Hari ini adalah hari pertama para siswa dan siswi baru di Akademi Sihir Nasional Jailolo menuntut ilmu. Tidak hanya mendapatkan pelatihan ilmu sihir, namun juga materi-materi pendidikan biasa.
Akademi Sihir Nasional Jailolo sendiri memiliki 2 tingkatan kelas, tingkatan junior dan senior, di mana mereka menuntut ilmu di kelas tersebut masing-masing selama 2 tahun. Tingkatan junior terdiri atas kelas Ha, kelas Na, kelas Ca, kelas Ra, dan kelas Ka. Sementara tingkatan senior terdiri atas kelas Da, kelas Ta, kelas Sa, kelas Wa, dan kelas La. Masing-masing kelas terdiri atas 40 sampai 50 siswa. Terlihat cukup banyak per-kelasnya, namun hal itu sebanding dengan ruangan kelas yang besar dengan susunan seperti ruang media.
Anna duduk di bangku dua barisan dari belakang sementara Licia di samping kanannya. Pada hari itu seorang bapak-bapak berusia sekitar 35 tahunan yang pertama kali mengajar di kelas itu.
Namanya Pak Rudy. Pria berambut coklat dan berkacamata itu adalah seorang pengajar mata pelajaran dasar-dasar ilmu sihir. Semua penyihir pemula yang masuk akademi itu belajar dasar-dasar sihir padanya.
“Baiklah anak-anak, mungkin sebagian besar dari kalian sudah mengetahui apa itu sihir secara praktis, jadi mungkin saya akan lebih menjelaskannya secara teoritis.” jelas Pak Rudy.
“Baiklah Pak,” Jawab para murid.
“Tapi sebelum kita belajar dasar-dasar sihir, tentunya kalian juga harus mengetahui bagaimana ilmu sihir itu tercipta. Untuk kali ini saya akan memberikan materi kepada kalian mengenai sejarah terciptanya ilmu sihir. Jadi silahkan duduk yang manis dan simak materi ini baik-baik.” kata Pak Rudy.
Semua murid duduk dengan rapi di tempatnya masing-masing. Pak Rudy kemudian mengeluarkan sebuah tongkat kayu kecil dari saku kanannya. Ia mengangkatnya ke atas lalu melafalkan sebuah mantra.
“Mantra Cipta, Cahya, Solari Historia.”
TWINGG… cahaya yang sangat terang muncul dari ujung tongkat tersebut. Semuanya nampak silau, tak ada yang bisa menahan sinar cahayanya. Namun ajaib, setelah cahaya itu hilang, semua orang yang ada di kelas itu pun terkirim ke sebuah padang rumput yang sangat luas. Namun itu bukanlah padang rumput yang nyata, melainkan gambaran dari kehidupan di masa lalu.
Pak Rudy dengan sihir cahayanya akan menjelaskan tentang sejarah terciptanya ilmu sihir, namun dengan suasana yang hampir nyata.
…
Berbicara tentang ilmu sihir tentunya tak bisa terlepas dari sejarah peradaban umat manusia di Tierra Hyuma ini. Umat manusia merupakan makhluk yang paling dominan disini. Dengan kemampuan akalnya, mereka berhasil menciptakan berbagai penemuan demi bangsanya.
Namun sayang, hanya karena ambisi dan hawa nafsu, sudah sering mereka berperang satu sama lainnya. Tercatat sepanjang sejarah mereka pernah mengalami 4 kali peperangan besar, dan yang terbesar adalah Perang Tierra Hyuma Raya Keempat. Perang ini awalnya disebabkan oleh konflik batas wilayah, namun perang ini malah meluas menjadi adu kemampuan antar negara, saling serang dan saling caplok wilayah satu sama lainnya.
Ada sebuah negara bernama Republik Matahari di ujung sebelah timur Kontinen Azia terdesak oleh Kekaisaran Zongu di barat dan Kekaisaran Siberia di utara. Mereka nyaris kalah. Namun konon katanya ada seorang petapa di sebuah gunung di negara itu yang mendapatkan kekuatan misterius yang membebaskan negara itu dari desakan dua kekaisaran besar itu sehingga negaranya memenangkan perang.
Pada awalnya, Republik Matahari merahasiakan terkait kekuatan yang dimilikinya. Namun lambat laun, seiring dengan semakin damainya Tierra Hyuma, mereka pun membuka rahasianya, dan kekuatan itu dinamakan ‘Sihir’. Ia memanfaatkan energi ‘mana’ yang terdapat di alam bebas untuk menciptakan berbagai teknik-teknik magis di luar nalar.
Pasca peristiwa itu, setiap negara lalu mengembangkan ilmu-ilmu sihirnya sehingga muncullah jenis-jenis sihir yang baru, seperti sihir telekinesis yang dikembangkan Republik Matahari, sihir perisai Parisha yang dikembangkan oleh Hindiland, sihir penyegel yang dikembangkan oleh Kerajaan Helenia, sihir pemanggil Summon yang dikembangkan oleh Republik Persemakmuran Vritannia, serta sihir elemen yang dikembangkan oleh Kekaisaran Nusantara.
…
Kelas pertama pun selesai. Waktunya jam istirahat tiba.
Dalam pembelajaran kali ini, Anna bukan hanya mendapatkan pengetahuan baru terkait sejarah sihir, namun fakta unik lainnya bahwa Planet Tierra Hyuma memiliki kondisi yang hampir mirip dengan Planet Bumi. Peta geografi Tierra Hyuma sendiri hampir sama seperti peta geografi di dunia nyata, meskipun ada beberapa bagian yang berbeda seperti letak pulau-pulau. Selain itu, kondisi sosialnya pun juga hampir sama seperti di bumi.
Namun ada satu hal yang cukup mengganjal dan belum sempat ia tanyakan. Pada masa peperangan antar umat manusia, mereka menggunakan teknologi yang hampir sama seperti yang ada di dunia nyata. Namun begitu perang usai, teknologi seolah-olah hilang eksistensinya oleh ilmu sihir. Ia berpikir apakah teknologi itu benar-benar hilang ditelan zaman, atau karena hal lainnya. Namun tidak terlalu penting untuk dipikirkan sekarang karena ia bersama Licia kini beranjak untuk mengisi perut mereka.
“Ah… Kelas pertama ini cukup menyenangkan ya, Anna. Bagaimana menurutmu?” tanya Licia sambil merelaksasikan tangannya ke atas.
“Bagus juga sih. Aku jadi dapet pengetahuan baru, yah.. terutama soal sihir. Dan tak kusangka ternyata sejarah ilmu sihir itu cukup panjang ya,” jawab Anna.
Mereka pun sampai ke kantin dan membeli 2 piring omelet dengan 2 teh manis dingin. Tak ada yang berbeda dengan makanan disini, hanya metode pembayarannya saja dengan koin emas dan perak.
Sambil duduk di meja makan yang cukup panjang, mereka berbincang seperti biasa. Namun obrolan mereka terhenti oleh suara seorang siswa yang marah sambil menggebrak meja.
“KAU INI, AKU BILANG KEMARIN APA? JANGAN SEMBARANGAN KAU MAKAN DI WILAYAH KAMI. SEKARANG KAU HARUS TERIMA AKIBATNYA. CEPAT BERIKAN KOINMU!!!”
Seorang siswa berbadan besar menarik kerah siswa berkacamata sambil memalaknya. Ia nampak tak berdaya menghadapinya. Jelas sekali karena di belakangnya terlihat seperti para anggota geng dari siswa berbadan besar tersebut. Tak ada satu pun yang berani mendekati mereka.
Tentunya hal ini membuat Anna geram. Terlebih lagi saat ia masih di dunia nyata, di masa SMA dia juga pernah menjadi korban bullying. Meskipun ia adalah orang yang baik dan cerdas, namun karena sangat kesal dirundung oleh teman-temannya, ia pernah melemparkan serbuk gatal buatannya ke teman-teman yang merundungnya tersebut hingga ia dipanggil ke ruang BK.
“Cih, apa-apaan dia itu? Mau sok jadi raja ya?” ujar Anna geram.
Namun Licia seperti memperingatkannya agar tidak main-main dengan mereka.
“Stt… Jangan terlalu keras, nanti kedengeran sama mereka,”
“Emang mereka siapa sih?”
“Kata murid lainnya, mereka adalah geng ‘The Death March’, kelompok siswa senior elit yang paling ditakuti di akademi ini. Dan siswa berbadan besar itu namanya Boris Gabes, siswa kelas Ta sekaligus pemimpin dari geng itu,” jelas Licia.
“Lah, cuman geng-gengan doang aku bisa menghadapinya,” Anna hampir beranjak dari tempat duduknya, tapi Licia memegang tangannya dan mencegahnya.
“Jangan Anna, jangan lakukan itu. Mereka itu terbilang nekad, bahkan kepada murid perempuan seperti kita,”
Mendengar hal itu, Anna pun mengurungkan niatnya. Bukan semata-mata karena takut, tapi untuk lebih mengetahui sejauh apa mereka.
“Huff… Baiklah kalau begitu,” ujar Anna.
Tak terasa sekarang sudah masuk jam pelajaran kedua. Kali ini, Ibu Merida akan mengajar materi bahasa dan sastra kepada para murid kelas Ha. Namun sebelum memulai, ia ingin memperkenalkan seorang siswa baru yang baru masuk ke kelas itu.
“Anak-anak, kita kedatangan murid baru. Ia adalah murid yang baru selesai registrasi pada pagi ini. Jadi dia baru bisa masuk kelas pada mata pelajaran ini. Silahkan masuk,”
Dengan celana panjang merah dan kemeja bercorak merah dan putih yang merupakan seragam siswa akademi ini, ia berjalan masuk ke kelas itu. Ia adalah seorang siswa berambut pendek. Wajahnya yang tampan berhasil menarik perhatian para siswi disana.
“Kyaa… Gantengnya…”
“Ah… Aku jadi ingin duduk bareng dia…”
Licia pun juga cukup kagum dengan ketampanan siswa itu, namun berbeda dengan Anna yang
merasa ada sesuatu hal yang aneh pada dirinya.
“Tampan sekali dia itu, iya kan, Anna?” tanya Licia. Namun Anna tidak menjawabnya.
“Anna?”
Dengan tatapan yang tajam, Anna terus memandangi siswa itu.
“Baiklah, silahkan perkenalkan dirimu,” ujar Ibu Merida.
“Salam, Perkenalkan. Saya adalah siswa baru Kelas Ha di akademi ini. Nama saya Dwi Septianto,”
“Dwi, Septianto?”
Mendengar nama itu, Anna merasa tidak asing. Ia pernah mendengar atau setidaknya mengetahui nama itu sebelumnya. Dan setelah dipikir-pikir ia teringat sesuatu yang sangat penting.
“APAAA?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sari N
dwiana 🤗
2023-06-10
1