Lelaki Berhoodie Abu-abu

Seorang lelaki berhoodie abu-abu tampak sedang menggali tanah di dekat pohon tinggi, tepatnya di samping rumah gubuk bambu. Setelah berkutat dengan cangkulnya, lelaki itu menyeret tubuh Wilda yang sudah terbujur kaku ke liang lahat yang sudah digali.

"Astaga!"

Tiba-tiba, kedua mata Wilda bergerak ke kanan kiri, membuat lelaki itu mundur ke belakang. Wilda bangkit seperti mayat hidup, matanya melototi lelaki di hadapannya. Sementara, tubuh lelaki itu sudah menabrak pohon tinggi. Kakinya bergetar, bulu kuduk terasa naik ke ubun-ubun, raut wajahnya ketakutan begitu Wilda berjalan menghampirinya.

"Kenapa lo tega ngelakuin ini sama gue? Lo udah ngambil kesucian gue, bahkan lo ngebunuh gue di depan mata Alexa? Manusia macam apa lo?" ungkap Wilda, makin mendekat ke arah lelaki itu.

Lelaki tersebut beringsut ke bawah pohon. Kemudian, bersimpuh di hadapan Wilda. Keringat mulai menyengat matanya, lelaki itu menyeka wajah dengan bajunya.

Leonardo menggesekkan kedua tangannya, seraya mendongak menatap Wilda. "Ampun ... Maafin gue, jangan bunuh gue. Gue cuma mau balas dendam sama Alexa. Dia udah bikin gue masuk penjara selama 4 tahun, masa depan gue hancur gara gara dia."

"Maaf? Apa permintaan maaf lo bisa bikin gue hidup lagi?! Hah?!" Wilda mencekik leher Leon, mengangkat tubuh lelaki itu ke udara menggunakan satu tangan. Dendam, Wilda tak terima video pembunuhannya beredar di Internet.

Wajah Leon memerah, kakinya mengayun di udara. Napasnya tersengal. Cengkraman jemari Wilda makin menguat. Inikah yang Wilda rasakan ketika dirinya mencekik gadis itu? Begitu kira-kira pemikiran Leon saat memandangi wajah cokelat kehitaman akibat terbakar kobaran api.

Leonardo sempat di penjara selama empat tahun. Keenan menemukan beberapa bukti bahwa Leon sering meniduri seorang gadis belia yang masih perawan. Bukan hanya itu, lelaki itu juga menemukan narkoba di loker Leon saat mengunjungi SMP Yuridicia. Setelah bukti terkumpul, Keenan menuntut Leon ke pengadilan.

Empat tahun berlalu, lelaki itu terbebas dari penjara. Sekolahnya harus terhenti karena dirinya mendekam di sel tahanan, Leon tidak melanjutkan pendidikannya lagi. Mendengar kepindahan Alexa ke Jakarta Barat, Leon sangat antusias menyusul gadis itu.

Mengetahui video Alexa bergandengan bersama Hoodie—pria yang selalu disebut pahlawan, Leon mempunyai ide gila. Ia berencana menyamar sebagai Hoodie untuk membuat netizen membencinya. Leon tak sengaja bertemu Wilda di toserba, lalu mengikutinya sampai apartemen dan menculiknya.

Seseorang yang menabrak Alexa di bioskop kemarin adalah Leon. Ia meletakkan alat pelacak di tas selempang milik gadis itu. Leon juga yang mengirim pesan dan mengedarkan video di sosial media.

"HAPUS VIDEONYA SEKARANG!!!" sergah Wilda.

"HAPUS!!!"

"Iya, iya!"

Napas Leon terengah-engah, suaranya tidak gagap sama sekali. Padahal lehernya sedang tercekik. Perlahan, ia membuka mata. Tak ada seorang pun di hadapannya. Jasad Wilda masih tergeletak di samping galian tanah. Leon menarik napas dalam-dalam seraya menghembuskannya.

"Untung cuma mimpi." Leon celingak-celinguk, mengedarkan pandangan ke sekitar. Waktu menunjukkan hampir subuh hari, tetapi langit masih terlihat gelap dengan udara dingin yang mencekam.

BRUKK

"Kata siapa ini cuma mimpi?"

Leon tersungkur di tanah merah ketika seseorang menendangnya dari belakang. Ia melihat seorang lelaki berhoodie abu-abu berdiri di hadapannya. Secepat kilat, lelaki itu meraih kerah bajunya dan meninju wajah Leon secara bertubi-tubi. Selanjutnya, lelaki itu mengayunkan kaki di perut bagian ulu hatinya. Seketika itu juga, Leon memuntahkan darah dari mulutnya.

Lelaki itu berjongkok, lalu menjambak rambut hitam Leon. "Bikin video pengakuan sekarang. Bilang sama semua orang, kalo lo yang bunuh korban, bukan si pahlawan itu."

"Ogah!"

Lelaki itu bangkit. Kemudian, menghantam wajah Leon dengan sepatu sneaker-nya. Pandangannya berpaling pada jasad Wilda. "Mungkin secepatnya lo bakalan mati di terkam sama dia."

Leon menatap jasad Wilda di sana. "Ngapain gue takut sama orang mati. Toh, dia cuma dateng ke mimpi gue doang."

"Gue yakin lo baru pertama kali kan, ngebunuh orang?"

"Masa bodo, itu kan urusan gue bukan urusan lo."

Lelaki itu menginjak dahi Leon, menekannya kuat-kuat. Bola matanya membesar, jemarinya terkepal erat hingga urat-urat di punggung tangannya menonjol. "Ngaku! Sebelum gue seret ke kantor polisi!"

"O-oke ... Gue bakalan ngaku."

Lelaki itu mengeluarkan ponsel Leon, membuka aplikasi kamera dan merekam lelaki yang sudah babak belur itu di tanah. Leon mengakui segalanya, tanpa ada fakta yang terlewat. Lelaki itu juga mengarahkan kamera ke rumah gubuk bambu serta galian tanah. Setelah selesai membuat video pengakuan, lelaki itu mempostingnya di media sosial.

Leon pikir ia akan dilepaskan. Ternyata tidak. Lelaki itu mengeluarkan tali di saku celana, mengikat tangan dan kaki Leon di pohon.

Tak lama, mulai terdengar suara derap langkah kaki, cahaya lampu putih terlihat berkelap-kelip di deretan pepohonan tinggi. Dari kejauhan, sekelompok petugas kepolisian berlarian menuju rumah gubuk bambu. Lelaki itu segera pergi meninggalkan Leon sendirian di sana.

Dimas memicingkan mata. Samar-samar, ia melihat ada seseorang terikat di pohon. "Keen, di sana! Ada orang."

"Kita berpencar, siapa tau mereka itu segerombolan preman atau mafia." usul Keenan. Dimas dan Petugas polisi berhamburan mencari posisi masing-masing.

Keenan mengambil pistol di saku depan celananya. Ia berjalan sembari menodongkan senjatanya. Begitu melihat rumah gubuk bambu di depannya, segera Keenan berlari menghampiri rumah tersebut untuk memastikannya.

Tiba di sana, Keenan tidak bisa berkata apa-apa selain memandangi tubuh kaku yang sudah gosong dan galian tanah. Ia beralih pada Leon. Dia lagi? Udah gue duga dari awal, emang dia pelakunya. Batin Keenan.

"Guys! Dia cuma sendiri!"

Dimas dan petugas polisi keluar dari balik pohon. Mereka menodongkan senjata api ke arah Leon. "Apa perlu gue telepon keluarga korban?" tanya Dimas.

Keenan mengangguk. "Iya. Telepon orang tuanya, kita harus minta izin sebelum jasad di autopsi."

"Oke."

Keenan masuk ke rumah gubuk bambu itu. Ruangan satu petak itu tampak kosong, hanya ada pisau yang tergeletak di sudut kiri lantai kayu. Keenan memakai sarung tangan karet putih sebelum mengambil benda tersebut.

"Gue rasa ini bukan TKP-nya, kayaknya dia sengaja pindahin jasad korban ke sini." gumam Keenan berspekulasi.

Keenan kembali, mengintrogasi Leon yang masih terikat. Lelaki itu memberitahu dimana lokasi tempat kejadian perkara. Gedung kosong yang berhenti beroperasi di daerah Grogol. Keenan menunjuk Leon menggunakan pisau di tangannya. "Lo yakin tempatnya di sana?"

"Sumpah! Gue nggak bohong."

"Dim, telepon Regan. Suruh dia pergi ke TKP di Grogol." kata Keenan pada Dimas.

"Okay." Dimas mengacungkan jempol.

Mobil ambulans telah tiba, beberapa perawat medis mengeluarkan tandu dari dalam bagasi. Mereka mengangkat jasad Wilda dan menutupnya dengan kain putih. Orang tua Wilda sudah menyetujui akan melakukan autopsi melalui telepon, mereka senang bercampur lega karena sang putri telah ditemukan.

Keenan memasang borgol pada kedua pergelangan tangan Leon. Lelaki itu di bawa ke mobil polisi bersama Keenan dan Dimas. Sepeninggal para polisi dan paramedis, lelaki yang menyerupai Hoodie muncul dari balik pohon rindang.

Lelaki itu menghela nafas panjang, lalu membuka masker hitamnya. "Gue yakin, setelah ini nggak akan ada lagi tangisan di wajah Alexa."

Alexander Wijaya, seseorang yang mengawasi Alexa di parkiran kemarin. Ia memerintahkan anak buahnya untuk mencari si pelaku. Anak buahnya berhasil menemukan lokasi tempat jasad Wilda di culik. Alex melakukan ini atas dasar kehendaknya sendiri, bukan orang lain.

"Semoga video pengakuan itu, bisa membersihkan nama baik si pahlawan."

TBC.

Terpopuler

Comments

nandayue

nandayue

oh alex to

2023-06-21

1

nandayue

nandayue

eh yg tadi bukan keenan..

2023-06-21

1

nandayue

nandayue

gampang amat leon ngakunya...

2023-06-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!