Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama

Hari ini adalah hari pertama para siswa dan siswi baru di Akademi Sihir Nasional Jailolo menuntut ilmu. Tidak hanya mendapatkan pelatihan ilmu sihir, namun juga materi-materi pendidikan biasa.

Akademi Sihir Nasional Jailolo sendiri memiliki 2 tingkatan kelas, tingkatan junior dan senior, di mana mereka menuntut ilmu di kelas tersebut masing-masing selama 2 tahun. Tingkatan junior terdiri atas kelas Ha, kelas Na, kelas Ca, kelas Ra, dan kelas Ka. Sementara tingkatan senior terdiri atas kelas Da, kelas Ta, kelas Sa, kelas Wa, dan kelas La. Masing-masing kelas terdiri atas 40 sampai 50 siswa. Terlihat cukup banyak per-kelasnya, namun hal itu sebanding dengan ruangan kelas yang besar dengan susunan seperti ruang media.

Anna duduk  di bangku dua barisan dari belakang sementara Licia di samping kanannya. Pada hari itu seorang bapak-bapak berusia sekitar 35 tahunan yang pertama kali mengajar di kelas itu.

Namanya Pak Rudy. Pria berambut coklat dan berkacamata itu adalah seorang pengajar mata pelajaran dasar-dasar ilmu sihir. Semua penyihir pemula yang masuk akademi itu belajar dasar-dasar sihir padanya.

“Baiklah anak-anak, mungkin sebagian besar dari kalian sudah mengetahui apa itu sihir secara praktis, jadi mungkin saya akan lebih menjelaskannya secara teoritis.” jelas Pak Rudy.

“Baiklah Pak,” Jawab para murid.

“Tapi sebelum kita belajar dasar-dasar sihir, tentunya kalian juga harus mengetahui bagaimana ilmu sihir itu tercipta. Untuk kali ini saya akan memberikan materi kepada kalian mengenai sejarah terciptanya ilmu sihir. Jadi silahkan duduk yang manis dan simak materi ini baik-baik.” kata Pak Rudy.

Semua murid duduk dengan rapi di tempatnya masing-masing. Pak Rudy kemudian mengeluarkan sebuah tongkat kayu kecil dari saku kanannya. Ia mengangkatnya ke atas lalu melafalkan sebuah mantra.

“Mantra Cipta, Cahya, Solari Historia.”

TWINGG… cahaya yang sangat terang muncul dari ujung tongkat tersebut. Semuanya nampak silau, tak ada yang bisa menahan sinar cahayanya. Namun ajaib, setelah cahaya itu hilang, semua orang yang ada di kelas itu pun terkirim ke sebuah padang rumput yang sangat luas. Namun itu bukanlah padang rumput yang nyata, melainkan gambaran dari kehidupan di masa lalu.

Pak Rudy dengan sihir cahayanya akan menjelaskan tentang sejarah terciptanya ilmu sihir, namun dengan suasana yang hampir nyata.

Berbicara tentang ilmu sihir tentunya tak bisa terlepas dari sejarah peradaban umat manusia di Tierra Hyuma ini. Umat manusia merupakan makhluk yang paling dominan disini. Dengan kemampuan akalnya, mereka berhasil menciptakan berbagai penemuan demi bangsanya.

Namun sayang, hanya karena ambisi dan hawa nafsu, sudah sering mereka berperang satu sama lainnya. Tercatat sepanjang sejarah mereka pernah mengalami 4 kali peperangan besar, dan yang terbesar adalah Perang Tierra Hyuma Raya Keempat. Perang ini awalnya disebabkan oleh konflik batas wilayah, namun perang ini malah meluas menjadi adu kemampuan antar negara, saling serang dan saling caplok wilayah satu sama lainnya.

Ada sebuah negara bernama Republik Matahari di ujung sebelah timur Kontinen Azia terdesak oleh Kekaisaran Zongu di barat dan Kekaisaran Siberia di utara. Mereka nyaris kalah. Namun konon katanya ada seorang petapa di sebuah gunung di negara itu yang mendapatkan kekuatan misterius yang membebaskan negara itu dari desakan dua kekaisaran besar itu sehingga negaranya memenangkan perang.

Pada awalnya, Republik Matahari merahasiakan terkait kekuatan yang dimilikinya. Namun lambat laun, seiring dengan semakin damainya Tierra Hyuma, mereka pun membuka rahasianya, dan kekuatan itu dinamakan ‘Sihir’. Ia memanfaatkan energi ‘mana’ yang terdapat di alam bebas untuk menciptakan berbagai teknik-teknik magis di luar nalar.

Pasca peristiwa itu, setiap negara lalu mengembangkan ilmu-ilmu sihirnya sehingga muncullah jenis-jenis sihir yang baru, seperti sihir telekinesis yang dikembangkan Republik Matahari, sihir perisai Parisha yang dikembangkan oleh Hindiland, sihir penyegel yang dikembangkan oleh Kerajaan Helenia, sihir pemanggil Summon yang dikembangkan oleh Republik Persemakmuran Vritannia, serta sihir elemen yang dikembangkan oleh Kekaisaran Nusantara.

Kelas pertama pun selesai. Waktunya jam istirahat tiba.

Dalam pembelajaran kali ini, Anna bukan hanya mendapatkan pengetahuan baru terkait sejarah sihir, namun fakta unik lainnya bahwa Planet Tierra Hyuma memiliki kondisi yang hampir mirip dengan Planet Bumi. Peta geografi Tierra Hyuma sendiri hampir sama seperti peta geografi di dunia nyata, meskipun ada beberapa bagian yang berbeda seperti letak pulau-pulau. Selain itu, kondisi sosialnya pun juga hampir sama seperti di bumi.

Namun ada satu hal yang cukup mengganjal dan belum sempat ia tanyakan. Pada masa peperangan antar umat manusia, mereka menggunakan teknologi yang hampir sama seperti yang ada di dunia nyata. Namun begitu perang usai, teknologi seolah-olah hilang eksistensinya oleh ilmu sihir. Ia berpikir apakah teknologi itu benar-benar hilang ditelan zaman, atau karena hal lainnya. Namun tidak terlalu penting untuk dipikirkan sekarang karena ia bersama Licia kini beranjak untuk mengisi perut mereka.

“Ah… Kelas pertama ini cukup menyenangkan ya, Anna. Bagaimana menurutmu?” tanya Licia sambil merelaksasikan tangannya ke atas.

“Bagus juga sih. Aku jadi dapet pengetahuan baru, yah.. terutama soal sihir. Dan tak kusangka ternyata sejarah ilmu sihir itu cukup panjang ya,” jawab Anna.

Mereka pun sampai ke kantin dan membeli 2 piring omelet dengan 2 teh manis dingin. Tak ada yang berbeda dengan makanan disini, hanya metode pembayarannya saja dengan koin emas dan perak.

Sambil duduk di meja makan yang cukup panjang, mereka berbincang seperti biasa. Namun obrolan mereka terhenti oleh suara seorang siswa yang marah sambil menggebrak meja.

“KAU INI, AKU BILANG KEMARIN APA? JANGAN SEMBARANGAN KAU MAKAN DI WILAYAH KAMI. SEKARANG KAU HARUS TERIMA AKIBATNYA. CEPAT BERIKAN KOINMU!!!”

Seorang siswa berbadan besar menarik kerah siswa berkacamata sambil memalaknya. Ia nampak tak berdaya menghadapinya. Jelas sekali karena di belakangnya terlihat seperti para anggota geng dari siswa berbadan besar tersebut. Tak ada satu pun yang berani mendekati mereka.

Tentunya hal ini membuat Anna geram. Terlebih lagi saat ia masih di dunia nyata, di masa SMA dia juga pernah menjadi korban bullying. Meskipun ia adalah orang yang baik dan cerdas, namun karena sangat kesal dirundung oleh teman-temannya, ia pernah melemparkan serbuk gatal buatannya ke teman-teman yang merundungnya tersebut hingga ia dipanggil ke ruang BK.

“Cih, apa-apaan dia itu? Mau sok jadi raja ya?” ujar Anna geram.

Namun Licia seperti memperingatkannya agar tidak main-main dengan mereka.

“Stt… Jangan terlalu keras, nanti kedengeran sama mereka,”

“Emang mereka siapa sih?”

“Kata murid lainnya, mereka adalah geng ‘The Death March’, kelompok siswa senior elit yang paling ditakuti di akademi ini. Dan siswa berbadan besar itu namanya Boris Gabes, siswa kelas Ta sekaligus pemimpin dari geng itu,” jelas Licia.

“Lah, cuman geng-gengan doang aku bisa menghadapinya,” Anna hampir beranjak dari tempat duduknya, tapi Licia memegang tangannya dan mencegahnya.

“Jangan Anna, jangan lakukan itu. Mereka itu terbilang nekad, bahkan kepada murid perempuan seperti kita,”

Mendengar hal itu, Anna pun mengurungkan niatnya. Bukan semata-mata karena takut, tapi untuk lebih mengetahui sejauh apa mereka.

“Huff… Baiklah kalau begitu,” ujar Anna.

Tak terasa sekarang sudah masuk jam pelajaran kedua. Kali ini, Ibu Merida akan mengajar materi bahasa dan sastra kepada para murid kelas Ha. Namun sebelum memulai, ia ingin memperkenalkan seorang siswa baru yang baru masuk ke kelas itu.

“Anak-anak, kita kedatangan murid baru. Ia adalah murid yang baru selesai registrasi pada pagi ini. Jadi dia baru bisa masuk kelas pada mata pelajaran ini. Silahkan masuk,”

Dengan celana panjang merah dan kemeja bercorak merah dan putih yang merupakan seragam siswa akademi ini, ia berjalan masuk ke kelas itu. Ia adalah seorang siswa berambut pendek. Wajahnya yang tampan berhasil menarik perhatian para siswi disana.

“Kyaa… Gantengnya…”

“Ah… Aku jadi ingin duduk bareng dia…”

Licia pun juga cukup kagum dengan ketampanan siswa itu, namun berbeda dengan Anna yang

merasa ada sesuatu hal yang aneh pada dirinya.

“Tampan sekali dia itu, iya kan, Anna?” tanya Licia. Namun Anna tidak menjawabnya.

“Anna?”

Dengan tatapan yang tajam, Anna terus memandangi siswa itu.

“Baiklah, silahkan perkenalkan dirimu,” ujar Ibu Merida.

“Salam, Perkenalkan. Saya adalah siswa baru Kelas Ha di akademi ini. Nama saya Dwi Septianto,”

“Dwi, Septianto?”

Mendengar nama itu, Anna merasa tidak asing. Ia pernah mendengar atau setidaknya mengetahui nama itu sebelumnya. Dan setelah dipikir-pikir ia teringat sesuatu yang sangat penting.

“APAAA?”

Terpopuler

Comments

Sari N

Sari N

dwiana 🤗

2023-06-10

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2 Chapter 1 : Masa Depan
3 Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4 Chapter 3 : Terhempas
5 Chapter 4 : Sebuah Fakta
6 Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7 Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8 Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9 Chapter 8 : Cahaya Malam
10 Chapter 9 : Selamat Datang
11 Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12 Chapter 11 : Dia Disini
13 Chapter 12 : Terombang-ambing
14 Chapter 13 : Kata dan Frasa
15 Chapter 14 : Kuasa
16 Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17 Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18 Chapter 17 : Tak Terduga
19 Chapter 18 : Hari H
20 Chapter 19 : Tanah dan Api
21 Chapter 20 : Kemampuannya
22 Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23 Chapter 22 : Lubuk Hati
24 Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25 Chapter 24 : Burung Api
26 Chapter 25 : Gadis Itu
27 Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28 Chapter 27 : The Grim Reaper
29 Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30 Chapter 29 : Wangsa Arya
31 Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32 Chapter 31 : Amarah Merah
33 Chapter 32 : Hukum Dunia
34 Chapter 33 : Perlawanan
35 Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36 Chapter 35 : Ika, The First Elder
37 Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38 Chapter 37 : Tangga Cahaya
39 Chapter 38 : Kabar-kabar
40 Chapter 39 : Parang Salawaku
41 Chapter 40 : Doa dan Harapan
42 Chapter 41 : Makhluk Terbang
43 Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44 Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45 Chapter 44 : Kampung Halaman
46 Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47 Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48 Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49 Chapter 48 : Bahan Bakar
50 Chapter 49 : Pantai Air Manis
51 Chapter 50 : Tirai Cahaya
52 Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53 Chapter 52 : Antar Elemen
54 Chapter 53 : Kekuatan Bersama
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Prolog : Dunia Sihir, Dunia Paralel
2
Chapter 1 : Masa Depan
3
Chapter 2 : Perjalanan di Atas Papan
4
Chapter 3 : Terhempas
5
Chapter 4 : Sebuah Fakta
6
Chapter 5 : Pelatihan Bagian I : Hentakan
7
Chapter 6 : Pelatihan Bagian II : Energi
8
Chapter 7 : Pelatihan Bagian III : Inilah Saatnya
9
Chapter 8 : Cahaya Malam
10
Chapter 9 : Selamat Datang
11
Chapter 10 : Sekolah, Hari Pertama
12
Chapter 11 : Dia Disini
13
Chapter 12 : Terombang-ambing
14
Chapter 13 : Kata dan Frasa
15
Chapter 14 : Kuasa
16
Chapter 15 : Perpustakaan Suci
17
Chapter 16 : Kehangatan, Langit Malam
18
Chapter 17 : Tak Terduga
19
Chapter 18 : Hari H
20
Chapter 19 : Tanah dan Api
21
Chapter 20 : Kemampuannya
22
Chapter 21 : Sesuatu dari Masa Lalu
23
Chapter 22 : Lubuk Hati
24
Chapter 23 : Petarung Kegelapan vs Pemanggil Raksasa
25
Chapter 24 : Burung Api
26
Chapter 25 : Gadis Itu
27
Chapter 26 : Harimau Senyap dari Barat
28
Chapter 27 : The Grim Reaper
29
Chapter 28 : Sabit Merah Darah
30
Chapter 29 : Wangsa Arya
31
Chapter 30 : Ini Pertarungan?
32
Chapter 31 : Amarah Merah
33
Chapter 32 : Hukum Dunia
34
Chapter 33 : Perlawanan
35
Chapter 34 : Kejutan dari Selatan
36
Chapter 35 : Ika, The First Elder
37
Chapter 36 : Perlawanan dan Penyelamatan
38
Chapter 37 : Tangga Cahaya
39
Chapter 38 : Kabar-kabar
40
Chapter 39 : Parang Salawaku
41
Chapter 40 : Doa dan Harapan
42
Chapter 41 : Makhluk Terbang
43
Chapter 42 : Rott, Hantu Hutan
44
Chapter 43 : Kebenaran Tentangnya
45
Chapter 44 : Kampung Halaman
46
Chapter 45 : Zui, The Second Elder
47
Chapter 46 : Ksatria Cempaka dari Barat
48
Chapter 47 : Dua Lawan Empat
49
Chapter 48 : Bahan Bakar
50
Chapter 49 : Pantai Air Manis
51
Chapter 50 : Tirai Cahaya
52
Chapter 51 : Tori, The Third Elder
53
Chapter 52 : Antar Elemen
54
Chapter 53 : Kekuatan Bersama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!