Sudah biasa para penjaga berkeliling setiap malam. Belakangan ini sering terjadi penculikan dan pembunuhan. Anehnya, luka yang dialami korban bukanlah luka biasa dan kondisinya sangat mengenaskan dengan seluruh organ dalam yang sengaja ditarik paksa oleh seseorang. Bisa dibilang, ini semua adalah ulah dari spesies manusia. Entah itu zombi atau monster. Tetapi, dibandingkan dengan monster, zombi lebih brutal lagi saat menyerang mangsanya dan mereka selalu meninggalkan korbannya di sembarang tempat.
Seorang penjaga berkeliling melewati sebuah gang kecil yang rawan kejahatan. Tempat itu bukanlah tempat yang besar atau tempat yang ditempati oleh para orang-orang kaya. Melainkan tempat itu adalah sebuah pemukiman kecil yang dihuni oleh sebagian orang.
Penjaga yang membawa senter mulai merasakan ada sesuatu yang aneh di sini. Aroma darah perlahan tercium. Genangan air yang diinjak olehnya mulai terlihat cukup aneh. Seperti ada darah yang tercampur dalam genangan itu.
Dengan sangat hati-hati, penjaga itu mencoba mengarahkan senternya pada objek yang ada di depannya. Tangannya bergetar karena ketakutan. Matanya melotot, menolak untuk terpejam meski hanya sedetik. Dia sama sekali tidak berharap, ada spesies manusia yang sengaja bersembunyi di depannya untuk melahapnya, menyusul korban-korban yang lain.
Dan ketika cahaya senter itu perlahan menunjukkan objek di depannya, tiba-tiba saja penjaga itu menjatuhkan senternya dan perlahan bergerak mundur. Wajahnya amat pucat dan ketakutan. Keringat dingin terus bercucuran tanpa ampun. Mulutnya bahkan tidak sanggup berkata-kata dan matanya tidak henti melihat sosok mayat wanita dengan luka mengaga di leher serta organ dalamnya yang ditarik paksa keluar sampai tulang rusuknya juga berserakan dimana-mana.
Sudah pasti yang melakukannya adalah zombi! Karena kalau monster, sudah pasti dia akan menelan seluruh korbannya dan tidak akan meninggalkan jejak apapun.
...~o0o~...
”Heeh? Lagi-lagi jatuh korban ya? Aku dengar kasus ini sudah berlangsung seminggu dan tidak ada satupun orang yang berhasil menemukan pelakunya.” ucap Ayhner setelah dia menumpang membaca surat kabar di dalam rumah penjual wafel.
Penjual wafel itu menambahkan, ”Kabarnya ini bukan pembunuhan yang dilakukan oleh manusia. Melainkan zombi.”
Ayhner menatap penjual wafel dengan wajah tidak percaya, ”Memangnya ada zombi yang secara terang-terangan membuang mayat korbannya? Tidak lihat kah? Zombi ini sangat rakus! Memangnya manusia itu adalah ternak untuknya?! Dia bahkan tidak pernah memberi makan orang-orang itu!”
”Kau kelihatannya sangat mempedulikan orang-orang miskin itu ya?” Lou tiba-tiba berjalan mendekatinya dan duduk tepat di sebelahnya. Lou tersenyum, berbeda sekali saat dia sedang berbicara dengan Luois beberapa malam yang lalu. Terlihat jelas, dia seperti berusaha berbaur dengan orang-orang di sekitarnya dengan menjadi orang biasa dan bukan menjadi pelaku dari semua pembunuhan yang terjadi belakangan ini.
”Siapa kau?”
Lou menatap Ayhner dengan ekspresi yang sama. ”... Maaf aku sudah asal bicara. Namaku Lou, seorang dokter. Sepertinya kau sedang membicarakan berita yang belakangan ini terjadi ya?”
Ayhner memperhatikan. ”... Ya. Beritanya cukup menarik karena pelakunya cukup sadis saat membunuh korbannya. Aku jadi, penasaran siapa yang melakukannya.”
”Mungkin kau bisa menemukannya saat malam tiba mengingat pelakunya hanya menyerang saat malam.”
Ayhner menaruh surat kabar kembali ke atas meja. ”... Ya, aku tidak perlu repot-repot mencarinya. Aku juga malas jika harus bangun lebih malam dan tidur sekarang. Itu karena, pelakunya sudah menyerahkan diri.” Ayhner menatap Lou dengan sinis. ”... Pelakunya itu, adalah kau kan, Tuan Lou?”
Lou langsung menyeringai begitu Ayhner dengan mudahnya mengatakan kalau dialah pelakunya. Itu karena Ayhner mampu membedakan antara zombi dengan manusia melalui aura yang dipancarkan oleh mereka. Tentu dia juga bisa merasakan hawa membunuh dari spesies Zombi yang sudah menargetkan korbannya. Dia akan merasa sangat senang apabila dia didatangi oleh zombi yang juga sudah tahu identitasnya sebagai monster.
”Kau cukup hebat ya? Aku belum pernah melihat ada seseorang yang bisa membedakan antara manusia dengan spesiesnya. Oh, tidak. Kau bukan manusia tetapi, Monster. Monster yang lebih mengerikan dari monster-monster yang pernah aku temui.”
”Kalau begitu, masing-masing dari kita memiliki rahasia terbesar kan? Sepertinya penjaga tidak akan bisa menangkapmu kalau ternyata kau selicin ini.”
”Kau juga. Sepertinya belakangan ini kau belum pernah memakan daging manusia lagi. Aku cukup terkejut karena kau sama sekali tidak terlihat kelaparan sedikitpun.”
”Aku sudah terbiasa menahannya. Lagipula, mana mungkin aku melakukannya jika dulunya aku juga merupakan seorang anak manusia?”
”Monster memang mampu bertahan selama bertahun-tahun tanpa memakan daging. Berbeda dengan kami yang harus memakan daging setidaknya sekali dalam dua hari. Tapi, untuk beberapa alasan aku ingin menguji kesabaranmu itu.”
”Siahkan saja tapi, jangan sampai melibatkan yang lain.”
”Tentu aku akan melibatkan yang lain. Contohnya, rekanmu yang belum lama kau temui secara tidak sengaja, Eldric Hanley—
Sebuah pisau diarahkan pada leher Lou sampai membuatnya langsung terdiam seketika. Orang-orang di sekitarnya tidak menyadari keberadaan pisau yang berada tepat di depan leher Lou. Sedikit saja Lou bergerak maka, pisau itu sudah pasti akan merobek lehernya.
”Sudah kuduga, memang ada sesuatu diantara kau dan anak manusia itu. Kau tahu kan, akibatnya jika monster sepertimu berteman dengan anak manusia? Sudah dapat dipastikan, anak itu berada dalam bahaya. Bisa saja dia akan menjadi korban yang berikutnya.”
”BERISIK!”
Ayhner tiba-tiba berteriak dan mengejutkan semua pengunjung yang berada di sana. Seketika semua pandangan tertuju ke arah mereka berdua sebelum akhirnya, Ayhner menyimpan kembali pisaunya ke dalam jubah. Tidak bisa dibayangkan jika saja kepanikan melanda semua orang begitu tahu Ayhner akan membunuh Lou.
Dengan tatapan serius yang ditujukan pada Lou, Ayhner berkata, ”Itu akan menjadi urusanku!” setelahnya dia langsung berjalan pergi meninggalkannya. Tak menghiraukan pandangan semua orang yang tertuju padanya akibat pertengkaran singkat itu.
Melihatnya pergi, Lou menyeringai dan berkata, ”Sesuai dengan yang aku harapkan. Seharusnya aku mengundang banyak orang untuk menonton pertunjukkan menarik yang akan aku mainkan.”
Ayhner berjalan menuju suatu tempat sembari memikirkan yang dikatakan Lou barusan. Dia merasa kalau dia memang telah membawa Eldric ke dalam bahaya yang sangat besar. Bahkan yang bisa membuatnya terbunuh dalam sekejap. Ayhner sadar kalau dia masih belum menerima kenyataan. Kenyataan bahwa dia bukan lagi seorang manusia. Melainkan ancaman.
Kau tidak layak mendapatkan satupun teman.
”Ayhner!”
Suara seruan ini datang dari arah belakang. Secara refleks, Ayhner langsung menoleh ke arah belakang dan secara kebetulan saja, Eldric sedang berjalan menghampirinya.
Kenapa dia sesantai itu? Apakah dia belum mengetahui yang sebenarnya?
”Sudah kuduga kau ada di sini. Ada sesuatu yang ingin aku katakan.”
”Kenapa kau masih menemui ku?”
Eldric langsung terdiam begitu mendengar kata-kata yang tidak diinginkan olehnya datang dari Ayhner yang tampak murung.
”Itu karena, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.” jawabnya.
”Kenapa kau bodoh sekali? Kau masih berpikir bisa dekat denganku dengan cara semudah itu?” ucap Ayhner sedikit membentak sampai membuat Eldric seketika terdiam. ”... Saat itu aku hanya memanfaatkan mu. Hanya sebatas itu saja kemudian aku berterima kasih padamu. Tapi, kenapa kau seolah sengaja mendekatiku padahal sejak awal aku menolak keberadaanmu?!”
Eldric begitu terkejut mendengar jawaban ini. Dia dibuat tidak bisa berkata-kata dalam sekejap. Sedikit menyakitkan tapi jangan sampai membuatnya marah. ”... Soal itu, aku tidak tahu. Mungkin ini sebagai rasa terima kasihku sebagai manusia karena kau telah menyelamatkanku saat itu. Kalau saja kau tidak datang ke rumahku, mungkin aku sudah menjadi santapan zombi wanita itu. Kalau kau menolak keberadaanku, baiklah. Aku akan segera pergi.”
”... Untuk yang sebelumnya, aku ingin mengatakan padamu untuk berhati-hatilah. Jangan mengundang dirimu sendiri dalam bahaya. Apalagi, sampai mengejar zombi yang belakangan ini memakan korban.”
Setelah mengatakannya, Eldric perlahan pergi meninggalkannya. Hanya tinggal Ayhner seorang diri di sana. Wajah penyesalan Ayhner terlihat sangat jelas. Dia tidak tahu apakah yang dikatakannya ini benar atau tidak. Yang pasti, dia merasa kalau dia pasti akan menyesalinya.
”Kenapa kau melakukan itu?”
Seseorang tiba-tiba bertanya dari arah samping. Ayhner langsung menatap orang itu dan ternyata, dia adalah Gill yang sedang duduk di kursi depan sebuah toko sembari menaruh sebuah surat kabar di sebelahnya. Gill tampaknya sudah mendengar seluruh pembicaraan mereka dan wajahnya terlihat kecewa dengan pilihan yang dipilih oleh Ayhner.
”Apakah karena keberadaan Lou yang membuatmu bergetar sampai takut membuatnya terluka?” Gill memberi jeda. ”... Keputusan yang salah. Lou dan Luois sudah mengetahuinya. Jadi, percuma saja jika kau memutuskan untuk melarikan diri darinya sekarang. Seharusnya, sejak awal kau tidak pernah berhubungan dengan manusia kalau tidak ingin melukai mereka.”
”Aku sudah tahu meski kau tidak memberitahu.”
”Lalu? Apakah kau akan tetap berpegang pada pilihanmu saat ini?”
Ayhner terdiam selama beberapa saat sebelum menjawab, ”Tidak. Aku tidak akan diam saja. Aku pasti akan melakukan sesuatu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments