Chapter 13 : Kata dan Frasa

Beberapa minggu telah berlalu. Khususnya bagi Anna dan Dwi, mereka mulai bisa beradaptasi dalam lingkungan yang sangat berbeda disini.

Pada hari itu seperti biasanya Anna pergi ke kantin bersama Licia di waktu istirahat. Tidak ada yang spesial pada hari ini, tetapi Anna masih ingat betul dengan apa yang terjadi pada beberapa minggu yang lalu di lorong perpustakaan itu. Namun hingga saat ini, Anna belum bertemu lagi dengan siswa misterius itu.

“Ada apa, Anna? Kok melamun terus?” tanya Licia.

“Eh, tidak ada. Aku tidak memikirkan apapun kok.” jawab Anna.

“Benarkah? Jangan bohong deh, mungkin hubunganmu dengan Dwi tidak berjalan mulus ya?” Licia menggodanya.

“Eh… bukan begitu. Siapa bilang aku berhubungan dengannya? Dia cuman temanku doang,” bantah Anna dengan pipi memerah.

“Bohong ya, hehe…”

Licia terus menggodanya sementara Anna terus memikirkan peristiwa kemarin sambil berjalan, hingga ia tak sadar telah menabrak siswi junior lainnya.

BRUKK…

“Aduh…”

Anna menabraknya hingga buku-buku yang dibawanya terjatuh. Melihat hal itu, Anna itu pun berusaha membantunya.

“Uh, maaf. Ambo ndak tahu ada kau disana,” ucap gadis itu sambil membereskan bukunya.

Mendengar cara bicaranya yang tidak biasa, Anna heran. Terlebih lagi ia menggunakan seragam yang sedikit berbeda dengan siswi lainnya. Ia adalah siswi berkacamata dan mengenakan bandana putih pada rambut hitam panjangnya. Namun tidak seperti siswi lainnya yang mengenakan rok pendek, ia mengenakan rok panjang sampai ke mata kakinya, meskipun modelnya sama.

“Eh, ternyata kau ya? Tidak apa-apa kok. Kau gak lagi sibuk kan? Ayo kita ke kantin bareng, aku ingin ngobrol sesuatu sama kau,” ujar Licia yang seolah-olah tahu siapa gadis itu.

“Eh Licia, dia siapa?” tanya Anna kebingungan.

“Namo ambo Alita Chaniago, murid kelas Na dari Tanah Pagaruyung.” Ia memperkenalkan dirinya sambil membenarkan posisi kacamatanya.

“Oh, pantas saja cara bicaranya seperti itu,” ungkap Anna dalam hati.

Nampaknya ia berasal dari suatu wilayah di barat Nusantara ini, yang di mana jika di dunia nyata wilayah tersebut dikenal sebagai Sumatera Barat. Tetapi seolah-olah telah dekat dengannya, Licia memegang bahu gadis itu dengan percaya diri.

“Dia adalah sahabat jauhku,” ujarnya.

Namun melihat reaksi Alita yang gugup kelihatannya tidak meyakinkan. Anna pun hanya menatap mereka dengan tatapan aneh.

“Oh…”

Mereka bertiga akhirnya pergi ke kantin. Sementara itu, Anna masih penasaran dengan penampilan Alita. Akhirnya ia pun bertanya padanya.

“Oh iya, Alita, kalau boleh tahu kenapa seragammu sedikit berbeda dengan yang lainnya?”

Alita hanya tersenyum mendengarnya, tetapi Licia membantu menjawabnya.

“Kebanyakan gadis dari wilayah barat lebih suka mengenakan rok panjang. Itu sudah menjadi ciri khas mereka, selain dari nilai norma mereka yang sedikit berbeda,”

“Oh begitu toh.”

Seperti biasa mereka memesan makanan siang dengan teh dingin sambil duduk di meja makan yang panjang itu. Dalam suasana yang normal itu terlihat Licia seolah membisikkan sesuatu pada Alita, namun masih terdengar jelas oleh Anna.

“Eh. Alita. Kau tau kan Niko Aslanov dari kelas Ra yang keturunan Moskva itu?”

“Iyo, emang kenapa dia?” Alita mendekatkan wajahnya pada Licia

“katanya dia udah jadian loh sama Jeanna kelas Ta,” ucap Licia.

“Ha? Serius?” Alita menaikkan suaranya karena terkejut.

“Stt… Jangan terlalu keras, ntar kedengeran orang-orang,” ujar Licia.

Sementara itu Anna yang mendengar percakapan mereka nampak risih. Ia pun memilih menghindar sambil berniat membeli cemilan.

“Hadeuh… Dasar para penggosip,” ujarnya dalam hati.

Karena tidak melihat ke depan, gadis itu pun kembali menabrak orang lagi.

“Aduh… dua kali dah,”

Awalnya ia nampak biasa saja, namun setelah melihat orang yang ditabraknya, sikapnya langsung berubah.

“Eh…Kau…”

Anna pernah melihat dia sebelumnya. Dia adalah siswa senior berambut putih misterius yang berpapasan dengannya di aula dekat perpustakaan.

“Kau yang waktu itu kan?”

“Huh, sepertinya kita memang ditakdirkan untuk bertemu,” ujar siswa itu.

“Tunggu, apa maksudnya itu. ‘Sang Penyelamat’ yang kau katakan kemarin, apa maksud perkataanmu dulu.” tanya Anna.

Tidak ada ekspresi lain yang ditunjukkan siswa itu selain tersenyum dan menjawabnya dengan santai.

“Nampaknya benar apa yang dikatakan oleh Sang Penjaga Perpustakaan Suci itu, kalian adalah orang terpilih,”

“Kami? Penjaga Perpustakaan Suci? Apa maksudmu?” Anna masih kebingungan.

“Huh… Nanti kau juga tahu sendiri. Yang jelas, kau bersama teman lelakimu itu adalah orang terpilih sebagai ‘Sang Penyelamat’ untuk Tierra Hyuma ini,” jawabnya dengan penuh misteri. Ia tak menjelaskannya dengan detail dan langsung pergi.

“Sang Penyelamat? Penjaga Perpustakaan Suci? Kita? Apa maksud perkataannya itu?” ujar Anna kebingungan dalam hati.

Keesokan harinya, para siswa kelas Ha bersekolah seperti biasa dengan materi lanjutan dari Pak Rudy berupa memasukkan sihir ke dalam sebuah materi. Disini salah seorang murid berhasil memasukkan sihir cahaya ke dalam sebuah kayu hingga bercahaya.

“Bagus sekali Thomas. Ini pencapaian yang harus kalian semua ikuti anak-anak. Namun sepertinya untuk praktikumnya kita cukupkan dulu sampai disini dulu. Perbanyaklah latihan di tempat tinggal kalian, terima kasih dan selamat siang,” tutup Pak Rudy.

Para murid mengemasi barang mereka untuk beristirahat, termasuk juga Anna. Namun Dwi menghampirinya dan membisikkan sesuatu.

“Bisa kita ke perpustakaan sekarang? Ada hal penting yang ingin kutunjukkan.”

“Hmm…” Anna hanya mengangguk saja.

Sesuai dengan perkataanya, Anna bersama Dwi kembali ke perpustakaan akademi. Namun tidak seperti sebelumnya, Dwi langsung mengambil sebuah buku tua dan langsung menunjukkan sebuah halaman kepada Anna. Ia cukup kesulitan membacanya karena catatan dalam buku tersebut beraksara Rejang, aksara yang biasa digunakan untuk menulis Bahasa Rejang dan Bahasa Melayu di Sumatera. Namun Dwi yang bisa membacanya menjelaskannya kepada Anna.

“Buku ini menjelaskan sesuatu yang tidak kusangka. Mungkin saja bisa menjadi kunci bagi kita dalam mengungkap misteri dunia ini,” ujar Dwi, namun Anna masih tidak paham.

“Hah? Maksudnya gimana? Aku tidak bisa membacanya.”

“Buku ini menjelaskan tentang pengetahuan Tierra Hyuma juga. Tapi ada satu hal yang menarik disini. Di bagian ini menjelaskan bahwa ‘tak semua perkara di Tierra Hyuma ini tertulis dalam kitab-kitab terlihat, sebagian perkara hanya tertulis di dalam kertas-kertas yang tersimpan di dalam ruang gaib,” jelas Dwi.

“Itu artinya buku-buku di perpustakaan se-Tierra Hyuma ini tidak menjelaskan semua hal. Sebagian dari mereka ‘tersembunyi’ di sebuah tempat yang disebut sebagai ‘ruang gaib’.” Dwi melanjutkan.

Mendengar hal itu Anna pun terkejut. Ternyata meskipun Tierra Hyuma merupakan sebuah dunia dengan ilmu sihir, nampaknya ada sebuah hal lain yang berada di luar nalar dunia ini, atau bahkan mungkin tidak bisa terjangkau dengan menggunakan ilmu sihir sekalipun. Namun diantara semua kalimat itu, ada satu frasa yang membuatnya berpikir keras.

“Ruang gaib?”

Anna tertarik dengan frasa itu. Sepertinya ia menyimpan suatu makna yang sangat penting. Tetapi ia masih kebingungan, apa maksud dari frasa itu. Namun tak lama kemudian ia menyadari sesuatu.

“Apa jangan-jangan…”

Episodes
1 Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2 Chapter 1 : Masa Depan
3 Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4 Chapter 3 : Terhempas
5 Chapter 4 : Sebuah Fakta
6 Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7 Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8 Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9 Chapter 8 : Cahaya Malam
10 Chapter 9 : Selamat Datang
11 Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12 Chapter 11 : Dia Disini
13 Chapter 12 : Terombang-ambing
14 Chapter 13 : Kata dan Frasa
15 Chapter 14 : Kuasa
16 Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17 Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18 Chapter 17 : Tak Terduga
19 Chapter 18 : Hari H
20 Chapter 19 : Tanah dan Api
21 Chapter 20 : Kemampuannya
22 Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23 Chapter 22 : Lubuk Hati
24 Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25 Chapter 24 : Burung Api
26 Chapter 25 : Gadis Itu
27 Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28 Chapter 27 : The Grim Reaper
29 Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30 Chapter 29 : Wangsa Arya
31 Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32 Chapter 31 : Amarah Merah
33 Chapter 32 : Hukum Dunia
34 Chapter 33 : Perlawanan
35 Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36 Chapter 35 : Ika, The First Elder
37 Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38 Chapter 37 : Tangga Cahaya
39 Chapter 38 : Kabar-kabar
40 Chapter 39 : Parang Salawaku
41 Chapter 40 : Doa dan Harapan
42 Chapter 41 : Makhluk Terbang
43 Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44 Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45 Chapter 44 : Kampung Halaman
46 Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47 Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48 Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49 Chapter 48 : Bahan Bakar
50 Chapter 49 : Pantai Air Manis
51 Chapter 50 : Tirai Cahaya
52 Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53 Chapter 52 : Antar Elemen
54 Chapter 53 : Kekuatan Bersama
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2
Chapter 1 : Masa Depan
3
Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4
Chapter 3 : Terhempas
5
Chapter 4 : Sebuah Fakta
6
Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7
Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8
Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9
Chapter 8 : Cahaya Malam
10
Chapter 9 : Selamat Datang
11
Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12
Chapter 11 : Dia Disini
13
Chapter 12 : Terombang-ambing
14
Chapter 13 : Kata dan Frasa
15
Chapter 14 : Kuasa
16
Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17
Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18
Chapter 17 : Tak Terduga
19
Chapter 18 : Hari H
20
Chapter 19 : Tanah dan Api
21
Chapter 20 : Kemampuannya
22
Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23
Chapter 22 : Lubuk Hati
24
Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25
Chapter 24 : Burung Api
26
Chapter 25 : Gadis Itu
27
Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28
Chapter 27 : The Grim Reaper
29
Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30
Chapter 29 : Wangsa Arya
31
Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32
Chapter 31 : Amarah Merah
33
Chapter 32 : Hukum Dunia
34
Chapter 33 : Perlawanan
35
Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36
Chapter 35 : Ika, The First Elder
37
Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38
Chapter 37 : Tangga Cahaya
39
Chapter 38 : Kabar-kabar
40
Chapter 39 : Parang Salawaku
41
Chapter 40 : Doa dan Harapan
42
Chapter 41 : Makhluk Terbang
43
Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44
Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45
Chapter 44 : Kampung Halaman
46
Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47
Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48
Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49
Chapter 48 : Bahan Bakar
50
Chapter 49 : Pantai Air Manis
51
Chapter 50 : Tirai Cahaya
52
Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53
Chapter 52 : Antar Elemen
54
Chapter 53 : Kekuatan Bersama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!