Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan

Ayam berkokok di pagi hari. Kepala desa naik ke lantai dua rumahnya dan merapalkan mantra untuk mematikan lampu-lampu penerangan desa. Satu persatu lampu penerangan desa itu pun padam. Benar-benar sebuah dunia dengan sihir sebagai penunjang aktivitas sehari-hari masyarakatnya. Solaris perlahan-lahan naik ke atas langit, memancarkan sinarnya, menandakan kehidupan masyarakat di hari yang baru telah dimulai.

Di belakang kediaman seorang ibu muda bernama Rara, terlihat dua orang gadis yang sedang memperhatikan sekumpulan pohon yang tidak terlalu lebat disana. Keduanya terlihat mengenakan kaos berwarna biru muda sambil menggunakan celana pendek berwarna coklat, sedikit menyerupai warna rumahnya. Di tempat itulah biasanya putri dari Bunda Rara dan suaminya yang merantau nan jauh disana, Licia Salampessy berlatih menggunakan sihirnya. Pada hari ini, ia akan mengajari seorang Parachi yang datang dari dunia lain, Alistair Sahilatua, atau di dunia ini bernama Anna Sahilatua.

“Baiklah, pasti kau sudah tahu kan secara singkatnya apa itu sihir?” Tanya Licia.

“Iya kakak, hehe…” gurau Anna.

“Huh… di dunia ini ilmu sihir terbagi atas empat macam, yakni sihir elemen, sihir pelindung, sihir pemanggil, dan sihir penyegel. Berhubung diriku hanya mengetahui sihir elemen saja, kita mulai dari belajar sihir elemen terlebih dahulu. Lagipula sihir elemen merupakan sihir dasar”

“ASSHIYAP…” jawab Anna sambil bergurau kembali.

“Sihir elemen pun juga terbagi atas tiga jenis, yakni elemen hitam, elemen putih, dan elemen lanjutan. Jika kau bisa menggunakan elemen hitam maka kau takkan bisa menggunakan elemen putih dan sebaliknya. Sementara untuk elemen lanjutan kau bisa menggunakannya jika level penguasaan mana-mu sudah tinggi.”

Licia pun melangkah dengan tangan dibelakangnya, terlihat seperti seorang mentor yang sedang mengajari anak muridnya. Sementara Anna dengan fokusnya mendengar setiap apa yang dikatakan oleh Licia. Sejenak dia melupakan apa yang sebelumnya ia pikirkan.

Di dunia nyata, Alistair alias Anna memang merupakan seorang penyimak yang baik, ia mampu memahami apa yang dikatakan oleh seseorang hanya dalam sekali bicara tanpa pengulangan. Meskipun begitu, terkadang ekspresinya dalam menyimak terlihat seperti orang yang kebingungan, terutama dengan orang yang baru pertama kali ia kenal.

“Untuk menggunakan sihir elemen, pertama kali kau harus merapalkan mantranya, lalu memfokuskan mana agar membentuk sihir sesuai dengan mantra yang kau ucapkan. Untuk sihir elemen sendiri pertama-tama kau rapalkan mantra pembuka, kemudian elemen, lalu nama jurus. Mantra pembukanya dilafalkan dengan kalimat ‘Mantra Cipta’…”

“Mantra Cipta, oke…” ujar Anna mengikuti pelafalannya.

Licia pun melanjutkan penjelasannya.

“Setelah melafalkan mantra pembuka, langsung lanjutkan dengan nama elemen. Elemen sendiri seperti yang aku katakan sebelumnya terdiri atas elemen hitam, putih, dan elemen lanjutan. Untuk nama elemennya sendiri, elemen hitam terdiri atas Asta untuk elemen kegelapan, Bhumi untuk elemen tanah, dan Bara untuk elemen api. Sedangkan nama elemen putih terdiri atas Cahya untuk elemen cahaya, Tirta untuk elemen air, dan Bayu untuk elemen angin. Untuk elemen lanjutan sendiri aku hanya tahu Bio untuk elemen tumbuhan. Itu pun hanya bunda saja yang bisa menggunakannya.”

Anna pun juga mendapatkan sesuatu hal yang unik kembali. Sihir yang digunakan di Tierra Hyuma ternyata menggunakan banyak bahasa. Diantaranya menggunakan Bahasa Indonesia,  Bahasa Jawa, dan Bahasa Sansekerta. Tak menutup kemungkinan bahasa yang digunakan lebih banyak dari ini.

“Setelah merapalkan mantra pembuka dan nama elemen, kau lanjutkan dengan nama jurus yang akan kau keluarkan. Bersamaan dengannya, kau bayangkan wujud sihir yang kau gunakan itu serta merubah posisi tubuhmu sesuai dengan sihir yang akan kau gunakan tersebut. Sihir elemen dasar biasanya berbentuk bola cahaya ataupun bola kegelapan yang ditembakkan, yakni Noktah. Sampai sini paham?” tanya Licia dengan lagak seperti mentor.

“Yes Master…” ujar Anna berguyon kembali.

“WOKEH, KITA MULAI…” Licia semakin bersemangat mendengar hal itu.

“Baiklah kucontohkan seperti ini,”

Licia pun mulai mengambil posisi.

“Biasanya seorang perempuan hanya mampu menggunakan elemen putih. Jadi untuk dasarnya kita gunakan mantra Cahya. Jika kau tak bisa menggunakannya cobalah menggatinya dengan mantra Asta. Biar kucontohkan seperti ini,”

Licia merubah posisinya seperti orang menembak. Kaki kirinya berada di depannya, sedangkan kaki kanannya berada di belakang. Tangan kirinya memegang tangan kanan, sedangkan tangan kanannya ia arahkan kepada pohon di depannya. Posisi jarinya pun juga membentuk sebuah tembakan, sama seperti saat ia bertemu dengan Anna pertama kali. Ia pun mulai merapalkan mantra.

“Mantra Cipta, Cahya….”

Sebuah bola cahaya sebesar kelereng pun muncul dan melayang di depan kedua jarinya. Anna pun terkagum-kagum melihat sebuah ‘sihir’ secara nyata di depan kedua matanya sendiri. Licia pun melanjutkan teknik sihirnya dengan melafalkan nama jurus.

“Noktah…”

SWINGGG…. Bola cahaya tersebut melesat dengan cepat, ditembakkan dari tangan kanan Licia. TAKKK…. Dan bola cahaya itu pun menghantam dahan pohon di depannya, membuat sebuah bekas tembakan.

“Nah bagaimana?”

“KEREN SEKALI…” puji Anna terkesima.

“Baiklah, sekarang kau coba,”

“OKE!!!” Ucap Anna bersemangat.

Anna langsung merubah posisi tubuhnya sama seperti Licia tadi. Posisi jarinya membentuk seperti sebuah pistol yang siap untuk ditembakkan.

“Mantra Cipta, Cahya…”

Sebuah cahaya seukuran kelereng pun muncul diantara kedua jari tangannya.

“Whoa, keren sekali. Kau bisa melakukannya secara langsung,” ujar Licia kagum. Ia pun menyuruhnya untuk menembakkan cahaya itu dengan mantra penutup.

“Baiklah, sekarang tembak,”

“Yosh, Noktah…”

WUSH… bola cahaya itu melesat dari tangannya menuju batang pohon itu. Tetapi sayangnya ia tak bisa mengontrol hentakannya sehingga terjatuh ke belakang.

“Eh…”

Bola cahaya itu pun juga malah terpantul setelah mengenai batang pohon itu, dan melaju terus sehingga mengenai dahi Licia. Gadis itu pun langsung terjatuh.

“Aduh,”

“Eh, maaf Licia,” Anna merasa bersalah.

“Aduh, Anna. Kau ini tau pistol tidak sih? Dalam menggunakannya kau harus bisa menahan hentakannya. Apalagi dalam menggunakan sihir elemen ini. Tentu hentakannya bisa lebih kuat dari itu,” jelas Licia.

“Baiklah, akan kucoba lagi,” ujar Anna sambil bangun dan merubah posisi tubuhnya kembali.

“Mantra Cipta, Cahya, Noktah”

WUSH… bola cahaya pun melesat kembali dari jarinya. Tetapi sayangnya peristiwa yang sama terulang kembali. Tubuhnya kembali terhempas dan bola cahaya itu memantul kembali dan mengarah kepada dahi Licia. Namun kali ini ia berhasil menghindarinya dengan menunduk. Tetapi sayangnya bola cahaya itu memecahkan sebuah lentera yang ada di belakangnya. Licia pun memandangi Anna dengan cemberut.

“Hehe, maaf. Aku coba lagi,”

Anna pun mencobanya kembali untuk ketiga kalinya, dan kini bola cahayanya memantul dan mengenai seekor ayam di belakang mereka. Ayam tersebut pun terlihat kesakitan dan beberapa bulunya terlepas.

“HEEUUU, SIAL…” ujarnya di dalam hati.

Anna pun mencobanya untuk yang keempat kali. Kali ini ia menarik napas dan fokus terhadap sihirnya.

“Mantra Cipta, Cahya…” ia berhenti sejenak untuk memfokuskan serangan.

“Noktah”

Bola cahaya itu kembali melesat dari jarinya. Namun kali ini bola cahaya itu tepat mengenai dahan tersebut dan membuat sebuah bekas lubang. Hal ini menandakan bahwa sihirnya kini berhasil ditembakkan.

“Yeah, akhirnya aku bisa melakukannya.” ujar Anna dengan senang.

Licia pun tersenyum bangga di belakangnya.

“Baiklah, untuk kali ini kita belajar teknik ini dulu. Setelah lancar mari kita lanjut ke teknik berikutnya.

Siang itu, Anna terus mengasah kemampuan sihirnya melalui teknik itu. Sementara itu, sore harinya mereka berdua membantu Bunda Rara untuk membereskan tanaman untuk berjualan besok.

Terpopuler

Comments

Sari N

Sari N

mulai... 🤭

2023-06-06

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2 Chapter 1 : Masa Depan
3 Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4 Chapter 3 : Terhempas
5 Chapter 4 : Sebuah Fakta
6 Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7 Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8 Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9 Chapter 8 : Cahaya Malam
10 Chapter 9 : Selamat Datang
11 Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12 Chapter 11 : Dia Disini
13 Chapter 12 : Terombang-ambing
14 Chapter 13 : Kata dan Frasa
15 Chapter 14 : Kuasa
16 Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17 Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18 Chapter 17 : Tak Terduga
19 Chapter 18 : Hari H
20 Chapter 19 : Tanah dan Api
21 Chapter 20 : Kemampuannya
22 Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23 Chapter 22 : Lubuk Hati
24 Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25 Chapter 24 : Burung Api
26 Chapter 25 : Gadis Itu
27 Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28 Chapter 27 : The Grim Reaper
29 Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30 Chapter 29 : Wangsa Arya
31 Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32 Chapter 31 : Amarah Merah
33 Chapter 32 : Hukum Dunia
34 Chapter 33 : Perlawanan
35 Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36 Chapter 35 : Ika, The First Elder
37 Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38 Chapter 37 : Tangga Cahaya
39 Chapter 38 : Kabar-kabar
40 Chapter 39 : Parang Salawaku
41 Chapter 40 : Doa dan Harapan
42 Chapter 41 : Makhluk Terbang
43 Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44 Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45 Chapter 44 : Kampung Halaman
46 Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47 Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48 Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49 Chapter 48 : Bahan Bakar
50 Chapter 49 : Pantai Air Manis
51 Chapter 50 : Tirai Cahaya
52 Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53 Chapter 52 : Antar Elemen
54 Chapter 53 : Kekuatan Bersama
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2
Chapter 1 : Masa Depan
3
Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4
Chapter 3 : Terhempas
5
Chapter 4 : Sebuah Fakta
6
Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7
Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8
Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9
Chapter 8 : Cahaya Malam
10
Chapter 9 : Selamat Datang
11
Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12
Chapter 11 : Dia Disini
13
Chapter 12 : Terombang-ambing
14
Chapter 13 : Kata dan Frasa
15
Chapter 14 : Kuasa
16
Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17
Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18
Chapter 17 : Tak Terduga
19
Chapter 18 : Hari H
20
Chapter 19 : Tanah dan Api
21
Chapter 20 : Kemampuannya
22
Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23
Chapter 22 : Lubuk Hati
24
Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25
Chapter 24 : Burung Api
26
Chapter 25 : Gadis Itu
27
Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28
Chapter 27 : The Grim Reaper
29
Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30
Chapter 29 : Wangsa Arya
31
Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32
Chapter 31 : Amarah Merah
33
Chapter 32 : Hukum Dunia
34
Chapter 33 : Perlawanan
35
Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36
Chapter 35 : Ika, The First Elder
37
Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38
Chapter 37 : Tangga Cahaya
39
Chapter 38 : Kabar-kabar
40
Chapter 39 : Parang Salawaku
41
Chapter 40 : Doa dan Harapan
42
Chapter 41 : Makhluk Terbang
43
Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44
Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45
Chapter 44 : Kampung Halaman
46
Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47
Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48
Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49
Chapter 48 : Bahan Bakar
50
Chapter 49 : Pantai Air Manis
51
Chapter 50 : Tirai Cahaya
52
Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53
Chapter 52 : Antar Elemen
54
Chapter 53 : Kekuatan Bersama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!