Chapter 9 : Selamat Datang

Sebuah kota bergaya Portugis di sepanjang teluk terlihat dengan jelas dari balik kaca kendaraan terbang itu. Bangunan-bangunan berlantai tiga hingga empat terlihat padat dari bibir pantai hingga ke gunung sana. Terlihat pula beberapa kapal layar yang singgah di teluk yang bersih tersebut, serta beberapa ‘Layang’ yang mondar-mandir di sekitar kota itu. Yup, Selamat datang di Kota Jailolo, atau mungkin lebih tepatnya dikatakan sebagai ‘Jailolo dari dunia alternatif'.

Kota ini sangat indah dan memanjakan mata para wisatawan yang berkunjung kesana. Dan diantara sejauh mata memandang, ada dua bangunan terbesar yang berdiri megah di kota ini, yakni Akademi Sihir Nasional Jailolo di sebelah timur laut serta sebuah bangunan mirip stadion sepakbola yang bernama Dukono Arena di wilayah yang sama.

“Ini… menakjubkan…” tak ada kata lain yang bisa diungkapkan oleh Anna selain itu.

Memang benar kota-kota di Indonesia tahun 2105 di masa Alistair dan Dwiana sudah sangat maju dan modern. Gedung-gedung bertingkat dengan glass sudah ada di seluruh ibukota provinsi, bahkan di beberapa daerah kabupaten kota lainnya. Namun perjalanannya kali ini seolah membawanya kembali ke gaya perkotaan masa lalu yang cukup tradisional namun elegan.

Layang pun mendarat di sebuah sungai yang cukup dekat dengan lokasi akademi. Setelah membayar sejumlah koin, mereka pun berjalan menuju ke arah akademi di timur laut sambil menikmati indahnya kota dan masyarakat yang lalu lalang. Cukup banyak bangunan bertingkat tiga sampai empat disini yang digunakan sebagai toko swalayan, restoran, maupun hanya sekedar hotel ataupun motel kecil.

Tak hanya masyarakat umum saja, terlihat pula sepertinya beberapa calon siswa dan siswi akademi yang juga berjalan ke arah timur laut. Hanya memerlukan waktu sekitar 10 menit sampai mereka tepat berada di gerbang akademi itu.

“Besar sekali,” ungkap Anna.

Tidak seperti akademi pada umumnya, pintu gerbang akademi ini terlihat seperti pintu masuk menuju sebuah istana. Pintunya menjulang ke atas setinggi 10 sampai 15 meter. Adapun sisi kanan dan kiri menjulang benteng berwarna merah tua nether. Mereka pun masuk ke dalam kompleks itu.

Sampailah mereka di beranda utama kompleks akademi. Ada sebuah air mancur yang cukup besar dengan air yang jernih di tengahnya. Tepat di wilayah itu pula terdengar suara-suara orang yang menyambut mereka, bukan dari para siswa yang lama, tetapi mungkin dari staf pengajar disana.

“Selamat datang kepada calon siswa dan siswi Akademi Sihir Nasional Jailolo. Silahkan untuk registrasi dan konfirmasi status pelajar anda di pintu depan kepada para penjaga, terima kasih,”

Selain itu, terdengar pula sayup-sayup suara alat musik tradisional yang seolah-olah menyambut kedatangan mereka. Mungkin di dunia nyata kita mengenalnya dengan nama ‘Tifa Totobuang’, musik tradisional Maluku.

Tepat di depan mereka kini ada sebuah gerbang lagi, namun dijaga oleh seorang pria berjas merah tua dan hitam yang terlihat sedang mengecek identitas para calon siswa dan siswi. Namun tak seperti pengecekan identitas di dunia nyata, pria itu menempelkan sebuah tongkat dengan ujung bercahaya pada dahi para calon siswa dan siswi itu.

“Ayo, Anna,” kata Licia sambil menarik tangan Anna.

Pria itu terlebih dahulu mengecek identitas Licia.

“Licia Salampessy, anda terdaftar di Kelas Ha dan kamar asrama anda C-124. Silahkan masuk.”

Mendengar hal itu, Anna pun mulai gugup, ia takut terjadi apa-apa jika identitas aslinya terungkap.

“Aduh gimana ini?” ujarnya dalam hati.

Dengan sedikit gugup ia pun di cek identitasnya. Dan ternyata pria itu pun berkata,

“Anna Sahilatua, anda terdaftar di Kelas Ha dan kamar asrama anda C-124. Silahkan masuk.”

“Eh?” Anna terkejut, ternyata identitas 'aslinya' tidak terungkap disini.

“Huff, Syukurlah, Beta kira akan terjadi apa-apa disini,” ujarnya dalam hati.

“Eh kenapa Anna?” tanya Licia.

“Gak ada apa-apa kok, ayo kita cari kamar asrama kita. Kita satu kamar, kan?” kata Anna.

Ruangan kamar asrama mereka berada di gedung C dengan kode ruangan 124. Memang sedikit sulit untuk menemukan kamar itu, tetapi mereka akhirnya berhasil menemukannya.

“Permisi. Wah keren,” Ujar Licia sambil membuka kamar itu.

Itu adalah sebuah kamar asrama untuk dua orang siswi yang terletak di lantai 2. Terlihat ada dua buah ranjang di sisi kiri dan kanannya. Tepat di tengahnya ada sebuah lemari kecil yang disandarkan dekat jendela. Sementara di sudut kanan dekat pintu ada sebuah lemari yang cukup besar dengan kaca. Disana juga terlihat seragam sekolah yang sudah disiapkan sebelumnya untuk para penghuni asrama.

Setelah menaruh bonsai di dekat jendela, Licia pun langsung melompat ke ranjangnya.

“Ah… akhirnya sampai juga. Dan gak nyangka kita bisa sekelas dan sekamar lagi,” ucap Licia.

“Hehe… aku juga gak nyangka.” kata Anna sambil duduk di ranjangnya.

“Oh iya, jadi penasaran besok seperti apa kita belajar? Kira-kira besok gimana ya?” Tanya Licia sambil bersemangat.

“Ya mana aku tahu, aku kan juga baru masuk akademi ini,” Anna pun bingung.

“Ih… kau ini…”

“Hehe…”

Mereka beristirahat sejenak sebelum melanjutkan ke kegiatan pengenalan lingkungan akademi. Tidak ada masa orientasi disini. Para siswa dan siswi baru hanya mengikuti program pengenalan lingkungan akademi, metode pelajaran, serta aturan-aturan saja dalam satu hari ini. Tak terasa hari pun sudah malam dan mereka pun beristirahat untuk hari pertama esok.

...

Pagi pun tiba. Hari ini merupakan hari pertama mereka sekolah. Setelah mandi dan sarapan, mereka pun bersiap untuk pergi ke kelas. Namun ada sesuatu hal yang mengganjal di pikiran Anna.

“Eh, Licia. Tunggu,”

“Iya, Anna. Ada apa?” tanya Licia sambil mengemasi alat-alat sekolahnya.

“Etoo, Anu… Haruskah aku mengenakan p-pakaian ini?” tanya Anna sambil memegangi roknya.

Itu adalah seragam resmi siswi Akademi Sihir Nasional Jailolo. Modelnya seperti gabungan seragam sekolah Asia Timur dan Asia Tenggara. Bajunya berwarna putih dengan corak merah di bagian kerah dan tengahnya, sementara roknya berwarna merah dengan corak kotak-kotak.

“Pastilah, itu kan seragam sekolah kita. Oh, iya, ngomong-ngomong kau terlihat sangat manis dengan seragam itu,” jawab Licia sambil tersenyum.

“Eh, Anu…” Anna masih gugup.

“Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Ayo kita pergi sebelum terlambat,” kata Licia bersemangat. Ia pun mengunci pintu kamar dan berlari sambil menarik tangan Anna.

“Eh… Liciaaa…” teriak Anna.

Sementara itu berbeda dengan apa yang dikatakan dalam isi hatinya, ia cukup kesal sepertinya dengan apa yang terjadi padanya.

“Bagus, Beta benar-benar full jadi cewek di dunia ini,”

Sebenarnya mereka belum terlambat untuk datang ke kelas, namun Licia sepertinya mengkhawatirkan hal itu. Akhirnya mereka pun sampai ke depan pintu Kelas Ha.

“Huff… Baiklah, kita mulai,” ujar Licia sambil menarik napas.

“Hmm…” Anna mengangguk.

Pintu kelas pun mereka buka. Hari pertama sekolah pun dimulai.

Episodes
1 Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2 Chapter 1 : Masa Depan
3 Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4 Chapter 3 : Terhempas
5 Chapter 4 : Sebuah Fakta
6 Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7 Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8 Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9 Chapter 8 : Cahaya Malam
10 Chapter 9 : Selamat Datang
11 Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12 Chapter 11 : Dia Disini
13 Chapter 12 : Terombang-ambing
14 Chapter 13 : Kata dan Frasa
15 Chapter 14 : Kuasa
16 Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17 Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18 Chapter 17 : Tak Terduga
19 Chapter 18 : Hari H
20 Chapter 19 : Tanah dan Api
21 Chapter 20 : Kemampuannya
22 Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23 Chapter 22 : Lubuk Hati
24 Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25 Chapter 24 : Burung Api
26 Chapter 25 : Gadis Itu
27 Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28 Chapter 27 : The Grim Reaper
29 Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30 Chapter 29 : Wangsa Arya
31 Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32 Chapter 31 : Amarah Merah
33 Chapter 32 : Hukum Dunia
34 Chapter 33 : Perlawanan
35 Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36 Chapter 35 : Ika, The First Elder
37 Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38 Chapter 37 : Tangga Cahaya
39 Chapter 38 : Kabar-kabar
40 Chapter 39 : Parang Salawaku
41 Chapter 40 : Doa dan Harapan
42 Chapter 41 : Makhluk Terbang
43 Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44 Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45 Chapter 44 : Kampung Halaman
46 Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47 Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48 Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49 Chapter 48 : Bahan Bakar
50 Chapter 49 : Pantai Air Manis
51 Chapter 50 : Tirai Cahaya
52 Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53 Chapter 52 : Antar Elemen
54 Chapter 53 : Kekuatan Bersama
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2
Chapter 1 : Masa Depan
3
Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4
Chapter 3 : Terhempas
5
Chapter 4 : Sebuah Fakta
6
Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7
Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8
Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9
Chapter 8 : Cahaya Malam
10
Chapter 9 : Selamat Datang
11
Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12
Chapter 11 : Dia Disini
13
Chapter 12 : Terombang-ambing
14
Chapter 13 : Kata dan Frasa
15
Chapter 14 : Kuasa
16
Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17
Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18
Chapter 17 : Tak Terduga
19
Chapter 18 : Hari H
20
Chapter 19 : Tanah dan Api
21
Chapter 20 : Kemampuannya
22
Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23
Chapter 22 : Lubuk Hati
24
Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25
Chapter 24 : Burung Api
26
Chapter 25 : Gadis Itu
27
Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28
Chapter 27 : The Grim Reaper
29
Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30
Chapter 29 : Wangsa Arya
31
Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32
Chapter 31 : Amarah Merah
33
Chapter 32 : Hukum Dunia
34
Chapter 33 : Perlawanan
35
Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36
Chapter 35 : Ika, The First Elder
37
Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38
Chapter 37 : Tangga Cahaya
39
Chapter 38 : Kabar-kabar
40
Chapter 39 : Parang Salawaku
41
Chapter 40 : Doa dan Harapan
42
Chapter 41 : Makhluk Terbang
43
Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44
Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45
Chapter 44 : Kampung Halaman
46
Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47
Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48
Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49
Chapter 48 : Bahan Bakar
50
Chapter 49 : Pantai Air Manis
51
Chapter 50 : Tirai Cahaya
52
Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53
Chapter 52 : Antar Elemen
54
Chapter 53 : Kekuatan Bersama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!