X-Loves : Dari Dunia Lain

X-Loves : Dari Dunia Lain

Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel

Sebuah lapangan, atau mungkin lebih tepatnya padang rumput terhampar luas di lokasi ini. Angin yang tidak terlalu kencang, namun juga tidak terlalu lembut berhembus dari arah pantai yang tepat berada di selatan wilayah ini. Sebuah kota bergaya Portugis bisa terlihat dengan jelas dari arah sini. Dilihat dari kejauhan, masyarakat terlihat sedang berjalan kaki di jalanan yang berlapis paving block tersebut. Namun sejauh mata memandang, tak terlihat sama sekali kendaraan-kendaraan konvensional yang mengantarkan para penumpangnya dari suatu tempat ke tempat lain, baik itu kendaraan yang ditarik oleh hewan ataupun kendaraan modern dengan bahan bakar tertentu. Yang terlihat hanyalah minibus-minibus bersayap yang terbang mondar-mandir di sekitaran wilayah kota itu. Masyarakat negeri ini menyebutnya sebagai ‘Layang’, moda transportasi yang menghubungkan antar pulau di kepulauan terbesar sedunia ini.

“Indah sekali, sudah lama beta tak lihat pemandangan seindah ini,”

Sesosok gadis terlihat sedang duduk manis di padang rumput yang hijau itu. Nampak dirinya sedang menikmati indahnya pemandangan kota dari tempat ini.

“Hmm… hmm…”

Sambil sedikit menggerak-gerakkan kakinya, ia terdengar bersenandung sebuah lagu tradisional yang bertajuk ‘Buka Pintu’, lagu daerah Provinsi Maluku. Suaranya yang lembut dan merdu itu memecah suara angin laut yang berhembus di tempat ini. Rambut kuning panjangnya sedikit tertiup angin, sebelum akhirnya berhenti bersama hembusan angin itu sendiri.

“Ah, beta ingin mencobanya lagi,” ucapnya.

Gadis itu berdiri dan menepuk bagian belakang roknya yang berwarna merah itu dari debu. Dirinya kemudian berbalik arah dan maju beberapa langkah. Di depannya terlihat ada sekumpulan rumput ilalang yang cukup tinggi. Kalau dilihat-lihat ukurannya lebih tinggi dari tubuh gadis itu.

“Baiklah,”

Gadis itu menarik napas cukup dalam sebelum membuat posisi yang aneh. Kaki kanannya ia gusur ke belakang, sedangkan kaki kirinya bertumpu di depan. Kedua tangannya yang lembut itu mengambil posisi seperti ingin mencengkeram sesuatu. Kini dirinya terlihat seperti memasang kuda-kuda bertarung.

“Huff…”

Ia kembali menarik napas, menunggu saat yang tepat, lalu mengucapkan sebuah kalimat.

“Mantra Cipta, Bayu…”

WINGG… secara ajaib gelombang angin tiba-tiba muncul memutari tubuhnya, khususnya pada bagian tangannya yang terlihat seperti ingin mencakar itu. Pakaiannya, atau lebih tepatnya seragamnya yang berwarna merah dan putih itu ikut bergerak tertiup angin. Rambut kuning panjangnya itu juga ikut bergerak kesana-kemari. Gadis itu nampak seperti mengumpulkan energi yang ada dalam tubuhnya untuk menciptakan angin tersebut.

Tatapan matanya terfokus pada ilalang tinggi yang tepat berada di depannya. Sepertinya ia akan melancarkan serangan pada benda itu, dan memang itulah yang akan ia lakukan. Setelah menunggu saat yang tepat, gadis itu

langsung mengucapkan sebuah kalimat kembali.

“Cakar Puyuh”

WUSHHH… Dirinya melesat bagaikan angin, tepat menuju arah ilalang yang tinggi itu. Dengan kecepatan setinggi itu, ia berhasil menembus lebatnya ilalang yang tingginya melebihi tubuhnya itu. Serangan berkecepatan tingginya berhasil membuat celah yang sangat lebar di antara lebatnya ilalang itu. Daun-daun di sekitaran tempat itu ikut tertiup angin akibat dari serangan gadis itu. Namun yang lebih mengejutkan, beberapa helai ilalang nampak tercabik-cabik oleh angin yang diakibatkan serangannya.

Gadis itu mendarat dengan sempurna setelah melancarkan serangan ‘cakar angin’ itu. Sambil kembali menarik napas, ia menengok kembali ke arah belakang, atau lebih tepatnya ke arah sekumpulan ilalang bekas serangannya

tadi.

“Huff, sepertinya sudah cukup baik,”

Sekumpulan ilalang yang tinggi itu kini terbelah menjadi dua. Serangan itu menghasilkan celah yang amat lebar diantara keduanya. Ilalang yang berada di tengahnya terlihat seperti habis tercabik-cabik oleh mesin bor raksasa. Adanya dampak dari serangan itu menunjukkan bahwa dia bukanlah seorang gadis biasa, melainkan merupakan seorang gadis dengan kemampuan di luar nalar.

Sorot mata cerahnya terus menatap ilalang itu sampai seorang laki-laki menyapanya dari arah depan.

“Hmm… Rupanya kau sudah mahir menggunakan teknik sihirmu, ya…”

Gadis itu menengok ke arah datangnya suara itu. Terlihat sesosok lelaki berambut biru pendek tengah bersandar di sebuah pohon. Dengan mengenakan seragam yang berwarna sama, dirinya terlihat santai sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya.

“…Ali,”

Lelaki itu menyahut sang gadis dengan nama yang aneh, sebuah nama yang biasanya dimiliki oleh anak laki-laki. Mendengar nama itu membuat sang gadis menjadi kesal.

“Hadeh, Dwi. Sudah kubilang jangan panggil diriku dengan nama itu dulu, setidaknya sampai kita berhasil keluar dari dunia aneh ini,” ujar gadis berambut pirang itu.

Lelaki itu sedikit tertawa mendengarnya, layaknya mendengar keluhan seorang gadis tsundere.

“Hahaha… Maaf, Anna. Habisnya kita disini sudah terlalu lama sih, mungkin ada sekitar setahun kah,”

“Tidak selama itu. Kita disini baru beberapa bulan,” sangkal gadis itu.

“Oh, begitu ya, hmm…”

Angin laut kembali berhembus di padang rumput ini, namun sedikit lebih kencang jika dibandingkan sebelumnya. Rambut panjang gadis itu pun ikut tertiup angin sehingga ia harus sedikit menahannya dengan tangannya.

“Aduh, anginnya makin kencang sepertinya,”

Gadis itu kembali bergumam padanya, tapi lelaki itu tidak menggubrisnya. Hal itu membuat sang gadis kembali kesal, apalagi setelah melihat lelaki itu menatapnya dengan aneh.

“Hey, apa yang kau lihat?”

“Hmm… Tidak ada. Aku hanya berpikir kalau dirimu nampak lebih cantik dengan rambut yang tertiup angin seperti itu,”

Lelaki itu menjawabnya dengan santai. Namun hal itu malah membuat sang gadis makin kesal. Dengan wajah memerah, ia pun menggenggam kerah baju lelaki itu.

“Kau bilang apa tadi, hah? Aku kan sebenarnya…”

Sang gadis nampak ingin mengucapkan sesuatu, namun sepertinya ada sesuatu hal yang mengurungkan niatnya untuk melakukannya. Ia pun melepaskan genggamannya.

“…eh iya lupa. Kita tidak sedang di Bumi,”

Ia memalingkan wajahnya dari lelaki itu dengan wajah yang murung. Namun sepertinya lelaki itu tidak mempermasalahkannya. Ia langsung menepuk pundak gadis itu.

“Hey, Anna. Ayo kita kembali ke Jailolo. Masih banyak tugas sekolah yang harus kita kerjakan,” ujar lelaki itu.

Mereka pun berjalan bersama menuruni padang rumput itu untuk kembali pulang ke kota.

Rasa bimbang menyelimuti lubuk hati mereka, khususnya sang gadis bernama Anna itu. Disatu sisi ia mungkin berusaha menikmati semua hal yang ada di tempat ini, termasuk keindahan alamnya, serta kemampuan spesial yang hanya mampu ia kuasai disini, ‘ilmu sihir’. Namun disisi lain dirinya juga kebingungan, bagaimana mengatasi semua permasalahan yang terjadi pada dirinya dan lelaki bernama Dwi itu, tentang bagaimana caranya keluar dari tempat ini dan kembali ke tempat mereka seharusnya berada. Ini bukanlah dunia mereka, dan mereka harus segera mencari cara agar keluar dari dunia yang misterius ini.

“Beta harus pikirkan cara agar bisa keluar dari dunia yang aneh ini, dan kembali pada wujud asli beta,” ujar sang gadis dalam hati.

Terpopuler

Comments

calliga

calliga

Semangat!!

2023-06-27

1

Tetik Saputri

Tetik Saputri

semangat kak

2023-06-26

1

Bagus Effendik

Bagus Effendik

hei aku mampir ya adek semangat ya sudah bagus kok 😊

2023-06-02

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2 Chapter 1 : Masa Depan
3 Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4 Chapter 3 : Terhempas
5 Chapter 4 : Sebuah Fakta
6 Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7 Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8 Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9 Chapter 8 : Cahaya Malam
10 Chapter 9 : Selamat Datang
11 Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12 Chapter 11 : Dia Disini
13 Chapter 12 : Terombang-ambing
14 Chapter 13 : Kata dan Frasa
15 Chapter 14 : Kuasa
16 Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17 Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18 Chapter 17 : Tak Terduga
19 Chapter 18 : Hari H
20 Chapter 19 : Tanah dan Api
21 Chapter 20 : Kemampuannya
22 Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23 Chapter 22 : Lubuk Hati
24 Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25 Chapter 24 : Burung Api
26 Chapter 25 : Gadis Itu
27 Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28 Chapter 27 : The Grim Reaper
29 Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30 Chapter 29 : Wangsa Arya
31 Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32 Chapter 31 : Amarah Merah
33 Chapter 32 : Hukum Dunia
34 Chapter 33 : Perlawanan
35 Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36 Chapter 35 : Ika, The First Elder
37 Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38 Chapter 37 : Tangga Cahaya
39 Chapter 38 : Kabar-kabar
40 Chapter 39 : Parang Salawaku
41 Chapter 40 : Doa dan Harapan
42 Chapter 41 : Makhluk Terbang
43 Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44 Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45 Chapter 44 : Kampung Halaman
46 Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47 Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48 Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49 Chapter 48 : Bahan Bakar
50 Chapter 49 : Pantai Air Manis
51 Chapter 50 : Tirai Cahaya
52 Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53 Chapter 52 : Antar Elemen
54 Chapter 53 : Kekuatan Bersama
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2
Chapter 1 : Masa Depan
3
Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4
Chapter 3 : Terhempas
5
Chapter 4 : Sebuah Fakta
6
Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7
Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8
Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9
Chapter 8 : Cahaya Malam
10
Chapter 9 : Selamat Datang
11
Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12
Chapter 11 : Dia Disini
13
Chapter 12 : Terombang-ambing
14
Chapter 13 : Kata dan Frasa
15
Chapter 14 : Kuasa
16
Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17
Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18
Chapter 17 : Tak Terduga
19
Chapter 18 : Hari H
20
Chapter 19 : Tanah dan Api
21
Chapter 20 : Kemampuannya
22
Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23
Chapter 22 : Lubuk Hati
24
Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25
Chapter 24 : Burung Api
26
Chapter 25 : Gadis Itu
27
Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28
Chapter 27 : The Grim Reaper
29
Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30
Chapter 29 : Wangsa Arya
31
Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32
Chapter 31 : Amarah Merah
33
Chapter 32 : Hukum Dunia
34
Chapter 33 : Perlawanan
35
Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36
Chapter 35 : Ika, The First Elder
37
Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38
Chapter 37 : Tangga Cahaya
39
Chapter 38 : Kabar-kabar
40
Chapter 39 : Parang Salawaku
41
Chapter 40 : Doa dan Harapan
42
Chapter 41 : Makhluk Terbang
43
Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44
Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45
Chapter 44 : Kampung Halaman
46
Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47
Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48
Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49
Chapter 48 : Bahan Bakar
50
Chapter 49 : Pantai Air Manis
51
Chapter 50 : Tirai Cahaya
52
Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53
Chapter 52 : Antar Elemen
54
Chapter 53 : Kekuatan Bersama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!