Pagi hari ini, Anna dan Licia membantu Bunda Rara berjualan tanaman terlebih dahulu. Mereka menjual berbagai macam bunga, dari bunga mawar, bunga anggrek, bunga sedap malam, maupun bunga melati yang nantinya akan dijual untuk para pengunjung pulau eksotik ini. Namun ada bunga mahal yang mereka jual, yakni bunga melati pulau una, sebuah bunga melati ukuran besar berkelopak lima yang hanya tumbuh di pulau tersebut. Konon katanya bunga ini bisa membawa keberuntungan bagi pemiliknya. Selain bunga, mereka juga menjual berbagai tanaman herbal. Meskipun tanaman-tanaman tersebut cukup mudah ditemukan di sekitaran pulau ini, jumlah penjual tanaman disini bisa dihitung dengan jari. Hal ini karena tak semua orang memiliki kemampuan untuk mencari tanaman-tanaman tersebut. Apalagi pekerjaan ini merupakan pekerjaan seorang wanita, sementara pria bekerja sebagai petani dan peternak di pulau ini.
Oh iya, disini, atau lebih tepatnya di Tierra Hyuma ini transaksi keuangan tidak menggunakan uang kertas maupun uang elektronik. Mereka menggunakan koin emas dan perak.
Adapun untuk mengirimkan uang dari satu tempat ke tempat lain, umat manusia menggunakan sebuah tanaman mirip bonsai yang diciptakan dari sihir elemen Bio. Tinggal masukkan sejumlah koin ke pot tanaman tersebut dan koin akan langsung muncul di tanaman lain yang ada di tempat tujuan. Bisa dibilang ini seperti transfer koin dengan menggunakan sihir.
…
Penjualan tanaman pagi ini cukup sukses dengan pendapatan yang cukup besar. Sementara itu siang harinya Licia dan Anna pun kembali melakukan aktivitas belajar mengajar sihir. Kali ini Anna sudah cukup menguasai teknik sihir Noktah-nya. Oleh karenanya, Licia melanjutkan ke teknik selanjutnya.
“Baiklah, karena kau sudah cukup mahir menggunakan teknik Noktah, mari kita lanjutkan dengan teknik berikutnya, yakni Uziya,”
Licia merubah posisi tubuhnya kembali. Namun kali ini posisi tangannya berbeda dari teknik pertama. Tangan kirinya memegang lengan kanannya, sedangkan tangan kanannya terlihat seperti memegang sebuah senjata api berjenis Sub Machine Gun. Gadis itu lalu melafalkan mantra.
“Mantra Cipta, Cahya, Uziya”
Sesuai dengan namanya, sebuah cahaya membentuk seperti Sub Machine Gun berjenis ‘Uzi’ muncul di tangannya. Dari senjata itu pun kemudian terlontar banyak peluru cahaya, sama persis seperti disaat kita menggunakan senjata Uzi.
“Whoa!!!” Anna terkagum-kagum melihatnya.
“Untuk kali ini kau harus berusaha menahan hentakan sihir bertubi-tubi. Semakin banyak sihir yang digunakan maka semakin besar pula hentakan yang dihasilkan. Contohnya juga seperti ini.”
Tangan kirinya berubah posisi menjadi seperti tangan kanannya, dan menghasilkan bentuk sihir cahaya yang sama.
“Mantra Cipta, Cahya, Dwi Uziya”
Kini Licia menggunakan kedua tangannya untuk menciptakan Uzi cahaya. Anna pun semakin kagum melihatnya.
“Baiklah, kau coba,” ucap Licia sambil menghentikan serangannya.
“Okeh!!!” ujar Anna bersemangat.
Berbeda dengan yang dilakukan Licia, Anna langsung menggunakan kedua tangannya untuk menciptakan sihir. Licia pun kaget melihatnya.
“Eh tunggu, ja…”
Belum selesai Licia berkata, Anna malah langsung melancarkan serangan.
“Mantra Cipta, Cahya, Dwi Uziya”
Dua buah cahaya berbentuk senjata Uzi tercipta pada kedua tangan gadis itu. Sayangnya ia tak mampu menahan hentakan bertubi-tubi dari sihir tersebut sehingga tubuhnya terpental ke belakang. Sementara itu peluru-peluru sihirnya terpantul dan terlontar ke berbagai arah. Sihir itu mengenai beberapa bagian pohon dan merusaknya, serta mengenai burung-burung yang sedang bermigrasi sehingga mereka berjatuhan.
“Ups, maaf…”
“Aduh, kau ini jangan gegabah seperti itu dong. Coba dulu menggunakan satu sihir, belum tentu kau bisa langsung menahannya,” ujar Licia sambil memegangi keningnya.
“oke, oke.”
Anna pun berusaha untuk mencoba teknik itu kembali, tapi ada satu hal yang mengganjal di pikirannya.
“Oh iya, Licia. Apakah kebun di belakang rumah ini tidak apa-apa kita rusak hanya karena kita belajar sihir?”
“Tidak apa, lagipula pohon-pohon disini telah dirapalkan oleh sihir Bio sehingga ia bisa kembali pada posisinya semula. Lihatlah,” jawab Licia sambil menunjuk kepada pohon yang Anna tembak tadi.
Ajaib sekali, beberapa bagian pohon yang rusak terhantam teknik itu mengeluarkan cahaya hijau. Daun-daun yang berguguran pun melayang dan kembali pada posisinya semula, seolah-olah pohon tersebut melakukan penyembuhan otomatis. Tierra Hyuma benar-benar sebuah dunia dengan sihir menakjubkan.
“Whoa, ajaib. Keren sekali,” kagum Anna.
Gadis berambut pirang itu mencobanya kembali, dan lagi-lagi hal yang sama kembali terulang. Peluru-peluru cahaya kembali terpantul-pantul. Tampaknya teknik ini lebih sulit dibandingkan teknik pertama tadi. Latihan hari kedua pun selesai tanpa adanya progres yang berarti.
Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa, dimana mereka membantu bunda Rara menjual tanaman sekaligus berlatih teknik sihir. Namun untuk teknik sihir Uziya ini, Anna membutuhkan waktu lebih dari sehari untuk menguasai teknik ini. Baru setelah beberapa hari, ia berhasil menguasainya. Licia pun melanjutkannya dengan teknik ketiga. Sementara itu Anna terlihat cukup kelelahan.
“Baiklah, kita lanjutkan pada teknik ketiga. Teknik ini…” belum selesai Licia menjelaskan, Anna memotong perkataannya.
“Tunggu, sebenarnya ada berapa teknik sihir dasar? Dan kapan kita bisa melanjutkan ke elemen berikutnya?” Tanya Anna.
“Begini, aku baru saja akan menjelaskan. Ada tiga teknik dasar, dan jika kau sudah menguasai ketiga teknik itu maka otomatis dua elemen lainnya pun juga dikuasai,” jelas Licia.
“Oh begitu? Baiklah,”
Licia pun kembali menjelaskan.
“Baiklah, kalau begitu kita sampai pada teknik ketiga sekaligus teknik terakhir. Pada teknik pertama kita belajar cara menahan sihir dengan keras, teknik kedua yaitu menahan hentakan sihir berantai, dan teknik ketiga ini adalah bagaimana cara kita mengontrol penggunaan sihir kita. Perhatikan,”
Licia mengambil posisi kuda-kuda yang sama, tetapi kali ini dengan tangan kanan dikepal di depannya dan tangan kiri memegang lengan kanan dengan erat. Ia menarik napas dan merapalkan mantra.
“Mantra Cipta, Cahya…”
Cahaya sihir mulai terbentuk di depan tangan kanannya dan ukurannya makin membesar. Jika dilihat baik-baik maka akan berbentuk seperti bagian depan panah. Seperti biasanya, Anna terkagum melihat itu, tapi ini lebih dari itu.
“Rakieta…”
WOOOSSHH… cahaya besar itu melesat ke arah depan, menggusur pohon-pohon dengan hentakan angin dan cahayanya. Sampai pada jarak tertentu, bola cahaya itu meledak. Hasil dari serangan itu pun sangat dahsyat jika dibandingkan dengan teknik-teknik sebelumnya. Oh iya, Rakieta sendiri berasal dari Bahasa Polandia yang artinya roket. Itu artinya bertambah satu lagi wawasan Anna mengenai bahasa sihir di dunia ini.
“Wahh… Ke…ke…ke….ke…” Anna tak mampu untuk berkata mengekspresikan kekagumannya.
“Nah, bagaimana?” tanya Licia.
“AKAN KUCOBA!!!” Teriak Anna semangat.
Tanpa menunggu lama dan kondisi pohon yang belum pulih sepenuhnya melalui sihir auto-bio, gadis itu langsung mengambil posisi yang sama dengan Licia.
“Eehh.. tunggu dulu, kau harus bisa mengontrol penggunaan sihirmu, kalau tidak…” Licia berusaha memperingatkan Anna akan suatu hal, namun ia tidak mempedulikannya.
“Sudah saja,
aku bisa kok mengontrolnya.”
“…” Licia hanya terdiam melihat tingkah konyol Anna yang tidak mendengarkannya.
“Mantra Cipta, Cahya, RAKIETAAAA”
WOOOSSHHH… sihir yang digunakannya jauh lebih besar dan kuat dibandingkan Licia. Hentakan dan ledakannya pun lebih besar hingga penduduk setempat terkejut.
“Huh, dasar penyihir muda,” ujar seorang petani.
Dengan bangganya Anna berbalik pada Licia setelah berhasil menggunakan teknik itu.
“Nah, bagaimana Licia. Aku bisa kan melakukanny…. Eh…”
Tubuh gadis itu tiba-tiba menjadi lemas dan mulai tidak seimbang. Penglihatannya mulai kabur. Di dalam hatinya ia bertanya apa yang terjadi.
“Huh, kau ini. Aku tadi mau bilang kalau kau harus bisa mengontrol penggunaan sihirmu. Jika terlalu berlebihan kau bisa kehabisan mana, dan jika itu terjadi maka kau bisa pingsan,”
“si…al…”
BRUK. Pandangannya menjadi gelap dan ia tumbang. Perlu waktu sekitar 10 menit sampai gadis itu siuman.
“Baiklah akan kucoba lagi,”
Seakan masih belum puas dengan usahanya, Anna kembali melakukan teknik itu.
“Mantra Cipta, Cahya, Rakieta”
Dan lagi-lagi hal yang sama terulang kembali, sampai ke tiga kalinya. Pada saat percobaan ketiga, Bunda Rara menghampirinya.
“Sudahlah Anna, istirahatlah dulu. Jangan memaksakan dirimu,” ujar Bunda Rara.
“Tidak apa-apa bunda, aku baik-baik saja.” Jawab Anna dengan kondisi tubuh yang lelah.
Untuk penguasaan teknik ini, Anna perlu waktu yang lebih lama lagi. Karena selain teknik yang lebih sulit untuk dikuasai, ia pun juga harus lebih banyak beristirahat dan memikirkan bagaimana cara alternatif dalam menguasai teknik ini.
Sambil membantu kesehariannya mendapatkan koin emas dan perak demi Bunda Rara, gadis berambut pirang itu mencoba menggunakan cara lain dalam upaya menguasai teknik tersebut. Kemudian ia menemukan sebuah metode, yakni dengan meningkatkan penggunaan sihir pada teknik-teknik sebelumnya. Dan ternyata cara itu berhasil.
Ia berhasil menemukan berapa kadar sihir yang harus ia gunakan dalam menggunakan teknik itu. Ia menguasainya pada sore hari ke-19. Mau tidak mau mereka harus bergelut dengan waktu karena sekitar 11 hari lagi mereka harus pindah ke Jailolo.
“…Rakieta”
DAARRR… bola sihir meledak dengan cukup keras, namun kali ini lebih terkontrol. Anna terlihat kelelahan dengan napas ngos-ngosan, tetapi kali ini dia tetap terjaga.
“Selamat, Anna. Kau telah berhasil menyelesaikan seluruh teknik dasar,” ucap Licia sambil mengulurkan tangannya. Anna pun meraihnya.
“Tapi patut diingat, ini belum berakhir. Besok kita simulasi bertarung.”
“Baiklah…” jawab Anna bersemangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sari N
kereeeennnnn
2023-06-06
1