Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya

Pagi yang cerah di hari ke-21, Bunda Rara pada hari ini memilih untuk menjemur pakaian dan tidak berjualan tanaman. Ibu muda itu nampaknya mengambil kesempatan untuk beristirahat sambil mengerjakan hal yang lain.

Sementara itu seperti biasanya, Anna dan Licia berlatih sihir di belakang rumah itu. Namun kali ini mereka saling berhadapan satu sama lain, bersiap untuk memulai ‘simulasi pertarungan’. Tidak ada aturan khusus dalam simulasi ini, termasuk siapa yang menang dan siapa yang kalah. Hanya saja mereka perlu menyerang dan menghindari serangan sihir sebanyak mungkin.

Anna mulai mengambil posisi bertarung, begitu pula dengan Licia.

“Apa kau siap, Anna?” tanya Licia.

“Ya, sangat siap,” jawab Anna.

Semuanya nampak hening. Angin pun bertiup pelan dan melepaskan sehelai daun dari pohonnya. Perlahan daun itu melayang-layang dan kemudian mendarat di tanah.

“GO”

WUSH… pertarungan pun dimulai tepat setelah daun itu menyentuh tanah. Licia secara cepat langsung mengarahkan dua tangannya untuk menembak Anna.

“Mantra Cipta, Cahya, Dwi Noktah”

Dua bola cahaya melesat ke arah Anna, namun ia dengan mudah menghindarinya dan bersiap melancarkan serangan balasan. Anna menepuk dua tangannya dan mengarahkannya kepada Licia.

“Mantra Cipta, Tirta, Bolla Rentaka”

Sebuah bola air dengan ukuran cukup besar melesat menuju arah Licia. Ia tidak menyangka bahwa Anna bisa menggunakan teknik sihir itu begitu baik dan lancar, namun ia telah mempersiapkan serangan selanjutnya.

“Bagus sekali, Anna. Kau bisa melakukannya dengan baik, tapi lihatlah ini.”

Licia meluruskan tiga jari kanannya dan merapalkan mantra.

“Mantra Cipta, Bayu, Sayat Belintan”

Dengan cepat Licia membelah bola air itu dan melancarkan serangan sayatan angin bertubi-tubi. Anna yang menyadarinya berusaha menghindarinya, namun sepertinya ia nampak kesulitan. Apalagi ia harus menghindari teknik sihir angin yang cukup tajam itu. Terlihat beberapa batang pohon di belakangnya putus akibat serangan itu.

“Cih”

Dalam kondisi genting seperti itu untungnya Anna mendapatkan sebuah ide.

“Sepertinya aku harus menggunakannya. Mantra Cipta, Tirta, Samsaq Kalaq”

Ia melapisi kedua tangannya dengan sihir air sebagai pelindung, dan ternyata itu cukup berhasil untuk menghalau sihir angin Licia. Anna pun maju ke depan sambil memukul sihir angin yang dilancarkan Licia.

“Hebat juga kau bisa menggunakan taktik itu,” puji Licia.

“Hehe… Sekarang giliranku, HIYAAAHHHH!!!”

Anna berlari ke depan Licia dan berusaha memukul wajahnya dengan sarung tangan sihir airnya, namun Licia yang mengetahuinya langsung berusaha menghindarinya dengan sihir cahaya.

“Mantra Cipta, Cahya…”

Sebuah bola cahaya tercipta dari mantra itu, namun Anna yang sudah terlalu dekat memukul bolanya sampai membuat keduanya terpental.

“Uh…”

Tak menyia-nyiakan kesempatan, Anna langsung melaju ke arah Licia, tetapi gadis itu rupanya sudah menyiapkan sihirnya kembali.

“…Bolla Rentaka”

Dengan elemen sihir yang berbeda, ia menciptakan bola cahaya dan langsung menyerang Anna, namun dengan mudah Anna meninju bola itu.

“Tidak mungkin,”

BAKK… bola cahaya yang cukup besar tersebut kembali melesat ke arah Licia, tetapi ia berhasil menghindarinya. Namun sialnya bola itu melesat ke arah Bunda Rara yang sedang menjemur pakaian.

“Celaka… BUNDA RARA!!!” teriak Anna.

Seakan menyadari hal itu, Bunda Rara berbalik dan mengarahkan tangan kanannya ke arah datangnya bola itu sembari merapalkan mantra.

“Parisha”

Ajaib, sebuah pelindung menyerupai kaca transparan bercahaya muncul melindungi wanita itu. Bola cahaya itu pun mengenai pelindung itu dan langsung lenyap tanpa sisa. Licia yang melihatnya langsung teringat sesuatu hal yang sangat penting. Salah satu teknik sihir yang paling ia cari mantranya, sihir pelindung.

“Itu…itu…” Licia yang mengingatnya tak bisa mengungkapkannya dengan jelas.

“Berhati-hatilah saat menggunakan sihir. Jangan sampai melukai keluargamu sendiri.” ujar Bunda Rara.

“Baiklah bunda,” ucap Anna dan Licia bersamaan.

Pengetahuan sihir mereka pun bertambah. Kedua gadis itu pun melanjutkan simulasi pertarungan. Kali ini mereka pun mencoba menggunakan sihir pelindung Parisha tersebut. Parisha sendiri mungkin bermakna sama seperti Perisai.

Mereka terus melakukan simulasi pertarungan tersebut selama seminggu terakhir ini. Sampai pada hari ke-30, simulasi pertarungan mereka hampir usai. Licia bersiap dengan sihir sarung tangan angin, sedangkan Anna bersiap dengan sihir sarung tangan air.

“HYAAAA!!!”

BAK... DARR… keduanya tangan mereka yang dilapisi saling bertumbuk sampai menghasilkan sebuah ledakan es. Butiran-butiran es perlahan turun layaknya salju di tempat itu. Sebagian warga desa yang melihatnya pun cukup heran dengan apa yang terjadi, namun sebagiannya lagi yang telah mengetahui simulasi pertempuran mereka, termasuk Bunda Rara yang melihat dari balik jendela hanya terdiam saja melihatnya. Keduanya pun terbaring ngos-ngosan karena kelelahan.

“Huff, hari ini melelahkan sekali ya, Anna,” kata Licia.

“Hehe, benar. Tapi akhirnya kita bisa menguasai teknik sihir dengan baik, Licia,” balas Anna.

“Hehe, benar juga. Kita pasti akan jauh lebih siap saat di Akademi nanti,” Licia membenarkannya.

Hari terakhir untuk latihan sihir telah selesai. Keduanya pun bersiap untuk keberangkatan menuju Jailolo pada esok hari. Solaris pun perlahan terbenam di ufuk barat.

Seperti biasanya, Licia mandi untuk membersihkan badannya, apalagi setelah latihan penuh seharian ini. Sambil mengenakan pakaian tidur dengan handuk di lehernya, ia terkejut melihat kamarnya kini begitu sangat rapi dengan hiasan-hiasan, termasuk hiasan bunga berwarna-warni di beberapa sudut dindingnya. Lantas ia bertanya-tanya, siapakah gerangan yang telah mempercantik kamarnya tersebut. Namun tanpa waktu lama, Anna muncul di belakangnya sambil membawa sebuah piring kecil berisi kue dengan lilin menyala di atasnya.

“Selamat Ulang Tahun, Licia.” ujar Anna dari arah belakang pintu.

“Anna… aku…” Licia tak bisa berkata apa-apa melihat hal itu, namun terlihat matanya berkaca-kaca.

“Hehe, maafkan aku mengagetkanmu. Aku sengaja menyiapkan ini sebagai perayaan ulang tahunmu yang ke-17. Meskipun persiapannya kurang baik dan kuenya mungkin terlalu kecil tapi ini spesial untukmu, Licia,” jelas Anna.

“Sebenarnya… Aku tidak tahu ‘ulang tahun itu apa,’” kata Licia.

“EEEEE!!!????”

Sontak Anna pun terkejut mendengar ucapan itu. Kok bisa seorang manusia tidak tahu apa itu ulang tahun. Namun setelah dipikir-pikir mungkin saja sebutan ‘ulang tahun’ memang tidak ada di Tierra Hyuma ini.

“Tapi…”

Anna yang terkejut dan kebingungan itu pun langsung terdiam karena Licia sepertinya akan mengatakan sesuatu.

“…apapun itu, terima kasih banyak. Aku sangat senang sekali ada yang memberikanku hal ini. Ini begitu istimewa bagiku. Terima kasih, Anna.” ucapnya sambil mengusap air matanya.

Mendengar hal itu, Anna pun tersenyum bahagia.

“Sama-sama, Licia. Ayo kita sama-sama berjuang mulai esok hari,”

Malam pun tiba. Kedua gadis itu pun tertidur lelap. Besok mereka harus bangun pagi-pagi untuk pergi ke Jailolo. Ditengah suasana sunyi di malam hari, terdengar sebuah suara ke arah kamar mereka. Sontak suara itu pun membuat Licia terbangun dari tidurnya.

“Licia, kemari,”

Licia pun mengikuti sumber suara itu. Dan ternyata Anna yang ikut terbangun pun membuntutinya. Licia terlihat bersama seseorang sambil berjalan ke halaman belakang rumah dengan pintu yang telah terbuka. Anna yang melihatnya merasa aneh, kenapa ia pergi ke halaman belakang pada malam-malam begini. Terlebih lagi ia ditemani oleh seseorang. Dan alangkah terkejutnya Anna setelah melihat apa yang terjadi di halaman belakang tersebut.

“Ini…”

Terpopuler

Comments

Sari N

Sari N

keren thor. selalu bikin penasaran di akhir bab 👍

2023-06-07

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2 Chapter 1 : Masa Depan
3 Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4 Chapter 3 : Terhempas
5 Chapter 4 : Sebuah Fakta
6 Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7 Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8 Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9 Chapter 8 : Cahaya Malam
10 Chapter 9 : Selamat Datang
11 Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12 Chapter 11 : Dia Disini
13 Chapter 12 : Terombang-ambing
14 Chapter 13 : Kata dan Frasa
15 Chapter 14 : Kuasa
16 Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17 Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18 Chapter 17 : Tak Terduga
19 Chapter 18 : Hari H
20 Chapter 19 : Tanah dan Api
21 Chapter 20 : Kemampuannya
22 Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23 Chapter 22 : Lubuk Hati
24 Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25 Chapter 24 : Burung Api
26 Chapter 25 : Gadis Itu
27 Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28 Chapter 27 : The Grim Reaper
29 Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30 Chapter 29 : Wangsa Arya
31 Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32 Chapter 31 : Amarah Merah
33 Chapter 32 : Hukum Dunia
34 Chapter 33 : Perlawanan
35 Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36 Chapter 35 : Ika, The First Elder
37 Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38 Chapter 37 : Tangga Cahaya
39 Chapter 38 : Kabar-kabar
40 Chapter 39 : Parang Salawaku
41 Chapter 40 : Doa dan Harapan
42 Chapter 41 : Makhluk Terbang
43 Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44 Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45 Chapter 44 : Kampung Halaman
46 Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47 Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48 Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49 Chapter 48 : Bahan Bakar
50 Chapter 49 : Pantai Air Manis
51 Chapter 50 : Tirai Cahaya
52 Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53 Chapter 52 : Antar Elemen
54 Chapter 53 : Kekuatan Bersama
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2
Chapter 1 : Masa Depan
3
Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4
Chapter 3 : Terhempas
5
Chapter 4 : Sebuah Fakta
6
Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7
Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8
Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9
Chapter 8 : Cahaya Malam
10
Chapter 9 : Selamat Datang
11
Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12
Chapter 11 : Dia Disini
13
Chapter 12 : Terombang-ambing
14
Chapter 13 : Kata dan Frasa
15
Chapter 14 : Kuasa
16
Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17
Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18
Chapter 17 : Tak Terduga
19
Chapter 18 : Hari H
20
Chapter 19 : Tanah dan Api
21
Chapter 20 : Kemampuannya
22
Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23
Chapter 22 : Lubuk Hati
24
Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25
Chapter 24 : Burung Api
26
Chapter 25 : Gadis Itu
27
Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28
Chapter 27 : The Grim Reaper
29
Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30
Chapter 29 : Wangsa Arya
31
Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32
Chapter 31 : Amarah Merah
33
Chapter 32 : Hukum Dunia
34
Chapter 33 : Perlawanan
35
Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36
Chapter 35 : Ika, The First Elder
37
Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38
Chapter 37 : Tangga Cahaya
39
Chapter 38 : Kabar-kabar
40
Chapter 39 : Parang Salawaku
41
Chapter 40 : Doa dan Harapan
42
Chapter 41 : Makhluk Terbang
43
Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44
Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45
Chapter 44 : Kampung Halaman
46
Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47
Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48
Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49
Chapter 48 : Bahan Bakar
50
Chapter 49 : Pantai Air Manis
51
Chapter 50 : Tirai Cahaya
52
Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53
Chapter 52 : Antar Elemen
54
Chapter 53 : Kekuatan Bersama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!