Chapter 14 : Kuasa

“Perpustakaan Suci”

Frasa itu secara spontan langsung terucap dari bibir manis Anna. Dwi pun penasaran dengan apa yang diucapkannya.

“Perpustakaan Suci? Apa maksudmu?”

“Kau ingat siswa senior misterius berambut putih yang berpapasan dengan kita saat pulang dari perpustakaan dulu?”

“Iya, emang kenapa?”

“Aku bertemu dengannya lagi kemarin. Dan saat aku tanya perihal ‘Sang Penyelamat’ waktu itu, dia menyebutkan sesuatu hal tentang penjaga perpustakaan suci. Dan ia berkata bahwa diriku dan kau adalah ‘orang terpilih’ berdasarkan ucapan dari sang penjaga itu,” jelas Anna.

Mendengar hal itu, Dwi pun terkejut karena istilah-istilah itu sepertinya terkait satu sama lainnya, antara ‘ruang gaib’, ‘sang penyelamat’, dan ‘perpustakaan suci’. Anna pun menyimpulkan.

“Aku yakin, ruang gaib, perpustakaan suci, dan sang penyelamat itu saling terkait satu sama lainnya. Dan satu satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan mendatangi siswa senior berambut putih itu,”

“Benar juga, tapi bagaimana caranya? Ada sekitar 140 siswa senior di akademi ini, dan kita tidak tahu dimana kelas si rambut putih itu.” Dwi bingung.

“Ya mau bagaimana lagi, kita cek satu-satu ke kelas Da Ta Sa Wa La,” ujar Anna.

Mereka mengemasi barang mereka dari perpustakaan itu dan bergegas menuju blok kelas senior. Untuk mencapainya mereka harus pergi ke arah utara di beranda dengan sebuah patung di tengahnya.

Anna terlihat tergesa-gesa sehingga tidak sadar ia meninggalkan Dwi di belakangnya, dan Dwi berusaha mengejar Anna yang berjalan lebih kencang. Namun lagi-lagi, karena tidak hati-hati ia menabrak siswa lainnya hingga terjatuh tepat di dekat patung itu.

“Aduh, lagi-lagi,”

Namun sepertinya itu bukanlah kondisi yang baik baginya.

“Woy, apa-apaan kau menabrakku,hah?”

Anna pun perlahan menengok ke arah siswa itu, dan ternyata keberuntungan tidak berpihak padanya.

“Apa? kau?”

“oh, ternyata siswi junior ya?”

Ia adalah seorang siswa berbadan besar dengan pandangan yang mengerikan. Rambut hitam pendeknya seolah-olah menunjukkan bahwa ia adalah penguasa. Di belakangnya juga terlihat siswa-siswa yang memandang Anna dengan tatapan remeh.

“Boris, Gabes?”

Tepat sekali. Ia adalah Boris Gabes, siswa senior kelas Ta sekaligus pemimpin dari geng paling ditakuti di Akademi Sihir Nasional Jailolo, ‘The Death March’.

“Oh, sepertinya kau sudah tau namaku ya?” ucap Boris dengan angkuhnya.

Anna pun berusaha mengabaikannya.

“Maaf, tapi aku sedang bergegas hari ini. Aku tidak punya waktu untuk berurusan denganmu.”

Namun Boris menahannya.

“Hey, tunggu dulu, nona manis.”

Boris memegang kedua pundak Anna. Gadis itu berusaha memberontak, tetapi sepertinya sia-sia.

“Lepaskan aku, hey!!”

Mendengar hal itu, Boris pun mulai naik darah.

“AKU BILANG TUNGGU DULU!!!”

BRUKK, dengan kasarnya Boris mendorong Anna hingga terjatuh. Ternyata benar apa kata Licia, ia memang nekad, bahkan terhadap murid perempuan.

“Kau sebagai murid junior seharusnya tau tatakrama kepada kita sebagai seniormu. Aku tidak tahu dan tidak mau tahu apa yang sedang kau lakukan sekarang, tapi karena kau sudah berani melanggar aturan kami, kau harus mendapatkan hukumannya. Sekarang berikan kami semua koin emasmu,” kata Boris.

“Heh, kau mau memalakku ya? Jangan harap kau bisa melakukannya ya. Meskipun kau senior sekalipun, aku takkan pernah tunduk padamu.” Anna melawannya, sama seperti apa yang biasa ia lakukan di dunia nyata.

Anak buah Boris yang mendengar hal itu pun marah karena ada yang berani menentang aturan mereka, tetapi Boris lebih dari itu. Ia benar-benar murka.

“APA KAU BILANG, DASAR JUNIOR SIAL!!!”

PAKK… Boris berusaha menampar Anna, tetapi dengan sigap Dwi menahannya.

“Dwi…?”

“Woy, apa yang kau lakukan?” tanya Boris.

“Hadeuh, dengan badan sebesar ini kau masih mau memukul seorang gadis? Dasar kau ini,” ujar Dwi.

“Dwi…”

Melihat hal itu, anak buah Boris pun semakin marah, namun Boris tersenyum dengan keangkuhannya.

“Hahaha… kau tidak tahu sedang berurusan dengan siapa, junior,” kata Boris sambil menatap mata Dwi.

“Aku tidak tahu siapa dirimu, tapi kalau kau bertindak lebih jauh lagi, aku tidak bisa membiarkanmu.”

Seolah menantangnya, Boris pun akhirnya bertindak.

“Oh, kau menantangku ya, HAH…”

BUK, BRAK…

“Uhuk…”

Tanpa diduga Boris menendang perut Dwi dengan kaki kirinya. Hantaman yang keras menyebabkan pegangan tangannya menjadi lepas. Disaat itulah Boris memukul wajah Dwi hingga terjatuh.

“DWI…” Anna teriak dan menghampirinya.

“Hahaha… baru menggunakan serangan fisik saja kau sudah tumbang, junior. Aku belum menggunakan sihirku lho…” ujar Boris dengan angkuhnya.

“Bos, bagaimana ini? Mereka sudah berani macam-macam dengan kita, apa kita harus memberi mereka pelajaran, bos?” tanya salah satu anak buahnya yang sudah terpancing emosi.

“Tidak, tidak. Sekarang giliranku untuk memberi pelajaran pada mereka. Hanya aku saja yang akan melakukannya,” Jawab Boris dengan senyuman jahatnya.

Mereka berdua benar-benar dalam bahaya. Boris berjalan mendekati mereka. Namun tiba-tiba ia dihalangi oleh seorang siswa lainnya.

“Hei, apa lagi ini? Apa yang kau lakukan?”

Anna dan Dwi melihatnya dengan perlahan, dari ujung sepatunya hingga semakin ke atas. Ia menggunakan seragam layaknya seorang siswa akademi ini. Perawakannya cukup tinggi, dan ia merupakan seorang senior. Dan ternyata dia adalah orang yang mereka cari, siswa senior misterius berambut putih.

“Kau?”

“Cukup sampai disini. Sepertinya kalian memang tidak punya malu ya, menghajar seorang murid junior seenak jidat kalian,” ujar siswa berambut putih itu.

Aneh sekali, para anak buah Boris menatapnya dengan sinis, namun tak ada satu pun yang berani mendekatinya. Sepertinya siswa misterius ini merupakan orang yang ditakuti oleh mereka. Tetapi sepertinya itu tidak berlaku untuk Boris.

“Heh, kau rupanya ya, ketua kelas Da yang sok keren itu. Kelasmu memang sok elit sekali ya dengan geng kami,”

“Hahaha, kelas kami memang elit bro, tidak seperti geng berandalmu yang sok galak di depan para junior. Pantas saja tidak ada yang mau masuk gengmu dari kelas kami. Sorry, tapi kami punya reputasi, menjaga image kami agar tidak seburuk geng payahmu itu.”

Ia malah tersenyum sambil memprovokasi mereka. Boris pun semakin marah.

“Tapi sepertinya aku tidak punya waktu untuk berdebat denganmu sekarang. Aku punya urusan yang penting dengan mereka berdua,” Lanjutnya sambil menatap Anna dan Dwi.

“HEH… APA YANG KAU…”

Belum selesai Boris berucap, siswa berambut putih itu mengangkat tangan kanannya dan merapalkan mantra.

“Mantra Cipta, Cahya, Teleport Solaria,”

WING… cahaya yang menyilaukan muncul dari tangannya. Saking silaunya tak ada yang bisa melihat dengan jelas, hingga cahaya itu pun perlahan menghilang bersama dengan dirinya, Anna, serta Dwi.

“Sial, mereka hilang,” ucap Boris kesal.

Sementara itu, Anna dan Dwi diteleport olehnya ke sebuah lorong bertangga.

“Dimana ini?” tanya Dwi.

“Ikut aku, kalian nanti bakal tau,” jawabnya dengan singkat.

“Oh iya, ngomong-ngomong terima kasih telah menyelamatkan kami.” kata Anna.

“Tidak usah berterima kasih. Aku melakukan ini bukan untuk menyelamatkan kalian, tapi untuk menunjukkan hal ini kepada kalian. Lagipula kalian memang mencariku kan?” ucapnya balik.

Semakin kebawah mereka berjalan menuruni tangga itu, namun siswa misterius itu belum berucap lagi.

“Oh iya, ngomong-ngomong kita mau kemana? Dan kau siapa?” tanya Anna penasaran.

“Nanti akan kujelaskan,” ia hanya menjawab demikian.

Tak terasa mereka pun sampai ke ujung anak tangga. Tepat di depan mereka ada sebuah pintu kayu bundar, seperti sebuah pintu masuk ke sebuah ruangan dalam rumah besar.

“Nah, kita sudah sampai,”

Siswa itu membuka pintunya dan menunjukkan sebuah hal yang ingin ia sampaikan pada Anna dan Dwi. Dan ternyata itu adalah hal yang tak terduga oleh mereka.

“Ini…”

Episodes
1 Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2 Chapter 1 : Masa Depan
3 Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4 Chapter 3 : Terhempas
5 Chapter 4 : Sebuah Fakta
6 Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7 Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8 Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9 Chapter 8 : Cahaya Malam
10 Chapter 9 : Selamat Datang
11 Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12 Chapter 11 : Dia Disini
13 Chapter 12 : Terombang-ambing
14 Chapter 13 : Kata dan Frasa
15 Chapter 14 : Kuasa
16 Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17 Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18 Chapter 17 : Tak Terduga
19 Chapter 18 : Hari H
20 Chapter 19 : Tanah dan Api
21 Chapter 20 : Kemampuannya
22 Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23 Chapter 22 : Lubuk Hati
24 Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25 Chapter 24 : Burung Api
26 Chapter 25 : Gadis Itu
27 Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28 Chapter 27 : The Grim Reaper
29 Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30 Chapter 29 : Wangsa Arya
31 Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32 Chapter 31 : Amarah Merah
33 Chapter 32 : Hukum Dunia
34 Chapter 33 : Perlawanan
35 Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36 Chapter 35 : Ika, The First Elder
37 Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38 Chapter 37 : Tangga Cahaya
39 Chapter 38 : Kabar-kabar
40 Chapter 39 : Parang Salawaku
41 Chapter 40 : Doa dan Harapan
42 Chapter 41 : Makhluk Terbang
43 Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44 Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45 Chapter 44 : Kampung Halaman
46 Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47 Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48 Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49 Chapter 48 : Bahan Bakar
50 Chapter 49 : Pantai Air Manis
51 Chapter 50 : Tirai Cahaya
52 Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53 Chapter 52 : Antar Elemen
54 Chapter 53 : Kekuatan Bersama
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2
Chapter 1 : Masa Depan
3
Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4
Chapter 3 : Terhempas
5
Chapter 4 : Sebuah Fakta
6
Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7
Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8
Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9
Chapter 8 : Cahaya Malam
10
Chapter 9 : Selamat Datang
11
Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12
Chapter 11 : Dia Disini
13
Chapter 12 : Terombang-ambing
14
Chapter 13 : Kata dan Frasa
15
Chapter 14 : Kuasa
16
Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17
Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18
Chapter 17 : Tak Terduga
19
Chapter 18 : Hari H
20
Chapter 19 : Tanah dan Api
21
Chapter 20 : Kemampuannya
22
Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23
Chapter 22 : Lubuk Hati
24
Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25
Chapter 24 : Burung Api
26
Chapter 25 : Gadis Itu
27
Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28
Chapter 27 : The Grim Reaper
29
Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30
Chapter 29 : Wangsa Arya
31
Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32
Chapter 31 : Amarah Merah
33
Chapter 32 : Hukum Dunia
34
Chapter 33 : Perlawanan
35
Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36
Chapter 35 : Ika, The First Elder
37
Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38
Chapter 37 : Tangga Cahaya
39
Chapter 38 : Kabar-kabar
40
Chapter 39 : Parang Salawaku
41
Chapter 40 : Doa dan Harapan
42
Chapter 41 : Makhluk Terbang
43
Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44
Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45
Chapter 44 : Kampung Halaman
46
Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47
Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48
Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49
Chapter 48 : Bahan Bakar
50
Chapter 49 : Pantai Air Manis
51
Chapter 50 : Tirai Cahaya
52
Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53
Chapter 52 : Antar Elemen
54
Chapter 53 : Kekuatan Bersama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!