Lelaki Pilihan Orang Tua
Jum'at 20 Juni 2014, Jakarta Selatan.
"Alex!"
Seorang gadis kecil berseragam merah putih tampak berlari menghampiri anak laki-laki seusianya. Gadis tersebut dan anak laki-laki berambut kecoklatan itu bernama Alexandra dan Alexander Wijaya, putra-putri dari pasangan Sofyan dan Athifa Wijaya. Sang ayah adalah seorang hakim di pengadilan umum, sementara sang ibu hanya ibu rumah tangga. Mereka kembar berselisih lima menit, Alexa lahir setelah Alex keluar dari rahim sang ibu.
"Alex, ayo! Kita ke lapangan, sebentar lagi upacara udah dimulai!" ucap Alexa. Ia menarik-narik tangan saudara kembarnya.
Alex tak menggubris perkataan Alexa. Matanya fokus memandangi beberapa orang berbadan besar. Anak laki-laki itu melepaskan genggaman tangan Alexa. "Kamu duluan aja. Nanti aku nyusul."
"Aku ikut!"
Alex hendak berjalan, begitu mendengar saudari kembarnya ingin mengikutinya, ia segera berbalik. "Nggak boleh. Kamu tunggu aku di lapangan."
"Kenapa aku nggak boleh ikut?"
"Pokoknya dengerin aja. Tunggu aku di lapangan, aku nggak bakalan lama."
"Janji?" Alexa menjulurkan jari kelingkingnya.
Alex tersenyum lembut menatap sang adik. Ia menautkan jarinya di jari kelingking Alexa. "Aku janji."
Sebelum pergi, Alex mengusap pucuk kepala Alexa, kemudian menghampiri gerbang. Gadis itu pun bergabung bersama murid lain di lapangan, sambil menunggu saudara kembarnya yang akan kembali sebelum upacara bendera dimulai.
Dari kelas satu hingga lima SD, Alexa dan Alex berada di kelas yang sama, mereka tak pernah terpisahkan oleh jarak dan selalu menempel seperti perangko. Keduanya selalu mendapatkan nilai tertinggi dikelas. Terlebih, mereka tak pernah sekalipun meninggalkan lapangan saat upacara.
****
Sementara itu, di luar gerbang sekolah.
Sinar matahari memancar terang tetapi tidak begitu panas, terdapat awan yang
berlapis-lapis tipis seperti bulu-bulu serat sutra halus. Alex melihat banyak bungkusan makanan ringan bertebaran di permukaan tanah, hingga berterbangan tertiup angin. Ketiga preman itu terkesiap begitu melihat kedatangan Alex.
Salah satu preman berambut ala anak rock punk, memandang Alex dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kemudian preman tersebut tersenyum. "Halo anak ganteng, bisa ke sini sebentar?"
Alex memandang balik preman itu dengan tatapan datar. "Kalian bersihin dulu sampah-sampah yang ada di jalanan itu." tanyanya, seraya menunjuk jalan raya.
"Aduh ... Gimana, ya ... Kita buru-buru, nih. Ibu kamu minta sama kita buat bilang ini ke kamu, sini kita kasih tau." jawab salah seorang dari mereka yang berambut botak mengkilap.
Mendengarnya, Alex segera membuka gerbang, ingin mendengar apa yang disampaikan sang ibu padanya. Ketiga preman tersebut saling melempar senyum puas.
"Ikut kita dulu, baru kita jelasin."
Alex berbalik, menatap sekilas Alexa dari kejauhan. Gadis kecil itu telah memakai topi berwarna merah marun dan berdiri di barisan paling belakang. Kemudian, ia mengangguk setuju. "Iya, aku mau ikut."
Upacara bendera akan segera dimulai. Namun, Alex tak kunjung kembali. Menyadari seseorang keluar gerbang, Alexa berinisiatif menghampirinya diam-diam tanpa sepengetahuan murid lain yang berbaris di hadapannya. Awalnya hanya memastikan, kalau-kalau ada murid lain yang kabur saat upacara bendera. Ternyata, yang dilihatnya bukan murid lain melainkan Alex, sedang menyeberang jalan bersama tiga orang pria dewasa.
"Alex! Kamu mau ke mana?!" teriak Alexa.
Salah satu preman itu segera menarik tangan Alex menjauhi area sekolah. Alex sempat menoleh walau hanya sekejap. Kini, saudari kembarnya sudah menginjakkan kaki di jalanan beraspal itu. Ia berusaha melepaskan genggaman tangan preman tersebut untuk menghentikan Alexa agar tidak melangkah ke arahnya. Belum sempat menghentikan sang kembaran, tubuhnya di angkat dan dimasukkan ke sebuah mobil Van.
Alexa kecil menitikkan air mata melihat saudara kembarnya meninggalkannya. Kedua kakinya berjalan sendiri menyeberangi jalan. Sementara di dalam mobil, Alex meronta-ronta sambil memperhatikan Alexa dari kaca jendela mobil.
BRAK!
"Alexa!!!"
Alex sontak menjerit, ketika melihat tubuh saudari kembarnya terpental ke tepian jalan karena di hantam sebuah mobil sedan. Mobil Van yang ia naiki itu melaju kencang menjauhi tempat kejadian perkara.
Tubuh Alexa terlentang dengan tetesan darah mengalir di kepala kemudian merembes keluar, membanjiri aspal. Pengendara sepeda motor maupun mobil berhenti untuk melihat korban, jalanan menjadi macet akibat kecelakaan tersebut.
Seorang wanita keluar bersama anak laki-lakinya. Anak laki-laki tersebut memegang leher Alexa, memastikan denyut nadinya masih ada. "Ma, dia masih hidup."
Ibunya bernafas lega. "Syukurlah. Apa kamu bisa gendong dia?"
"Bisa, Ma." Anak laki-laki itu menggendong Alexa dan membawanya masuk ke mobil.
Wanita itu meminta maaf kepada pengendara lain karena telah menyebabkan kemacetan. Ia akan bertanggung jawab atas kecelakaan itu dengan membawa Alexa ke rumah sakit terdekat.
Setelah dilarikan ke rumah sakit, dokter mendiagnosis Alexa kecil mengalami gegar otak akibat benturan berat di kepalanya, sehingga ingatannya hilang untuk sementara waktu.
****
Sabtu 27 Desember 2017.
Petugas polisi menempelkan satu persatu selembar kertas pencarian anak hilang. Sudah dua tahun lamanya polisi terus mencari Alexa. Namun, tak ada hasil. Guru-guru di sekolahnya pun tidak ada yang mengetahui. Mereka baru mengetahuinya setelah melihat rekaman cctv. Athifa rela mengeluarkan uang 3 Miliar untuk siapapun yang berhasil menemukan putranya.
Di tengah-tengah naik daunnya berita Alex hilang. Sofyan melangsungkan pernikahan di sebuah gedung mewah tanpa persetujuan Athifa. Pria itu menikahi Ratna Dwiyanti, seorang wanita yang menolong Alexa dua tahun lalu. Gavin Sanjaya adalah sematawayangnya. Alasan Sofyan hanya untuk membalas kebaikan Ratna, wanita itu sendiri yang meminta. Pasalnya, Ratna adalah janda yang ditinggal mati suaminya.
Alex adalah orang pertama yang mengetahui pernikahan Sofyan dan Ratna. Ia tak sengaja melewati gedung megah yang di depannya dipenuhi bunga ucapan, tertera di sana nama sang ayah dan wanita itu. Alex masuk ke dalam sana, melewati kerumunan tamu.
"Selamat untuk Pak Wijaya dan Ibu Ratna!"
"Semoga pernikahan kalian langgeng sampai akhir hayat!"
Sofyan tersenyum sumringah di depan para tamu yang hadir. Ia hanya mengundang orang-orang yang mengenal Ratna, dengan begini hubungannya akan aman tanpa di ketahui koleganya, terutama Athifa. Melihat anak laki-laki yang mirip dengan Alex, senyum pria itu perlahan memudar.
Alex meludahi karpet merah yang dipijaknya, lalu pergi menjauh dari kerumunan tamu. Ia dan Gavin saling berpapasan di pintu masuk. Gavin yang tadinya ingin masuk ke dalam gedung, kemudian berbalik mengikuti Alex.
Saat Alex telah menginjakkan kakinya di luar gedung, tiba-tiba datang ketiga preman berwajah bengis, menyeretnya ke gang kecil dan sepi. Tubuh Alex di tendang habis-habisan oleh ketiganya. Kali ini, pemuda itu gagal mencopet di sebuah acara resepsi pernikahan mewah. Ia sudah menduganya dari awal, mereka akan datang untuk mengawasinya.
Setelah beberapa menit, Gavin muncul bak pahlawan. Lelaki itu mengeluarkan pistol dari dalam saku jasnya, lalu menembaki punggung ketiga preman tersebut. Pistol itu sudah dipasangkan peredam suara, agar aksinya tidak di ketahui orang lain.
Gavin berjalan mendekati Alex yang terbaring di bawah aspal. Pemuda itu berdiri seraya memegangi perutnya yang terasa nyeri. "Lo siapa?"
"Pertanyaan itu nggak penting." Gavin menatap pakaian yang dikenakan Alex. Kaus hitam polos berbahan tipis dengan jahitan di kedua lengan pendeknya. Pemuda itu memakai celana jeans panjang yang terdapat robekan di bagian lutut. Lelaki itu pun tersenyum senang. "Gue tau lo pasti lagi butuh duit, kan?"
Alex mengernyitkan dahinya. "Dari mana lo tau?"
Gavin tertawa meremehkan. "Eh, emang lo nggak sadar sama penampilan diri sendiri? Coba lo bandingin sama penampilan gue. Jelas beda, kan?"
"Nggak usah basa-basi. Langsung ke intinya aja."
"Mau gabung sama gue?" tanya Gavin. Tiba-tiba beberapa orang berpakaian jas hitam berdiri di belakang lelaki itu. "Tugas lo mudah. Tapi harus hati-hati, kalau lo bikin kesalahan ... Lo bakalan tau akibatnya."
Alex mengangguk setuju tanpa berpikir dua kali. "Deal. Demi uang, apapun gue lakuin."
Gavin adalah bos Mafia yang tidak kebanyakan orang mengetahuinya, sekaligus pengedar narkoba. Kehidupannya berbanding terbalik dengan Alex yang berasal dari keluarga kaya. Sementara dirinya, hanya berasal dari keluarga biasa-biasa saja.
Sejak kecil, Gavin selalu ingin memiliki hidup seperti orang kaya pada umumnya, menjadi seseorang yang berkuasa dan ditakuti oleh siapapun. Keinginannya itu terwujud berkat melakukan transaksi narkoba tanpa diketahui polisi. Meskipun demikian, Gavin tak pernah mau mencoba mengonsumsinya.
Sejak pertemuannya dengan Gavin, kehidupan Alex berubah drastis. Ia yang tadinya hanya seorang pencopet, kini menjadi kaya raya berkat tawaran lelaki itu. Pekerjaan yang ditawarkan Gavin sangat mudah, tetapi beresiko. Setiap harinya, ia harus mencari pelanggan dan menjual narkoba. Tak hanya melakukan transaksi narkoba, Alex juga merupakan kaki tangan Gavin. Ia menggunakan ilmu bela dirinya untuk membunuh siapa saja yang menjadi incarannya.
TBC.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
nandayue
mampir neng...
2023-06-05
0