Kelenjar Tiroid

Dalam tidurnya, Alexa mengerang gelisah. Napasnya tersengal seperti habis di kejar-kejar sesuatu yang menakutkan. Ia kesulitan bernafas, hingga memunculkan kerutan di dahi. Keringat dingin mengucur membanjiri wajahnya.

Beberapa saat kemudian, Alexa mulai merasa tenang ketika merasakan sapuan lembut di wajahnya. Kerutan di dahinya menghilang, usapan jemari itu membuatnya nyaman. Perlahan matanya terbuka, remang-remang bayangan wajah seorang pria dengan mulut tertutup oleh kain hitam, menyambut pandangannya.

"Kenapa lo masih di sini?" Alexa menjulurkan tangan kanannya, memberanikan diri untuk menyentuh kantung mata lelaki itu. "Gue nggak lagi mimpi, kan?"

Keenan meraih Alexa ke dalam dekapannya. Spontan wajahnya bertabrakan dengan kelenjar tiroid yang menonjol di leher lelaki itu. Seketika itu juga ia meneguk air liurnya. Meski sedikit terkejut, pelukan hangat itu membuatnya nyaman.

Keenan mengusap lembut pucuk kepala gadis itu. "Mungkin."

"Kalo ini emang beneran mimpi, gue nggak mau bangun."

"Terserah. Tapi, jangan lakuin hal-hal yang nyakitin diri lo apalagi sampe mencoba bunuh diri."

"Iya, gue janji."

Alexa pun tersenyum. Kata-kata Keenan yang lembut begitu menenangkannya. Alexa memejamkan mata, melingkarkan satu lengan di pinggang lelaki itu. Lexa, nanti kalo sudah tidur seranjang dengan Nak Keenan jangan sampai kamu membawa lelaki lain masuk ke kamar itu, nggak baik.

Sepintas, Alexa teringat akan nasihat sang ibu sebelum dirinya menjadi istri Keenan. Memang hal itu tidak bisa dibantah, apalagi menyangkut hubungan rumah tangga. Baik itu laki-laki atau perempuan, teman sendiri pun tidak diperbolehkan masuk. Kecuali dalam keadaan darurat.

Apa ini rasanya berduaan sama cowok lain selain suami sendiri? Batin Alexa.

"Entah kenapa rasanya gue kayak lagi selingkuh." pikir Alexa. Perkataan yang seharusnya di katakan dalam hati malah terlontar dari mulut.

Keenan yang mendengar itu, langsung menahan tawanya. Ia tidak menyangka Alexa akan mempunyai pikiran seperti itu. Inilah alasan Keenan masih mengenakan Hoodie dan kain penutup mulutnya, mereka bisa berbicara santai tanpa harus berdebat.

"Biar masalahnya cepet kelar, lo bilang sama orang tua gue, kalo perjodohan ini udah di batalin."

"Loh, kenapa gue harus bohong sama orang yang lebih tua?"

"Ya ... Karna gue nggak mau nikah sama lo. Apalagi gue nggak kenal siapa lo."

Keenan terkekeh mengingat percakapan mereka pertama kali bertemu. Menghadapi gadis seperti Alexa harus ekstra sabar, tidak boleh terpancing emosi. Ia tidak berani kasar pada perempuan, kecuali jika kelewat batas.

"Lo mikir begitu?" tanya Keenan.

Alexa tidak menanggapi pertanyaan itu. Namun, suara dengkuran halus terdengar sampai ke telinga lelaki itu. Alexa sudah tertidur pulas di pelukan Keenan.

"Tidur yang nyenyak." satu kecupan mendarat di pucuk kepala Alexa.

****

Pagi menjelang. Keenan terlihat sedang membakar sesuatu di tong sampah. Boneka Panda. Ia membakarnya karena merasa ada yang janggal di kedua mata boneka tersebut. Setelah di periksa memang benar, ada kamera pengawas di dalamnya. Semua bukti sudah dikumpulkan, hanya tinggal mencaritahu siapa pelakunya.

"Lo bakar apaan, sih?!" teriak Alexa dari atas balkon.

Keenan mengetuk tong sampah di depannya. "Boneka."

"Boneka?" sejenak, Alexa berpikir. Gadis itu terkesiap mendengar boneka kesukaannya di lahap kobaran api.

Tak lama kemudian, Alexa muncul dari arah pintu sambil membawa seember air. Ia menyiram bonekanya yang hampir gosong terbakar api, untung saja api itu hanya melahap bagian kepalanya. Alexa ingin meraih benda tersebut dari dalam tong sampah.

Keenan mencekal pergelangan tangan Alexa. "Lo mau ngambil boneka ini?" tanyanya sengit.

"Kalo iya, emang kenapa?" Alexa hendak melepas genggaman tangan lelaki itu. Keenan malah menarik gadis itu masuk ke dalam rumah.

Alexa menghempaskan tangan Keenan dengan kasar. "Lo apa-apaan, sih? Hah? Ngebakar barang gue tanpa seizin dari pemiliknya!"

"Terserah gue. Yang beli boneka itu kan, gue. Bukan lo."

"Tetep aja! Lo tuh lancang, itu tuh boneka yang gue mau dari dulu. Kenapa lo seenaknya ngebakar gitu aja?" Alexa mendorong dada bidang lelaki itu.

Keenan tampak menaikkan sebelah alis, memandangi Alexa curiga. "Lo udah ngapain aja semenjak boneka itu ada di kamar?"

Dahi gadis itu berkerut. "Apa maksud lo?"

Selangkah demi selangkah, Keenan menghimpit tubuh Alexa hingga punggungnya menabrak dinding. Gadis itu melihat, sorot mata tajam Keenan. "Oh, atau ... Lo udah telanjang bulat di depan boneka itu?"

Alexa termenung, mengingat-ingat lagi apa yang ia lakukan setelah menaruh boneka panda itu. Spontan Alexa menutup mulutnya, matanya terbelalak menyadari perkataan Keenan.

"I-iya ... ." jawab Alexa lirih. Ia hanya menunduk, tak berani membalas tatapan mata suaminya.

Keenan menghembuskan napas kasar. "Kenapa lo nggak bilang sama gue? Lo ini tanggung jawab gue sekarang, kalo ada apa-apa itu bicarain, jangan diem aja!"

"Tanggung jawab lo bilang?" Alexa mengangkat kepalanya. "Lo itu nggak pernah bener-bener jadi suami gue, itu masalahnya!"

Alexa cepat-cepat meraih tas ranselnya di sofa. Kemudian, ia melangkah keluar rumah, menoleh ke arah Keenan sejenak, dan segera melangkah pergi menuju sekolah.

Menyadari gadis itu berjalan kaki, Keenan tergesa-gesa memasuki ruang kerjanya. Ia mengganti kaus putihnya dengan Hoodie sweater yang biasa dipakainya. Keenan berlari menyusul Alexa sambil menyelipkan tali masker di kedua telinga.

Keenan berhenti di depan gerbang, pintu masuk komplek Vintage Svills. Ia mengedarkan pandangan ke kanan kiri trotoar jalan. Alexa tampak berdiri di tepi sana, menunggu jalanan sepi untuk menyeberang. Keenan berlari lagi menghampiri Alexa yang akan melangkah, menautkan jemarinya di jemari gadis itu seraya menariknya.

"Hoodie? Lo kenapa bisa ada di sini?" tanya Alexa penasaran.

"Eh, liat guys! Itu bukannya cowok yang di Twitter?"

"Mereka bahkan pake Hoodie couple."

"Gue harus foto mereka nih!"

Alexa memperhatikan orang-orang di sekitarnya, mereka memotretnya dan Keenan. Lelaki itu menarik tudung Hoodie Alexa, bermaksud melindungi wajahnya dari sorotan mata masyarakat. Tanpa berkata apapun, Keenan menggandeng tangan Alexa menyebrangi jalan raya.

Beberapa foto tadi pun sudah terposting di media sosial. Dalam waktu singkat, postingan tersebut telah mencapai tiga ratus ribu like dan dua ribu komentar.

"Alexa!"

Yang dipanggil segera menoleh ke arah sumber suara. Refleks, langkah Keenan terhenti. Sesaat, Alex menatap nametag yang tertempel di dada kanan Alexa, sebelum akhirnya melangkah memeluk gadis itu.

Tangan itu ... .

Alexa bersembunyi di balik punggung Keenan. Entah kenapa begitu melihat tangan Alex, gadis itu jadi teringat seseorang yang hampir membunuhnya. Persis seperti itu, putih kemerahan dan ada tonjolan urat di punggung tangannya.

Alexa memegangi leher jenjangnya, bayangan pembunuh itu membekas di memorinya. Alexa merasakan sesak di dadanya. Ia berpegangan pada Hoodie Keenan, meremasnya sekuat tenaga. Ibu jari Keenan mengusap lembut punggung tangan gadis itu.

"Nggak apa-apa. Cukup tarik napas." Keenan menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Alexa meniru apa yang dilakukan lelaki itu.

Keenan berpaling pada Alex, mendelik tajam pemuda itu. Ada yang nggak beres, nih. Apa jangan-jangan ... Alex pelakunya?

Terpopuler

Comments

nandayue

nandayue

keenan dah tahu alex kalo dia kembaran lexa, tapi keenan dan alex belum pernah ketemu dan bicara ya

2023-06-16

1

nandayue

nandayue

selingkuh ma laki sendiri lexa

2023-06-16

1

nandayue

nandayue

sama kan rasanya lex

2023-06-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!