Sah!

"Alex!"

"Alex, ayo! Kita ke lapangan, sebentar lagi upacara udah dimulai!"

"Alex! Kamu mau ke mana?!"

Alexa tersentak membuka matanya lebar-lebar, keringat mengucur deras di kepalanya. Melihat cahaya matahari yang mengintip dari celah gorden, buru-buru Alexa menariknya hingga cahaya tersebut masuk sepenuhnya, menyinari seluruh tubuhnya. Ia melamun sejenak, melihat keluar jendela sambil menyandarkan kepala ke tembok yang di cat pink pastel itu.

"Alex ... Lo di mana sekarang? Kata Ibu lo itu kembaran gue."

Mimpi itu terus muncul berulang kali sejak Alexa mengalami kecelakaan 9 tahun lalu. Dokter mengatakan, otaknya sedang dalam masa pemulihan. Namun, sudah bertahun-tahun lamanya, sakit di kepalanya tak kunjung membaik. Di tahun 2017, Athifa membawa Alexa ke rumah sakit di Australia yang direkomendasikan oleh sang kakak. Semua rumah sakit di sana pun mengatakan hal serupa, gejala yang dialami gadis itu hanya gejala biasa yang tidak perlu dikhawatirkan.

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu.

"Non Lexa, ada tamu di bawah. Katanya calon suami Non."

Calon suami? Jangan-jangan ....

Mendengar hal tersebut, Alexa segera terperanjat dari ranjangnya. Ia tahu siapa tamu yang dimaksud Mbok Minah, asisten rumah tangga di kediaman Wijaya. Buru-buru gadis itu mencari pakaian di lemari. Setelah berapa lama mengobrak-abrik isi lemari, ia memilih kemeja putih dan celana coklat tua dengan pendek selutut.

Ranjang tunggal yang tadinya rapih, kini berantakan karena tumpukan pakaian yang Alexa lempar tadi. Dengan asal, ia melempar pakaiannya ke lemari. Akan memakan waktu lama bila di lipat langsung.

Alexa berdecak menatap jengkel ke arah pintu. "Si gila itu kenapa dateng jam segini, sih?!"

Lima belas menit kemudian, Alexa keluar dari tempat persemayamannya. Menuruni satu persatu anak tangga menuju ruang tengah. Lelaki berjaket hijau tua dengan lapisan kaus hitam di dalamnya, tampak berdiri memandangi foto keluarga yang tertempel di dinding.

"Kak Keenan, lo ngapain sih pagi-pagi bertamu ke rumah orang."

Begitu namanya di panggil, lelaki bernama lengkap Keenan Pratama itu berbalik. Ia mengamati wajah Alexa sejenak, sebelum akhirnya menjawab. "Gue nggak akan basa-basi lagi. Gue nerima perjodohan ini."

"APA?!"

Sebulan lalu, Keenan meminta rekomendasi kafe pada Dimas Alaska, rekan kerjanya di kantor. Rekannya itu memberitahu kafe yang sedang naik daun di kotanya ini, yaitu Lexa's Coffee Shop. Beberapa hari setelahnya, ia datang ke sana untuk membeli es kopi Americano. Namun, Keenan tak sengaja mendengar perbincangan antara Sofyan dan Alexa.

Saat itu, posisinya duduk di kursi kosong tepat di belakang kursi Alexa. Ia mendengar Alexa menolak mentah-mentah untuk dijodohkan. Akan tetapi, Sofyan tidak menyerah sampai anak gadisnya itu mau menerima perjodohan tersebut. Alexa memilih pergi meninggalkan ayahnya, dari pada terus membicarakan masalah perjodohan.

Hanya dengan melihat sekilas wajah Alexa dari kaca jendela, Keenan langsung mengajukan diri untuk menjadi calon suami gadis itu, pada Sofyan. Mulailah ia menceritakan kisah hidupnya di hadapan calon mertuanya. Dari A sampai Z.

Aneh tapi nyata, ia seperti berada di zaman Siti Nurbaya. Apakah Keenan langsung menyukai Alexa setelah melihatnya? Atau ada maksud terselubung di balik pengajuannya itu? Yang jelas, Sofyan menerima Keenan sebagai calon suami anak gadisnya.

Orang tua Keenan telah meninggal dunia sejak ia dan saudara kembarnya, Kenzo Pratama lahir. Walaupun kembar identik, keduanya memiliki sifat dan kepribadian yang berlawanan.

Sedari kecil, mereka berdua di asuh oleh pamannya hingga tumbuh dewasa seperti sekarang. Pamannya juga yang membiayai sekolah Keenan dari SD hingga tamat SMA. Tahun 2019, ia harus meninggalkan paman dan kembarannya karena mendapatkan panggilan kerja, di salah satu Polres Metro Jakarta Barat sebagai detektif polisi.

****

"Kenapa lo nggak nolak aja, sih?!" tanya Alexa sengit. Ia mendelik tajam pada pria di hadapannya.

Keenan memegangi dagunya, seraya berpikir. "Ya ... Karna ... Gue butuh istri yang bisa masak, bersih-bersih, bikinin gue kopi setiap—"

"Eh, stop stop!" potong Alexa sedikit berteriak. "Lo ini sebenernya nyari istri apa babu, sih?"

"Tinggal setuju aja ribet lo."

"Nggak! Itu nggak bakalan kejadian, okey?! Siapa juga yang mau nikah sama orang kayak lo."

Keenan mendekatkan wajah pada Alexa, sementara gadis itu memundurkan bahunya. "Sayangnya, lo nggak bisa apa-apa selain setuju perjodohan ini."

"No, no, no!" Telunjuk Alexa mendorong dada Keenan menjauh darinya. "Sampai kapan pun gue nggak akan mau setuju."

Ujung bibir Keenan terangkat, ia duduk di sofa panjang dan meraih koran yang tergeletak di atas meja kaca di hadapannya. "Telat. Besok kita harus ke KUA."

"KUA?!"

"Makanya, besok lo harus dandan yang cantik."

****

D-DAY WEDDING.

Pernikahan adalah sebuah impian setiap dua insan yang saling mencintai, wanita yang mencintai lelakinya, begitu juga sebaliknya. Bukan hanya sekadar merayakan pesta pernikahan. Bukan juga dilihat dari gedung mewah berlantai tinggi, makanan berkelas dan tamu pejabat tinggi. Itu semua tidak penting untuk Alexa dan Keenan. Menurut mereka mengucapkan ijab kabul sudah cukup.

Gadis itu terlihat cantik mengenakan dress pengantin putih dengan panjang semata kaki. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai indah bergelombang. Meskipun hanya ijab kabul di KUA, Alexa hanya ingin berpenampilan tak biasa. Begitu pun Keenan si mempelai pria, mengenakan setelan jas biru tua. Mereka duduk di bangku yang sama, bersebelahan sambil memamerkan buku nikah masing-masing ke arah kamera.

Inikah yang dinamakan nikah paksa? Persis banget kayak di novel-novel. Batin Alexa.

Setelah ijab kabul yang di saksikan oleh keluarga kedua belah pihak, pengantin baru itu kini berada di sebuah studio. Mereka akan melakukan sesi foto dengan background putih polos.

Alexa duduk di kursi kayu menghadap ke kamera sambil menggenggam beberapa tangkai bunga mawar putih. Keenan menyusul Alexa dan berdiri tegap di sampingnya, tangannya merangkul mesra lengan atas gadis itu. Keenan merapatkan kepalanya di pucuk kepala Alexa. Mereka tersenyum seolah bahagia, padahal kenyataannya tidak. Sejak tadi, Athifa dan Sofyan terus memperhatikan mereka di belakang kamera.

"Lo ngerasa tertekan nggak, sih?" Keenan berbisik.

Spontan, Alexa menyenggol lengan Keenan. Mulutnya terbuka sambil menahan senyum di hadapan orang tuanya. "Jangan bikin orang tua gue curiga. Di depan mereka kita harus keliatan kayak sepasang suami istri, ngerti nggak lo?"

"Itu juga gue tau kali."

"Nah! Ayo, coba kalian senyum."

Refleks, Alexa dan Keenan tersenyum ke arah kamera. Setelah foto terpotret, sang fotografer memberi mereka instruksi untuk membuat pose bebas. Tiba-tiba saja, Alexa meraih kerah kemeja putih Keenan, dan mendekatkan wajah lelaki itu padanya seraya tersenyum menyeringai.

"Oke! Tahan sebentar, ya! 1 ... 2 ... 3!"

CEKREK!

Sesi terakhir adalah foto keluarga, Athifa dan Sofyan berdiri di antara Alexa dan Keenan. Sang fotografer mencari angle yang pas. Tak lama, fotografer tersebut mengacungkan jempol di udara. Keempat orang itu tersenyum, kamera pun berhasil memotret momen bahagia itu.

TBC.

Terpopuler

Comments

nandayue

nandayue

semalam? dalam semalam di bisa dijodohin sama kenan

2023-06-05

1

nandayue

nandayue

modus cari art gratis ini

2023-06-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!