Malam yang cerah di langit khatulistiwa. Kau bisa melihat langit yang sangat cerah dan bersih disini. Ini bukanlah masa lalu. Ini adalah masa depan. Kemanakah polusi? Hampir tiada sama sekali. Di masa depan ini hampir tak ada polusi. Berkat kecanggihan teknologi yang ada pada masa kini, hampir semua permasalahan bisa teratasi, baik permasalahan eksakta maupun permasalahan sosial.
Malam ini adalah malam yang cukup damai di ibukota Provinsi Maluku ini. Gemerlap cahaya gedung-gedung pencakar langit menghiasi cakrawala Teluk Ambon. Tak lupa pula dengan sang ikon Jembatan Merah Putih nan megah ditengahnya. Yup, Selamat datang di Indonesia tahun 2105.
Malam ini sebenarnya merupakan malam yang bagus untuk bersantai dan menikmati secangkir kopi panas di beranda rumah, namun hal itu tidak berlaku bagi Team Alpha Project Ambon Institute of Technology. Mereka merupakan gabungan mahasiswa dari jurusan mekatronika, elektro, serta informatika yang sedang mengembangkan sebuah megaproyek yang mereka klaim akan ‘menggebrak dunia’. Melalui kerja keras dan kreativitas para pemuda-pemudi yang cerdas itu, mereka berhasil menciptakan inovasi teknologi yang akan mempermudah umat manusia dalam melaksanakan kegiatannya.
Tim yang terdiri dari 50 orang ini diketuai oleh seorang pemuda Maluku blasteran Eropa yang bernama Alistair Sahilatua. Pemuda berambut pirang ini dikenal sebagai mahasiswa yang sangat cerdas, terutama di bidang eksakta. Pada saat SMA, ia hampir selalu mendapatkan nilai sempurna dalam mata pelajaran fisika dan matematika. Pada saat UNBV atau Ujian Nasional Berbasis Virtual, ia juga mendapatkan nilai sempurna pada kedua mata pelajaran tersebut. Dan sekarang ia menjadi leader pada proyek inovasi teknologi yang telah lama ia impikan bersama dengan timnya tersebut.
Selain dengan kemampuan otak cerdasnya, ia juga dibantu oleh seorang partnership handalnya sekaligus tangan kanannya, yakni seorang gadis Jawa bernama Dwiana Septianti. Kecakapannya dalam membaca kondisi menjadikan Alistair memilihnya sebagai partnernya.
Selain itu, ada sebuah perasaan di dalam lubuk hati Alistair terhadap Dwiana. Seringkali dalam berbagai moment saat dirinya kebetulan bertemu dengan Dwiana, ia selalu memalingkan pandangannya, seakan tak
mampu Alistair menatap sorot mata Dwiana yang dingin itu. Sampai sekarang, mereka pun masih belum ada kepastian untuk menjalin hubungan yang lebih diantara satu sama lainnya, meskipun sudah banyak gosip yang beredar diantara para mahasiswa, termasuk dalam tubuh Team Alpha Project itu sendiri. Alistair lebih memilih untuk menyelesaikan proyeknya kali ini.
Malam itu, tanggal 7 Februari 2105, Team Alpha Project akan mengemukakan hasil penemuan mereka kepada masyarakat dan pejabat pemerintah. Tepat pada pukul 7 malam di depan aula utama Institut Teknologi Ambon, para pejabat negara sudah duduk bersiap menunggu acara. Terlihat Menteri Riset dan Teknologi, di sebelah kanannya ada Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Pendidikan Nasional, Gubernur Maluku, serta Walikota Ambon. Sayangnya event besar ini tidak sempat dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia yang sebelumnya dijadwalkan untuk hadir, namun tiba-tiba membatalkan rencananya karena suatu hal, ungkap ajudannya. Tetapi hal itu tak menyurutkan semangat tim untuk mempromosikan inovasi mereka.
Tepat pukul 8 malam, acara pun dimulai. Seperti pada umumnya, acara dimulai dari sambutan-sambutan. Mulai dari sambutan oleh Menristek, Gubernur Maluku, dan Rektor ITA. Sementara itu di belakang panggung, tim sedang mempersiapkan diri. Namun sayangnya sang ketua proyek, Alistair Sahilatua nampak gugup untuk berpidato dan mempresentasikan penemuannya itu. Keringat dingin terlihat jelas dari wajahnya.
“Huff, bagaimana ini? Apa yang harus beta katakan pada mereka? Beta tak pandai merangkai kata-kata,” ujar Alistair. Ia terbiasa menggunakan kata ‘beta’ untuk menyatakan kata ‘aku’.
“Sudahlah Ali, tenang aja. Improv juga boleh kok.,” Kevin menenangkannya.
“tak semudah yang kau katakan, vin.”
Di tengah kepanikan itu, Dwiana berusaha memberikan semangat kepada Alistair.
“Ali, nggak usah panik. Aku yakin kau pasti bisa. Karena ini proyekmu, coba kemukakan apa yang kau pikirkan tentang proyek ini kepada mereka. Lagipula pesan utama dari acara ini ‘kan pengenalan alatnya, bukan kata-kata pembukanya. Aku yakin dalam hal itu kau pasti sudah menguasainya,” ucap Dwiana kepada Alistair.
“Terima kasih atas sarannya, Dwiana,” ucap Alistair, namun hal itu sepertinya masih belum cukup untuk menenangkan pikirannya.
“AYO SEMUA, MARI KITA TUNJUKKAN PERAN KITA SEBAGAI AGENT OF CHANGE.” David menyemangati mereka sambil bersorak.
Acara inti pun dimulai. Alistair mempersiapkan improvisasinya dalam berpidato. Ia menghela nafas dan berjalan menuju panggung. Sayangnya terhitung sekitar lima langkah kakinya tersandung dan ia hampir terjatuh. Para penonton yang melihat itu tiba-tiba terdiam menahan tawa, meskipun ada pula yang tidak tahan untuk tertawa. Sementara itu Alistair terdiam menahan malu. Terdengar beberapa orang berbisik.
“lihat, siapa yang terjatuh,”
“oh, jadi dia pemimpin proyek ini?”
“sepertinya tidak,”
Sementara itu teman-teman proyeknya juga berekspresi.
“haduh, dasar si Ali ini, kelihatan banget gugupnya,” bisik Luthfi.
“Bae lah, yang penting dia ‘kan dah berusaha, hehe…” ucap Galih.
“Ali…” gumam Dwiana.
Meskipun cukup memalukan, tetapi insiden kecil itu ternyata tak membuat pemuda berambut pirang itu berkecil hati. Ekspresi wajahnya terlihat dingin, meskipun memang di dalam lubuk hatinya pasti merasa malu.
Namun sebagai profesional, dia menyembunyikan ekspresi negatifnya itu. Ia pun memulai pidatonya.
“Selamat malam, salam sejahtera kepada kita semua. Perkenalkan, nama saya Alistair Sahilatua. Saya adalah pemimpin dari proyek ini.”
Sepatah dua patah kalimat terucap dari mulut keringnya. Nampak pelafalan bahasa Indonesia yang fasih bagi seseorang yang memiliki darah keturunan asing. Tetapi sayangnya sebagian dari tamu lebih sibuk dengan AI-Gadget nya. Sebagai informasi, AI-Gadget sendiri merupakan sebuah Android masa kini dengan berbagai macam fitur yang telah disempurnakan. Alat yang dikembangkan pertama kali oleh perusahaan teknologi asal Singapura ini memiliki berbagai macam bentuk, yakni berbentuk seperti Smartphone tahun 2010-an, Smart Glasses, Smart Watch, dan bentuk-bentuk unik lainnya. Terlihat beberapa orang memainkan sebuah game
melalui Glasses. Sebagian dari mereka pun ada yang berusaha mengabadikan moment ini. Sementara itu, terlihat dua tiga orang yang tertidur di belakang. Meskipun begitu, Alistair tetap terus berbicara walaupun ia dikenal kurang cakap dalam public speaking.
Sekitar lima menit waktu berlalu, beberapa tamu undangan mulai merasa bosan. Namun Alistair dengan kecerdasannya berhasil menarik perhatian mereka dengan meninggikan suaranya dan langsung masuk ke dalam inti acara.
“Baiklah. Tanpa basa-basi lagi kami perkenalkan, proyek baru kami…”
Sebagian anggota tim mengambil dua buah tali yang terpasang pada tirai sebagai penutup penemuan besar mereka. Dengan dipimpin oleh Kevin di sebelah kiri dan Herlin di sebelah kanan, mereka pun menarik tali tersebut. Akhirnya tirai pun terbuka.
Semua orang, termasuk beberapa diantara mereka yang terlalu ‘sibuk dengan dunianya sendiri’ terdiam kagum melihat hasil penemuan mereka. Gubernur Maluku terlihat sempat melepas kacamata dan mengusapnya, seakan tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Semua terfokus pada sebuah hal luar biasa.
“Whoa… Keren sekali”
“Besarnya…”
“Sepertinya ini akan menjadi megaproyek teknologi mahasiswa terbesar se-Indonesia.”
Sebuah teknologi ciptaan para mahasiswa Institut Teknologi Ambon. Sebuah penemuan yang digadang-gadang akan menggebrak seantero dunia kini telah nampak di depan mata mereka. Semuanya terkagum-kagum melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments