika Ayhner hendak meninggalkan kursinya tanpa dihalangi oleh Gill sama sekali, tiba-tiba Eldric datang menyusulnya dan langsung menahannya. Tatapannya terlihat dingin ketika melihat ke arah Gill yang juga sedang menatapnya. Terlihat jelas aura bermusuhan di setiap diri mereka.

”Oh tidak. Mungkinkah dia ingat tentang kejadian kemarin? Bisa gawat kalau dia sampai mengingatnya.” batin Ayhner, perlahan mulai memalingkan wajahnya.

”Kau siapa?” Gill akhirnya bertanya sesuatu setelah keduanya terus saja terdiam.

”Kau terlihat berbahaya. Tidak seperti manusia. Ayo kita pergi Ayhner.” Eldric menarik Ayhner pergi keluar. Firasatnya sangat buruk saat dia bertatapan dengan Gill. Karena itu, dia langsung berpikir untuk membawanya pergi.

Ayhner merasa dirinya seperti baru saja bebas dari penjara. Dia pikir dia akan menghabiskan waktunya mematung di depan Gill. Tak melakukan apapun selain terus ditatap olehnya.

Horor sekali.

”Siapa orang tadi? Darimana kau mengenalnya?”

Keduanya berhenti saat mereka sampai di sebuah tempat yang cukup sepi. Eldric terlihat sangat serius. Dia seperti baru saja melihat sesuatu yang mengerikan yang akan terjadi sebentar lagi jika saja Ayhner berada di tempat itu lebih lama lagi.

”Memangnya kenapa? Dia itu kenalan lamaku. Jadi, wajar saja jika saat ini aku berbicara dengannya.” Ayhner menjawabnya dengan asal meski ada sedikit paksaan.

”Bohong! Aku tahu dia bukan kenalan lamamu. Katakan saja, apa yang sudah terjadi? Semalam, aku yakin itu bukan mimpi. Tiba-tiba saja waktu berhenti dan laki-laki itu muncul. Sudah pasti dia bukanlah orang biasa!”

Ayhner terdiam seketika. Ternyata Eldric bukanlah seseorang yang mudah dibohongi. Kalau dia sampai ingat kejadian kemarin, itu artinya dia tahu kalau Ayhner sebenarnya adalah salah dari spesies manusia. Dapat dipastikan kalau Eldric sengaja membawanya kemari untuk membunuhnya karena dia juga merupakan ancaman di dunia ini.

Ketika Ayhner hendak mengatakan sesuatu, Eldric tiba-tiba menyela. ”... Kau jangan dekati orang seperti dia! Apa kau tahu aku baru saja bermimpi kau nyaris terbunuh olehnya?! Kalau itu sampai terjadi, kau tahu seberapa besar kesedihan yang akan dialami keluargamu?”

Ayhner begitu terkejut mendengar celotehan Eldric yang terkesan ingin melindunginya. Dia benar-benar bingung dengan sikap semua orang di sini. Pertama Gill yang tiba-tiba membawanya pergi untuk mencicipi makanan manis dan sekarang Eldric yang seolah sedang melindunginya hanya karena sebuah kejadian nyata yang sudah dianggap mimpi olehnya.

”Apa mungkin, sebenarnya akulah yang sakit di sini?” batin Ayhner, terdiam tak mampu menjawab apapun.

”Hei! Ayhner! Apa kau mendengarku?! Mengapa hanya diam saja?!”

Tiba-tiba Ayhner tersadar dalam pikirannya. Perlahan, dia menunjukkan senyum lebarnya dan tertawaannya yang sudah jarang terdengar belakangan ini. Dengan telapak tangan yang menutupi seluruh dahinya, dia berkata, ”Hahaha! Sepertinya aku yang sakit di sini. Ternyata aku memang harus kembali. Sampai jumpa, Tuan muda Hanley.”

Setelah memberi salam perpisahan, Ayhner segera berlari pergi meninggalkannya. Anehnya, Ayhner berlari menuju arah yang berlawanan dengan kediamannya. Mungkin dia lupa atau tidak memperhatikan. Eldric tidak begitu memikirkannya karena yang terpenting, Ayhner sudah mengerti.

Eldric merasa ada sesuatu yang mengganjal di dalam sakunya. Dia merogohnya dan ternyata, di dalamnya terdapat sebuah secarik kertas yang dilipat menjadi empat lipatan.

”Apa ini? Surat dari Ayhner lagi? Dia memintaku untuk menyelamatkannya atau memancingku dalam masalah yang besar?”

Eldric membuka satu persatu lipatannya dan mulai membaca tulisan sambung yang ditulis dengan pena yang hampir habis.

”Ada banyak hal yang tidak perlu kau ketahui. Semua demi keselamatan mu juga. Sekali saja, pikirkan dirimu sendiri.”

Eldric menarik senyum tipis dan berkata pada dirinya sendiri. ”... Kali ini saja, dia tidak melibatkanku dalam masalahnya.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!