Terapi Rekreasi

Empat minggu telah usai. Alexa masih tenang berbaring di tempatnya dengan ventilator di mulutnya. Meskipun demikian, tubuhnya sudah bisa merespon cubitan, suara, dan panggilan dengan jemarinya. Tangannya makin aktif bergerak setiap kali orang tuanya atau Keenan menggenggamnya. Hanya saja Alexa masih sulit untuk membuka mata.

Ruangan ICU yang tadinya terlihat menyeramkan, kini terlihat ada sedikit kehidupan. Karena beberapa barang cantik menghiasi meja di samping ranjangnya. Hembusan nafas menguap di dalam ventilator, kelopak mata Alexa sedikit bergerak.

Pria berjas dokter datang lagi ke ruangan ICU. Kali ini ia tidak membawa kursi roda, melainkan buket bunga mawar merah. Pria itu meletakkan bunganya di samping kepala Alexa. Kemudian, duduk seraya mencium punggung tangan gadis itu.

Pria itu menggenggam tangan Alexa. "Kenapa lo betah banget tidur dengan keadaan kayak gini? Apa senyaman itu, ya?"

Jari telunjuk Alexa terangkat. Alex menganggapnya sebagai jawaban iya. Lelaki itu menyunggingkan senyumnya. "Kalo lo bertanya-tanya siapa gue. Gue ini saudara kembar lo. Alexander Wijaya. Gue juga yang nangkep Leon demi lo."

Alex memandangi wajah gadis di hadapannya, entah sudah berapa hari ia terus berkunjung dengan berpakaian seperti dokter. Pertama kali memang Alex sempat ketahuan oleh Yoga. Namun, setelah mencukur rambutnya, tidak ada perawat atau pun dokter yang mencurigainya.

Samar-samar, terdengar derap langkah seseorang dari luar ruangan. Alex segera melangkah masuk ke toilet untuk bersembunyi. Tak lama, Yoga masuk menghampiri Alexa. Lelaki itu mengerutkan kening saat melihat buket bunga mawar di samping Alexa. Pasalnya, pukul setengah tujuh pagi belum waktunya untuk berkunjung.

Yoga menggeleng kepala, mengabaikan apa yang baru saja dilihatnya. Ia mulai membuka kelopak mata Alexa dan menyinarinya dengan senter kecil. Bola mata gadis itu terlihat bergerak merespon pancaran cahaya tersebut.

"Coba buka matanya pelan-pelan. Kalo nggak bisa jangan dipaksa." ucap Yoga memberi arahan pada Alexa.

Terlihat kelopak mata gadis itu terangkat, berusaha membuka mata meskipun masih terasa berat. Buram. Pandangan Alexa buram, tetapi perlahan kembali normal seperti semula. Dari balik pintu toilet, Alex tersenyum sumringah melihat kembarannya sudah siuman.

Yoga segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut, dari mulai suhu tubuh, denyut nadi, detak jantung, dan laju pernapasan. Semua sudah tampak normal. Yoga dengan berhati-hati mencabut ventilator di mulut Alexa. Ia menyuruh gadis itu menarik napas dalam-dalam dan membuangnya melalui mulut. Alexa mengikuti arahan dari dokternya.

Yoga menaruh telunjuknya di tombol saklar. "Kalo ada apa-apa, pencet saklar ini, ya? Gue mau ngabarin orang tua sama suami lo dulu."

Alex keluar dari toilet setelah Yoga keluar ruangan. Tatapan matanya bertemu dengan Alexa yang tengah kebingungan menatap ke arah sekitar. Spontan, gadis itu menoleh. Suara hantaman keras menyeruak masuk ke dalam memorinya.

"Alex, kamu mau ke mana?!"

Pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang di telinga Alex. Rasa bersalah seolah menghantuinya. Jika waktu bisa diputar, ia tidak akan meninggalkan Alexa kecil demi tiga preman itu. "Maaf." setelah mengatakan itu, Alex berlalu keluar pintu.

Alexa menyadari barang-barang yang berjejeran di sampingnya. Selama koma, kedua telinganya selalu dipenuhi suara orang-orang berbicara, memintanya merespon pertanyaan mereka. Ia merespon bukannya memberikan mereka jawaban, justru Alexa bertanya balik. Karena ia tidak mengenali mereka dan bagaimana mereka bisa saling mengenal.

"Alexa." Suara seorang wanita muncul dari ambang pintu, mengangetkan Alexa. "Mama kangen banget sama kamu, Nak."

Wanita itu langsung menyambar kedua pipi Alexa dan mengusap kepala gadis itu bak seorang ibu. Alexa terperangah melihat wanita yang tidak dikenalinya tiba-tiba menerobos masuk. Terlebih, wajah wanita itu terlihat sedih.

"Ini Mama, Nak, Ratna Dwiyanti. Mama yang melahirkan kamu selama sembilan bulan. Tapi Papa kamu dengan teganya memisahkan kita." Ratna berucap sembari menitikkan air matanya. "Kita pergi dari sini. Orang-orang yang ada di sini sangat berbahaya buat kamu. Mereka mau kamu mati."

Alexa menggeleng lemah, satu tangannya terulur hendak memencet tombol saklar. Ratna menarik pergelangan tangan gadis itu hingga terduduk. Tangisan Ratna makin sesenggukan, membuat Alexa ketakutan melihatnya.

"Di sini nggak aman. Suami kamu yang menabrak kamu sampai seperti ini. Dia berniat membunuh kamu, Lexa." Ratna masih bersikeras meyakinkan Alexa. Ia ingin menggunakan Alexa agar Sofyan mau menceraikan Athifa.

Mendadak kepala Alexa berdenyut, suara Ratna perlahan terdengar samar. Ia memegangi kepalanya dengan satu tangan. Sementara, wanita itu masih belum menyerah sampai keinginannya terpenuhi. Ratna mengguncang lengan Alexa. "Ayo, Alexa. Kamu nggak boleh terlalu lama d—"

"KELUAR!!"

Suara Alexa menggema di ruangan. Ia menatap tajam ke arah wanita itu. Kepalanya sedang berdenyut-denyut, tetapi Ratna terus berbicara seenaknya. Kesabarannya sudah habis. Kemudian, ia melepas jarum infus yang tertancap di punggung tangannya. Alexa mendorong Ratna dan lari keluar ruangan.

Gadis itu berjalan tertatih sambil berpegangan pada dinding. Sesekali, ia menoleh ke belakang memastikan wanita itu tidak mengikutinya. Alexa hanya ingin menikmati waktunya sendirian tanpa diganggu siapapun.

"Alexa! Tunggu Mama, Nak!"

Kedua mata Alexa membulat mendengar suara itu. Sebisa mungkin ia mempercepat langkahnya. Pandangannya berputar-putar layaknya rollercoaster, Alexa tidak mempunyai tenaga lagi untuk berpegangan. Terlambat, lengannya sudah dicekal oleh seseorang.

"Lepasin!"

"Alexa."

Alexa berhenti melangkah. Kali ini bukan suara Ratna, tetapi ada orang lain yang memanggil namanya. Meski terdengar jauh, ia masih bisa membedakan kedua suara itu. Belum sempat Alexa menoleh, tubuhnya oleng. Untungnya, Hoodie—Keenan sigap menahan punggung gadis itu dan mendekapnya.

Hoodie menghembuskan napas lega, lalu meletakkan dagunya di kepala Alexa. "Hampir aja gue kehilangan lo."

"Eh! Tante mau ke mana?" Ratna ingin melarikan diri, tetapi Yoga menahan pergelangan tangan wanita itu. "Lo mau biarin Ibu ini lepas?"

Hoodie mengangkat tubuh Alexa. "Mana mungkin. Gue sama Regan mau interograsi dia."

Ratna segera meronta-ronta, melepaskan cengkraman tangan Yoga. "Lepasin saya! Kalian bakalan tau akibatnya karena telah berurusan dengan saya!"

Hoodie mengeluarkan dua pasang borgol di kantung celananya. Ia melemparnya pada Yoga. Lelaki yang berprofesi sebagai dokter spesialis bedah saraf itu memborgol Ratna di bangku tunggu agar tidak bisa melarikan diri.

Mereka meninggalkan Ratna di luar ruangan. Hoodie membaringkan tubuh Alexa seraya menyelimutinya. Ia membuka kain hitam yang menutupi mulut dan hidungnya. "Apa gejala cedera kepala berat begini?" tanyanya.

"Sejauh ini sih, dia belum sampai ke tahap yang muntah-muntah atau kejang-kejang. Tapi ... ." Yoga tidak melanjutkan ucapannya. Lelaki itu menatap Keenan. "Lo yakin nggak apa-apa kalo gue kasih tau?"

"Nggak apa-apa. Kasih tau aja."

"Alexa akan sulit mengenal dirinya sendiri, bahkan keluarganya. Bukan cuma orang-orang yang dia kenal, tapi sama wajahnya sendiri. Gue mau rekomendasiin Alexa terapi khusus."

"Terapi apa?"

Yoga menjelaskan terapi apa yang tepat untuk Alexa, yaitu terapi rekreasi, untuk melatih pasien menikmati waktu senggangnya dan menjalin hubungan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Terapi tersebut juga dapat membantu daya ingat Alexa secara perlahan.

"Gimana? tertarik? Nggak harus di rumah sakit, kok. Di rumah juga bisa." tanya Yoga sekaligus menjawab. Ia menancapkan kembali jarum infus ke punggung tangan Alexa.

"Ya, udah. Gue bakal coba. Mungkin kedepannya gue nggak bakal pake kain ini lagi." Keenan memandangi kain hitam di tangannya.

"Lah? Kenapa? Bukannya selama ini lo selalu pake itu?"

Keenan mengangguk. "Setelah gue pikir, kali ini nggak lagi. Pengap juga pake beginian, kecuali kalo lagi ada tugas dari kantor."

TBC.

Terpopuler

Comments

nandayue

nandayue

nenek lampir sialan

2023-06-27

1

nandayue

nandayue

kapokkk

2023-06-27

1

nandayue

nandayue

hilang ingatan kah

2023-06-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!