Chapter 3 : Terhempas

Seorang gadis berambut pirang panjang terlihat kebingungan di sebuah sungai. Ia terus memegang wajah dan bagian tubuh lainnya. Ada yang berubah dan ada yang ‘hilang’. Seharusnya ia tak berwujud seperti ini. Semuanya berubah seratus delapan puluh derajat.

“Lah, kok bisa? kenapa beta jadi seperti ini? Tunggu, suara beta? Apa yang terjadi ini?”

Alistair Sahilatua, seorang mahasiswa berambut pirang yang sedang menguji coba hasil penemuannya terlempar ke dunia antah berantah setelah terjatuh dari ruang waktu tak terhingga. Tak hanya dunianya saja yang berbeda, wujud fisiknya pun juga berubah. Kini ia lebih pendek 20 cm, dari awalnya 180 cm, kini hanya setinggi 160 cm. Dan yang lebih aneh lagi, tubuhnya juga berganti.

Bingung, itulah yang ada di pikiran pemuda, atau dalam kondisi sekarang gadis itu. Tidak tahu siapa dia sekarang, apa yang terjadi, dimana dia, siapa yang harus ditemuinya, dan bagaimana cara keluar dari permasalahan ini. Akhirnya ia pun berjalan menyusuri aliran sungai tersebut, berharap menemukan orang yang bisa membantunya, atau menemukan sesuatu yang menarik.

Sampai sekitar seratus meter jauhnya, ia melihat sesuatu di balik semak-semak. Ia pun perlahan-lahan mendekati semak-semak itu. Karena ini merupakan sebuah dunia yang asing baginya, ia pun waspada akan sesuatu hal yang tidak terduga. Ia melihat dari balik semak-semak itu.

Ternyata itu bukanlah ancaman, bahkan mungkin bisa dibilang sebuah  keberuntungan. Terlihat seorang gadis yang seumuran dengannya terlihat sedang mencari rerumputan ataupun obat herbal sepertinya. Gadis berambut coklat yang mengenakan kaos biru itu terlihat sedang mencabuti rerumputan. Ia pun menghela napas karena merasa sudah aman.

“Huh, syukurlah.”

Tetapi gadis itu menoleh ke arahnya dan kaget. Ia pun berteriak dan menutup mata karena ketakutan.

“KYAAA!!!”

Tanpa diduga gadis tersebut mengarahkan tangannya kepada Alistair dengan pose seperti mengarahkan pistol, dengan telunjuk dan jari tengah mengarah ke depan, sedangkan ketiga jari lainnya berada dalam posisi sebaliknya. Alistair terkejut, apalagi setelah ia melihat sesuatu yang tidak seharusnya terjadi.

Tepat di depan kedua jari yang mengarah kedepannya itu pun mengeluarkan bola cahaya kuning sebesar kelereng. Tampak seperti bersiap untuk menembak ke arahnya, dan ternyata itulah yang terjadi.

“Noktah…” gadis itu mengucapkannya seperti merapalkan mantra.

Bola cahaya itu pun melesat dengan cepat dan tepat mengarah ke kepalanya. Ia tak punya waktu untuk menghindar.

“Tu….”

TAKKK… Bola cahaya itu pun menghantam kepalanya dan membuatnya terjatuh. Rasanya sakitnya seperti ketapel karet yang mengenai dahimu.

“Aduh… sakit…”

Gadis yang melontarkan bola cahaya itu pun perlahan membuka matanya. Ketakutannya berubah setelah ia baru mengetahui bahwa serangannya mengenai kepala orang lain. Ia pun menghampirinya.

“Eh… maaf. Aku tidak sengaja.”

Gadis itu pun menolongnya. Terlihat dahi Alistair memerah karena serangan itu.

“Kau tidak apa-apa?”

“Yah, beta baik-baik saja”

“Beta?” ia terlihat kebingungan dengan kata itu. Akhirnya Alistair pun mengganti kalimatnya.

“Maksudku, aku baik-baik saja.”

Alistair pun masih bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya.

“Eh, tunggu. Dahimu memerah,” ujar gadis itu sambil mengangkat rambut Alistair dan melihat dahinya.

“Eh, tidak apa-apa. Cuma merah dikit kok,”

“Tidak, ini tanggung jawabku. Aku harus segera mengobatimu,”

“Eh… tunggu…”

Gadis itu pun menarik tangan Alistair dan membawanya. Alistair pun menghentikannya.

“Sudah, tidak apa-apa. Aku tidak mau membuat kau repot dan mengganggu aktivitasmu. Gapapa kok.”

Gadis itu pun akhirnya menghentikan langkahnya dan berbalik.

“Huh, yasudah kalau begitu” ujarnya sambil berbalik dan menaruh tangannya di pinggangnya.

“Hehe, maafkan aku karena sudah membuatmu cemas,” kata Alistair sambil menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya.

“Aku juga, maafkan aku karena menyerangmu tiba-tiba,”

“Ngomong-ngomong ini dimana?” tanya Alistair.

“Sepertinya kau tersesat” jawab gadis itu.

“sepertinya…” Alistair masih bingung.

“Oh, ya sudah. Setelah ini ayo menginap saja di rumahku. Tidak apa, tidak usah sungkan. Kumohon,” ujar gadis itu dengan sedikit memaksa.

“Hmm…yasudah baiklah, terima kasih. Maaf merepotkanmu,” Alistair pun akhirnya mau menurutinya setelah gadis itu sedikit memaksa.

“Tidak masalah.”

“Oh iya, ngomong-ngomong aku belum tahu namamu siapa.”

Mereka berdua sempat lupa akan hal itu. Akhirnya sang gadis itu pun memperkenalkan dirinya.

“Oh iya. Namaku Licia Salampessy. Salam kenal. Kalau kau siapa?” Ujar gadis itu.

“Namaku Alistair Sa…” belum sempat ia melanjutkannya, Licia memotong perkataaannya.

“Alistair? Bukankah itu nama laki-laki?”

“Oh iya…”

Alistair sepertinya menyadari hal itu bahwa sesungguhnya nama ‘Alistair’ sendiri  merupakan nama seorang laki-laki. Sedangkan disini, dia adalah seorang perempuan. Selain itu, ini adalah dunia yang aneh di mana seorang gadis bisa melontarkan cahaya seperti batu lewat ketapel. Ia pun akhirnya menghela napas dan melanjutkannya dengan nama lain, dengan nada yang gugup.

“Namaku Anna Sahilatua. S-salam kenal juga.”

“Oh, Anna, ya? Nama yang cantik. Aku akan memanggilmu dengan nama itu saja. Tidak masalah kan?” ucap Licia.

“Oh iya, tidak apa-apa. Hehehe…” ujarnya kepada Licia, padahal sebenarnya di dalam hatinya berbeda.

“Aduh, sialan. Beta kan seharusnya lelaki. Okelah untuk kali ini biarkan saja. Semoga masalah ini cepat selesai dan beta kembali pada wujud asli beta.”

Licia pun akhirnya kembali pada aktivitasnya, mencari rumput dan obat herbal. Kini ia dibantu oleh Alistair, atau sekarang dipanggil dengan nama Anna. Tak terasa hari pun sudah sore dan Licia pun menyudahi aktivitasnya tersebut.

“Ayo ikut ke rumahku.”

Anna pun mengikutinya. Ternyata jarak antara tempat itu dengan perkampungan penduduk tidak terlalu jauh, hanya sekitar 200 meter saja. Mereka pun akhirnya memasukinya.

Itu adalah sebuah perkampungan kecil dengan gaya seperti perkampungan biasa, dengan halaman-halaman depan yang cukup luas dan dibatasi oleh pagar bebatuan pada setiap rumahnya. Dinding setiap rumah dicat oleh berbagai warna yang berbeda, dan hampir setiap rumah memiliki halaman belakang. Tetapi perumahan ini sangatlah kecil, bahkan mungkin dapat dikatakan perumahan ini terdiri atas 1 RT saja karena hanya terdiri dari satu jajar rumah saja di sudut kiri dan kanan, tanpa ada belokan dan jalan lainnya. Penerangan jalan itu pun hanya terbuat dari lampu-lampu petromax yang digantungkan pada tiang-tiang dari kayu yang ditancapkan ke tanah.

Licia dan Annapun berjalan memasuki perkampungan yang kecil itu. Tak jauh dari pintu masuk, terlihat rumah Licia yang tidak terlalu berbeda dengan rumah-rumah lainnya di perkampungan ini. Catnya berwarna biru muda dan kuning. Rumah ini pun memiliki halaman yang cukup luas dari depan, samping kiri, dan belakang.

“Bunda, aku pulang.”

Seorang wanita muda yang mengenakan T-Shirt merah muda dan celana training keluar dari pintu. Rambut hitam panjangnya yang masih bersih dan berkilau menandakan bahwa ia masih sangat muda.

“Selamat datang Licia, eh. Gadis itu siapa?” tanya dia.

“Dia anak yang tersesat di hutan, bu. Dan sepertinya dia tak ingat apa-apa. Bolehkah dia menginap disini?” tanya Licia balik.

“Tunggu, anak tersesat, hilang ingatan, jangan-jangan kau seorang Parachi?” ibu itu terheran.

“Parachi?” Anna dan Licia kebingungan mendengar istilah itu.

“Penjelasannya panjang, kita bahas di dalam saja.” ujar ibu itu.

Terpopuler

Comments

Sari N

Sari N

apa itu?

2023-06-03

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2 Chapter 1 : Masa Depan
3 Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4 Chapter 3 : Terhempas
5 Chapter 4 : Sebuah Fakta
6 Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7 Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8 Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9 Chapter 8 : Cahaya Malam
10 Chapter 9 : Selamat Datang
11 Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12 Chapter 11 : Dia Disini
13 Chapter 12 : Terombang-ambing
14 Chapter 13 : Kata dan Frasa
15 Chapter 14 : Kuasa
16 Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17 Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18 Chapter 17 : Tak Terduga
19 Chapter 18 : Hari H
20 Chapter 19 : Tanah dan Api
21 Chapter 20 : Kemampuannya
22 Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23 Chapter 22 : Lubuk Hati
24 Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25 Chapter 24 : Burung Api
26 Chapter 25 : Gadis Itu
27 Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28 Chapter 27 : The Grim Reaper
29 Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30 Chapter 29 : Wangsa Arya
31 Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32 Chapter 31 : Amarah Merah
33 Chapter 32 : Hukum Dunia
34 Chapter 33 : Perlawanan
35 Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36 Chapter 35 : Ika, The First Elder
37 Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38 Chapter 37 : Tangga Cahaya
39 Chapter 38 : Kabar-kabar
40 Chapter 39 : Parang Salawaku
41 Chapter 40 : Doa dan Harapan
42 Chapter 41 : Makhluk Terbang
43 Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44 Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45 Chapter 44 : Kampung Halaman
46 Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47 Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48 Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49 Chapter 48 : Bahan Bakar
50 Chapter 49 : Pantai Air Manis
51 Chapter 50 : Tirai Cahaya
52 Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53 Chapter 52 : Antar Elemen
54 Chapter 53 : Kekuatan Bersama
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2
Chapter 1 : Masa Depan
3
Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4
Chapter 3 : Terhempas
5
Chapter 4 : Sebuah Fakta
6
Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7
Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8
Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9
Chapter 8 : Cahaya Malam
10
Chapter 9 : Selamat Datang
11
Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12
Chapter 11 : Dia Disini
13
Chapter 12 : Terombang-ambing
14
Chapter 13 : Kata dan Frasa
15
Chapter 14 : Kuasa
16
Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17
Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18
Chapter 17 : Tak Terduga
19
Chapter 18 : Hari H
20
Chapter 19 : Tanah dan Api
21
Chapter 20 : Kemampuannya
22
Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23
Chapter 22 : Lubuk Hati
24
Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25
Chapter 24 : Burung Api
26
Chapter 25 : Gadis Itu
27
Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28
Chapter 27 : The Grim Reaper
29
Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30
Chapter 29 : Wangsa Arya
31
Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32
Chapter 31 : Amarah Merah
33
Chapter 32 : Hukum Dunia
34
Chapter 33 : Perlawanan
35
Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36
Chapter 35 : Ika, The First Elder
37
Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38
Chapter 37 : Tangga Cahaya
39
Chapter 38 : Kabar-kabar
40
Chapter 39 : Parang Salawaku
41
Chapter 40 : Doa dan Harapan
42
Chapter 41 : Makhluk Terbang
43
Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44
Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45
Chapter 44 : Kampung Halaman
46
Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47
Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48
Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49
Chapter 48 : Bahan Bakar
50
Chapter 49 : Pantai Air Manis
51
Chapter 50 : Tirai Cahaya
52
Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53
Chapter 52 : Antar Elemen
54
Chapter 53 : Kekuatan Bersama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!