Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi

Pagi hari ini, Anna dan Licia membantu Bunda Rara berjualan tanaman terlebih dahulu. Mereka menjual berbagai macam bunga, dari bunga mawar, bunga anggrek, bunga sedap malam, maupun bunga melati yang nantinya akan dijual untuk para pengunjung pulau eksotik ini. Namun ada bunga mahal yang mereka jual, yakni bunga melati pulau una, sebuah bunga melati ukuran besar berkelopak lima yang hanya tumbuh di pulau tersebut. Konon katanya bunga ini bisa membawa keberuntungan bagi pemiliknya. Selain bunga, mereka juga menjual berbagai tanaman herbal. Meskipun tanaman-tanaman tersebut cukup mudah ditemukan di sekitaran pulau ini, jumlah penjual tanaman disini bisa dihitung dengan jari. Hal ini karena tak semua orang memiliki kemampuan untuk mencari tanaman-tanaman tersebut. Apalagi pekerjaan ini merupakan pekerjaan seorang wanita, sementara pria bekerja sebagai petani dan peternak di pulau ini.

Oh iya, disini, atau lebih tepatnya di Tierra Hyuma ini transaksi keuangan tidak menggunakan uang kertas maupun uang elektronik. Mereka menggunakan koin emas dan perak.

Adapun untuk mengirimkan uang dari satu tempat ke tempat lain, umat manusia menggunakan sebuah tanaman mirip bonsai yang diciptakan dari sihir elemen Bio. Tinggal masukkan sejumlah koin ke pot tanaman tersebut dan koin akan langsung muncul di tanaman lain yang ada di tempat tujuan. Bisa dibilang ini seperti transfer koin dengan menggunakan sihir.

Penjualan tanaman pagi ini cukup sukses dengan pendapatan yang cukup besar. Sementara itu siang harinya Licia dan Anna pun kembali melakukan aktivitas belajar mengajar sihir. Kali ini Anna sudah cukup menguasai teknik sihir  Noktah-nya. Oleh karenanya, Licia melanjutkan ke teknik selanjutnya.

“Baiklah, karena kau sudah cukup mahir menggunakan teknik Noktah, mari kita lanjutkan dengan teknik berikutnya, yakni Uziya,”

Licia merubah posisi tubuhnya kembali. Namun kali ini posisi tangannya berbeda dari teknik pertama. Tangan kirinya memegang lengan kanannya, sedangkan tangan kanannya terlihat seperti memegang sebuah senjata api berjenis Sub Machine Gun. Gadis itu lalu melafalkan mantra.

“Mantra Cipta, Cahya, Uziya”

Sesuai dengan namanya, sebuah cahaya membentuk seperti Sub Machine Gun berjenis ‘Uzi’ muncul di tangannya. Dari senjata itu pun kemudian terlontar banyak peluru  cahaya, sama persis seperti disaat kita menggunakan senjata Uzi.

“Whoa!!!” Anna terkagum-kagum melihatnya.

“Untuk kali ini kau harus berusaha menahan hentakan sihir bertubi-tubi. Semakin banyak sihir yang digunakan maka semakin besar pula hentakan yang dihasilkan. Contohnya juga seperti ini.”

Tangan kirinya berubah posisi menjadi seperti tangan kanannya, dan menghasilkan bentuk sihir cahaya yang sama.

“Mantra Cipta, Cahya, Dwi Uziya”

Kini Licia menggunakan kedua tangannya untuk menciptakan Uzi cahaya. Anna pun semakin kagum melihatnya.

“Baiklah, kau coba,” ucap Licia sambil menghentikan serangannya.

“Okeh!!!” ujar Anna bersemangat.

Berbeda dengan yang dilakukan Licia, Anna langsung menggunakan kedua tangannya untuk menciptakan sihir. Licia pun kaget melihatnya.

“Eh tunggu, ja…”

Belum selesai Licia berkata, Anna malah langsung melancarkan serangan.

“Mantra Cipta, Cahya, Dwi Uziya”

Dua buah cahaya berbentuk senjata Uzi tercipta pada kedua tangan gadis itu. Sayangnya ia tak mampu menahan hentakan bertubi-tubi dari sihir tersebut sehingga tubuhnya terpental ke belakang. Sementara itu peluru-peluru sihirnya terpantul dan terlontar ke berbagai arah. Sihir itu mengenai beberapa bagian pohon dan merusaknya, serta mengenai burung-burung yang sedang bermigrasi sehingga mereka berjatuhan.

“Ups, maaf…”

“Aduh, kau ini jangan gegabah seperti itu dong. Coba dulu menggunakan satu sihir, belum tentu kau bisa langsung menahannya,” ujar Licia sambil memegangi keningnya.

“oke, oke.”

Anna pun berusaha untuk mencoba teknik itu kembali, tapi ada satu hal yang mengganjal di pikirannya.

“Oh iya, Licia. Apakah kebun di belakang rumah ini tidak apa-apa kita rusak hanya karena kita belajar sihir?”

“Tidak apa, lagipula pohon-pohon disini telah dirapalkan oleh sihir Bio sehingga ia bisa kembali pada posisinya semula. Lihatlah,” jawab Licia sambil menunjuk kepada pohon yang Anna tembak tadi.

Ajaib sekali, beberapa bagian pohon yang rusak terhantam teknik itu mengeluarkan cahaya hijau. Daun-daun yang berguguran pun melayang dan kembali pada posisinya semula, seolah-olah pohon tersebut melakukan penyembuhan otomatis. Tierra Hyuma benar-benar sebuah dunia dengan sihir menakjubkan.

“Whoa, ajaib. Keren sekali,” kagum Anna.

Gadis berambut pirang itu mencobanya kembali, dan lagi-lagi hal yang sama kembali terulang. Peluru-peluru cahaya kembali terpantul-pantul. Tampaknya teknik ini lebih sulit dibandingkan teknik pertama tadi. Latihan hari kedua pun selesai tanpa adanya progres yang berarti.

Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa, dimana mereka membantu bunda Rara menjual tanaman sekaligus berlatih teknik sihir. Namun untuk teknik sihir Uziya ini, Anna membutuhkan waktu lebih dari sehari untuk menguasai teknik ini. Baru setelah beberapa hari, ia berhasil menguasainya. Licia pun melanjutkannya dengan teknik ketiga. Sementara itu Anna terlihat cukup kelelahan.

“Baiklah, kita lanjutkan pada teknik ketiga. Teknik ini…” belum selesai Licia menjelaskan, Anna memotong perkataannya.

“Tunggu, sebenarnya ada berapa teknik sihir dasar? Dan kapan kita bisa melanjutkan ke elemen berikutnya?” Tanya Anna.

“Begini, aku baru saja akan menjelaskan. Ada tiga teknik dasar, dan jika kau sudah menguasai ketiga teknik itu maka otomatis dua elemen lainnya pun juga dikuasai,” jelas Licia.

“Oh begitu? Baiklah,”

Licia pun kembali menjelaskan.

“Baiklah, kalau begitu kita sampai pada teknik ketiga sekaligus teknik terakhir. Pada teknik pertama kita belajar cara menahan sihir dengan keras, teknik kedua yaitu menahan hentakan sihir berantai, dan teknik ketiga ini adalah bagaimana cara kita mengontrol penggunaan sihir kita. Perhatikan,”

Licia mengambil posisi kuda-kuda yang sama, tetapi kali ini dengan tangan kanan dikepal di depannya dan tangan kiri memegang lengan kanan dengan erat. Ia menarik napas dan merapalkan mantra.

“Mantra Cipta, Cahya…”

Cahaya sihir mulai terbentuk di depan tangan kanannya dan ukurannya makin membesar. Jika dilihat baik-baik maka akan berbentuk seperti bagian depan panah. Seperti biasanya, Anna terkagum melihat itu, tapi ini lebih dari itu.

“Rakieta…”

WOOOSSHH… cahaya besar itu melesat ke arah depan, menggusur pohon-pohon dengan hentakan angin dan cahayanya. Sampai pada jarak tertentu, bola cahaya itu meledak. Hasil dari serangan itu pun sangat dahsyat jika dibandingkan dengan teknik-teknik sebelumnya. Oh iya, Rakieta sendiri berasal dari Bahasa Polandia yang artinya roket. Itu artinya bertambah satu lagi wawasan Anna mengenai bahasa sihir di dunia ini.

“Wahh… Ke…ke…ke….ke…” Anna tak mampu untuk berkata mengekspresikan kekagumannya.

“Nah, bagaimana?” tanya Licia.

“AKAN KUCOBA!!!” Teriak Anna semangat.

Tanpa menunggu lama dan kondisi pohon yang belum pulih sepenuhnya melalui sihir auto-bio, gadis itu langsung mengambil posisi yang sama dengan Licia.

“Eehh.. tunggu dulu, kau harus bisa mengontrol penggunaan sihirmu, kalau tidak…” Licia berusaha memperingatkan Anna akan suatu hal, namun ia tidak mempedulikannya.

“Sudah saja,

aku bisa kok mengontrolnya.”

“…” Licia hanya terdiam melihat tingkah konyol Anna yang tidak mendengarkannya.

“Mantra Cipta, Cahya, RAKIETAAAA”

WOOOSSHHH… sihir yang digunakannya jauh lebih besar dan kuat dibandingkan Licia. Hentakan dan ledakannya pun lebih besar hingga penduduk setempat terkejut.

“Huh, dasar penyihir muda,” ujar seorang petani.

Dengan bangganya Anna berbalik pada Licia setelah berhasil menggunakan teknik itu.

“Nah, bagaimana Licia. Aku bisa kan melakukanny…. Eh…”

Tubuh gadis itu tiba-tiba menjadi lemas dan mulai tidak seimbang. Penglihatannya mulai kabur. Di dalam hatinya ia bertanya apa yang terjadi.

“Huh, kau ini. Aku tadi mau bilang kalau kau harus bisa mengontrol penggunaan sihirmu. Jika terlalu berlebihan kau bisa kehabisan mana, dan jika itu terjadi maka kau bisa pingsan,”

“si…al…”

BRUK. Pandangannya menjadi gelap dan ia tumbang. Perlu waktu sekitar 10 menit sampai gadis itu siuman.

“Baiklah akan kucoba lagi,”

Seakan masih belum puas dengan usahanya, Anna kembali melakukan teknik itu.

“Mantra Cipta, Cahya, Rakieta”

Dan lagi-lagi hal yang sama terulang kembali, sampai ke tiga kalinya. Pada saat percobaan ketiga, Bunda Rara menghampirinya.

“Sudahlah Anna, istirahatlah dulu. Jangan memaksakan dirimu,” ujar Bunda Rara.

“Tidak apa-apa bunda, aku baik-baik saja.” Jawab Anna dengan kondisi tubuh yang lelah.

Untuk penguasaan teknik ini, Anna perlu waktu yang lebih lama lagi. Karena selain teknik yang lebih sulit untuk dikuasai, ia pun juga harus lebih banyak beristirahat dan memikirkan bagaimana cara alternatif dalam menguasai teknik ini.

Sambil membantu kesehariannya mendapatkan koin emas dan perak demi Bunda Rara, gadis berambut pirang itu mencoba menggunakan cara lain dalam upaya menguasai teknik tersebut. Kemudian ia menemukan sebuah metode, yakni dengan meningkatkan penggunaan sihir pada teknik-teknik sebelumnya. Dan ternyata cara itu berhasil.

Ia berhasil menemukan berapa kadar sihir yang harus ia gunakan dalam menggunakan teknik itu. Ia menguasainya pada sore hari ke-19. Mau tidak mau mereka harus bergelut dengan waktu karena sekitar 11 hari lagi mereka harus pindah ke Jailolo.

“…Rakieta”

DAARRR… bola sihir meledak dengan cukup keras, namun kali ini lebih terkontrol. Anna terlihat kelelahan dengan napas ngos-ngosan, tetapi kali ini dia tetap terjaga.

“Selamat, Anna. Kau telah berhasil menyelesaikan seluruh teknik dasar,” ucap Licia sambil mengulurkan tangannya. Anna pun meraihnya.

“Tapi patut diingat, ini belum berakhir. Besok kita simulasi bertarung.”

“Baiklah…” jawab Anna bersemangat.

Terpopuler

Comments

Sari N

Sari N

kereeeennnnn

2023-06-06

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2 Chapter 1 : Masa Depan
3 Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4 Chapter 3 : Terhempas
5 Chapter 4 : Sebuah Fakta
6 Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7 Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8 Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9 Chapter 8 : Cahaya Malam
10 Chapter 9 : Selamat Datang
11 Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12 Chapter 11 : Dia Disini
13 Chapter 12 : Terombang-ambing
14 Chapter 13 : Kata dan Frasa
15 Chapter 14 : Kuasa
16 Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17 Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18 Chapter 17 : Tak Terduga
19 Chapter 18 : Hari H
20 Chapter 19 : Tanah dan Api
21 Chapter 20 : Kemampuannya
22 Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23 Chapter 22 : Lubuk Hati
24 Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25 Chapter 24 : Burung Api
26 Chapter 25 : Gadis Itu
27 Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28 Chapter 27 : The Grim Reaper
29 Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30 Chapter 29 : Wangsa Arya
31 Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32 Chapter 31 : Amarah Merah
33 Chapter 32 : Hukum Dunia
34 Chapter 33 : Perlawanan
35 Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36 Chapter 35 : Ika, The First Elder
37 Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38 Chapter 37 : Tangga Cahaya
39 Chapter 38 : Kabar-kabar
40 Chapter 39 : Parang Salawaku
41 Chapter 40 : Doa dan Harapan
42 Chapter 41 : Makhluk Terbang
43 Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44 Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45 Chapter 44 : Kampung Halaman
46 Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47 Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48 Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49 Chapter 48 : Bahan Bakar
50 Chapter 49 : Pantai Air Manis
51 Chapter 50 : Tirai Cahaya
52 Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53 Chapter 52 : Antar Elemen
54 Chapter 53 : Kekuatan Bersama
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2
Chapter 1 : Masa Depan
3
Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4
Chapter 3 : Terhempas
5
Chapter 4 : Sebuah Fakta
6
Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7
Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8
Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9
Chapter 8 : Cahaya Malam
10
Chapter 9 : Selamat Datang
11
Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12
Chapter 11 : Dia Disini
13
Chapter 12 : Terombang-ambing
14
Chapter 13 : Kata dan Frasa
15
Chapter 14 : Kuasa
16
Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17
Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18
Chapter 17 : Tak Terduga
19
Chapter 18 : Hari H
20
Chapter 19 : Tanah dan Api
21
Chapter 20 : Kemampuannya
22
Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23
Chapter 22 : Lubuk Hati
24
Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25
Chapter 24 : Burung Api
26
Chapter 25 : Gadis Itu
27
Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28
Chapter 27 : The Grim Reaper
29
Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30
Chapter 29 : Wangsa Arya
31
Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32
Chapter 31 : Amarah Merah
33
Chapter 32 : Hukum Dunia
34
Chapter 33 : Perlawanan
35
Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36
Chapter 35 : Ika, The First Elder
37
Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38
Chapter 37 : Tangga Cahaya
39
Chapter 38 : Kabar-kabar
40
Chapter 39 : Parang Salawaku
41
Chapter 40 : Doa dan Harapan
42
Chapter 41 : Makhluk Terbang
43
Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44
Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45
Chapter 44 : Kampung Halaman
46
Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47
Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48
Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49
Chapter 48 : Bahan Bakar
50
Chapter 49 : Pantai Air Manis
51
Chapter 50 : Tirai Cahaya
52
Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53
Chapter 52 : Antar Elemen
54
Chapter 53 : Kekuatan Bersama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!