Sebuah portal besi berbentuk segi lima raksasa tepat berada di depan penonton. Alat tersebut terhubung pada sebuah controller yang ada di kanan bawah portal raksasa itu yang cukup penuh dengan tombol-tombol berwarna. Beberapa orang berspekulasi, mungkin ini adalah sebuah portal penghubung antar daerah lain seperti yang pernah digambarkan dalam beberapa film fiksi ilmiah. Sesungguhnya spekulasi mereka adalah benar.
“Ini adalah Pentagon Portal. Alat ini dapat menciptakan sebuah portal yang akan terhubung dengan wilayah nan jauh disana. Dengan memanfaatkan hipotesa lubang hitam dan lubang putih, alat ini kami perkenalkan sebagai alternatif transportasi antar daerah. Untuk uji coba kali ini kami menempatkan ujung portal lainnya di Saumlaki,” jelas Alistair.
Layar raksasa di atas panggung kemudian menyala dan memperlihatkan beberapa rekan mereka yang berada di Saumlaki. Mereka pun menyapa semua penonton melalui layar tersebut. Terlihat mereka sedang bersiap untuk menyalakan alat itu. Alistair lalu melanjutkan pidatonya.
“Dengan alat ini diharapkan kita semua tidak perlu memakan banyak waktu untuk berpergian ke tempat yang sangat jauh. Jika alat ini berhasil dengan baik, kita akan menempatkannya diantara kota-kota besar di dunia, kota-kota penelitian di bulan, serta kota-kota koloni di Mars dan Titan. Inilah inovasi terbesar umat manusia dari para mahasiswa Institut Teknologi Ambon.”
Semua hadirin pun bertepuk riuh. Tanpa basa-basi lagi, ia menyuruh seorang rekannya menyalakan alat tersebut. Alat itu pun menyala. Para penonton terkagum-kagum melihat lubang metal pentagon tersebut menciptakan sebuah cahaya biru membentuk portal, diikuti oleh munculnya sebuah lempengan-lempengan membentuk jembatan digital tanpa pembatas berwarna hitam.
Pada awalnya para penonton masih meragukan bahwa itu adalah sebuah portal, tetapi Alistair berhasil membuktikannya dengan masuk ke dalam portal tersebut. Ia pun berhasil membuat penonton terkagum-kagum untuk kesekian kalinya.
“Ayo, ada yang mau ikut mencobanya? Rekan saya Dwiana akan menuntun kalian,”
Orang yang pertama kali mencobanya adalah Gubernur Maluku yang diikuti oleh pejabat-pejabat lainnya dan penonton yang merupakan masyarakat biasa. Meskipun begitu, ada sebagian penonton, termasuk menteri yang menghadiri acara itu tidak ikut serta dalam rombongan tersebut. Sementara itu, Alistair, Kevin, dan Bambang mengikuti mereka dari belakang. Patut diketahui bahwa panjang jembatan digital dalam portal tersebut hanya berjarak 20 meter saja. Itu artinya jarak sekitar 600 km jauhnya dari Ambon ke Saumlaki dapat ditempuh hanya dalam waktu beberapa menit saja dengan berjalan kaki melalui portal ini.
“Sudah kubilang kan, kau pasti bisa,” puji Kevin.
“Hehehe, beta sedikit gugup kok tadi, makanya sempat jatuh,” jawab Alistair sambil menggaruk-garuk kepalanya.
“Setelah ini kita mau ngapain lagi? Bikin sesuatu yang unik lagi gak?” tanya Bambang.
“Kalem dulu cok, capek nih gua, ntar aja kita bikin alat biar lu gak jomblo lagi, hahaha…” ujar Kevin kepada Bambang.
“lah, jangan ledekin gua, tar juga jodoh gua pasti ketemu…”
Canda tawa diantara mereka dan kelompok lainnya adalah hal yang biasa terjadi, sama seperti kehidupan para pelajar biasanya.
“Oh iya Ali, ngomong-ngomong lu ada perasaan ‘kan sama Dwiana? Semenjak proyek ini dimulai, lu terus ngeliatin dia kan? Hayo ngaku aja,” ledek Kevin.
“Haha… bisa aja kau, beta mana ada hal seperti itu? beta pilih dia karena memang dia punya kemampuan dalam hal ini…” bantah Alistair.
“hmmm…” Kevin dan Bambang seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan lelaki berambut pirang itu.
“Sebenernya memang ada sih, dikit…” ujar Alistair yang ternyata mengiyakan dengan wajah sedikit menunduk.
“Cie….”
“Tuh kan, gua bilang juga apa. Ntar ah abis ini gua bilangin ke Dwiana,” kata Kevin dengan suara cukup keras.
“eh…, tunggu dulu, bukan maksud beta seperti itu,” ucap Alistair dengan pipi memerah.
“Hahahaha….”
Tak terasa, jarak kita melangkah mencapai 5 meter dari portal Ambon, sedangkan Dwiana bersama Ibu Gubernur sudah mencapai 10 meter, setengah dari panjang jembatan hitam digital tersebut. Para penonton yang mengikuti langkah mereka pun juga berbincang sambil takjub melihat dunia bercahaya biru muda sepanjang portal tersebut. Semuanya berjalan biasa-biasa saja, hingga sesuatu hal terjadi.
Papan lempengan berguncang, tetapi tidak terlalu keras. Para pengunjung yang mencoba alat tersebut mulai panik.
“Ada apa ini?”
“Oh Tuhan…”
Alistair yang ikut merasakan guncangan tersebut berusaha menenangkan para pengunjung.
“Mohon tenang semuanya, sepertinya ini cuman guncangan kecil.”
Disaat Alistair berusaha menenangkannya, terdengar suara alarm dari luar portal Ambon. Para pengunjung bertanya-tanya, sebenarnya apa yang terjadi? Apakah alatnya rusak? Apakah ada kesalahan teknis? Atau hal yang lain?
“Cih ada apa ini?” Kevin pun bertanya-tanya.
Tak lama berselang, Herlin menghubunginya melalui AI-Gadget.
“Vin, lu semua bareng pengunjung harus segera keluar dari tempat itu, cepat.” teriak Herlin.
“Lah, ada apa? Kenapa alarmnya bisa menyala? Apa yang terjadi diluar sana?” tanya Kevin.
“Ada gempa disini dan sebagian aula roboh. Tapi celakanya bagian penghubung mesin dengan portal rusak terkena reruntuhan. Portal akan shut down dalam 30 detik, cepat keluar dari sana.” teriak Herlin panik.
“Oh sial. Apa yang harus kita lakukan?” Kevin pun panik dan bingung.
“Kau bersama Bambang bawa pengunjung bagian belakang keluar dari sini. Beta akan membawa pengunjung yang ada di depan.” kata Alistair.
Kevin, Bambang, dan pengunjung bagian belakang berhasil keluar. Sementara itu Alistair pergi ke depan rombongan untuk menjemput Dwiana beserta pengunjung di depan.
“Dwiana…”
“Ali…”
Terlihat Dwiana sedang berlari bersama Ibu Gubernur Maluku. Alistair pun berusaha membantu mereka agar cepat keluar. Sayangnya, kaki Dwiana tersandung dan ia terjatuh.
“Nak…” Ibu Gubernur berusaha menolongnya.
“Sudah tidak apa-apa, ibu duluan saja.” Kata Dwiana.
Para rombongan beserta gubernur berhasil keluar, hanya tersisa Alistair dan Dwiana di dalam ruang tersebut.
“Ali, Dwi, cepat…” Kevin panik.
Mereka berdua berusaha untuk keluar dari ruangan penghubung tersebut. Tetapi sayang seribu sayang, portal Ambon telah tertutup.
“Portal yang satunya”,
Dwiana berbalik ke arah portal Saumlaki. Sayangnya portal Saumlaki pun juga tertutup, tepat saat mereka berbalik ke belakang. Mereka pun terjebak di ruangan pengubung tersebut, berdiri di sebuah lempengan jembatan berwarna hitam dan dikelilingi oleh latar cahaya biru muda tanpa ujung.
“Bagaimana ini, Ali? Kita tidak bisa kembali,” Dwiana panik sambil memegang tangan Alistair secara tidak sadar.
Alistair tak bisa berkata apa-apa ditengah kebingungan tersebut. Ditengah suasana penuh kegelisahan itu, lempengan hitam tempat mereka berpijak tiba-tiba bercahaya, membentuk garis-garis seperti dalam film-film sci-fi saat sang tokoh utama mulai menyalakan mesinnya. Tetapi hal ini terbalik disini. Kemunculan garis-garis tersebut malah membawa petaka bagi mereka. Dan benar saja, lempengan jembatan hitam itu pun pecah dan menghilang, menjatuhkan mereka berdua ke dalam ruang biru muda tak terbatas.
Alistair berpengangan erat kepada tangan Dwiana. Mereka terjatuh dan berputar-putar bagaikan seorang penerjun payung yang melompat dari sebuah pesawat. Mereka berusaha tak melepaskan pegangannya satu sama lain. Tetapi ‘hembusan angin gravitasi’ menghempaskan mereka berdua.
“DWIANAAA…..”
“ALIII….”
Distorsi terjadi pada pandangan Alistair, antara cahaya biru muda dengan warna hitam. Keduanya terus berputar sampai warna hitam pun mendominasi dan menghilangkan setitik cahaya biru terakhir dalam pandangannya. Pemuda itu pun tak ingat lagi apa-apa.
…
Terdengar suara burung berkicau dengan merdu. Disamping itu, hembusan angin pun terdengar meniup dahan-dahan pohon. Orang tersebut membuka matanya perlahan-lahan. Kebingungan, itulah yang mungkin terlintas di pikirannya. Apalagi setelah seingatnya ia terjatuh dan berputar-putar tak karuan. Ia terbangun di sebuah hutan.
“Dimana beta?” Ujarnya dalam hati.
Ia melihat kebawah tubuhnya. Ia sedikit kaget karena pakaian yang ia gunakan berbeda dari yang saat ia pakai terakhir kali. Sebuah pakaian lusuh berwarna abu dan kecoklatan. Dan terlihat dadanya maju sekitar beberapa cm. Ia berpikir mungkin ini karena baju yang ia pakai.
Ia pun berjalan diantara pepohonan yang cukup rindang tersebut untuk mencari jalan keluar, hingga terlihatlah sebuah sungai yang jernih. Ia pergi kesana untuk minum dan mencuci mukanya. Sungai tersebut sangatlah jernih sehingga dapat memantulkan objek seperti cermin. Ia melihat air sungai itu. perlahan-lahan riak air menghilang dan memantulkan bayangan dirinya.
“Siapa dia?”
Awalnya ia bingung siapa yang ada di dalam bayangan tersebut. Tetapi setelah memperhatikannya dengan fokus, sikap bingungnya tersebut berubah menjadi kaget dan panik sehingga ia berteriak.
“APAAA!!!???”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sari N
seru thor.. double up dong thor...
2023-06-02
1