Penolong misterius

Kini, Alexandra Wijaya sudah menginjak usia 19 tahun. Gadis asal kota Jakarta Selatan itu sudah berpindah ke Jakarta Barat, banyak kenangan menyakitkan di kota asalnya. Sebelum berpindah, ia hampir mengalami pelecehan seksual saat masih duduk di bangku SMP. Beruntungnya, ada seorang pria misterius yang menolongnya. Saat itu pula Alexa mengalami gangguan paranoid, yang membuat dirinya tak percaya lagi pada para lelaki bahkan ayahnya sendiri.

Sejak kelas dua SMA, Alexa terlalu sering bolos sekolah hanya karena malas berinteraksi dengan para siswa yang kerap kali mengganggunya. Ia tidak naik kelas setahun, seharusnya ia sudah lulus seperti teman sebayanya. Terpaksa, ia harus mengulang pelajaran lagi dan bertekad untuk giat belajar.

"Oh, Ibu? Aku lagi di jalan, pesanan Ibu juga udah aku beli."

"Ibu menelepon bukan karna itu. Tapi Ibu khawatir sama kamu."

Alexa tertawa kecil. "Cih, itu cuma perasaan Ibu aja kali. Jangan khawatir, aku bakalan baik-baik aja."

"Jangan membantah, cepat pulang! Ibu takut kalau terjadi apa-apa sama kamu!"

"Oke oke, aku paham. Dah."

Alexa menutup telepon dari sang ibu. Setelah itu, melanjutkan langkahnya. Ia melangkah di tepian jalan sambil menjinjing plastik berisikan pesanan sang ibu. Jalanan besar itu tampak tenang tanpa adanya pengendara bermotor ataupun mobil yang lalu-lalang. Cahaya kuning tiang lampu menyinari rambut hitam gadis itu. Ia memejamkan mata, merasakan angin malam berhembus menyapu rambut panjangnya.

Tampak di belakang Alexa, ada seorang gadis berlari ketakutan tanpa alas kaki. Kedua telapak tangannya mengeluarkan darah hingga berceceran di aspal. Seorang pria berpakaian hitam berlari mengejar gadis itu. Suasana jalan yang tadinya sunyi dan sepi, tiba-tiba menjadi ramai oleh derap kaki. Sementara, jarak gadis itu dan Alexa makin dekat.

Gadis itu menyeruduk punggung Alexa. Ia cukup terkejut melihatnya. Terlebih, ada darah yang terus merembes keluar di telapak tangan gadis itu. "Oh my gosh! Siapa, ya?" tanyanya.

Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut gadis itu. Namun, ia bisa mengetahui apa yang dikatakan Alexa melalui gerakan mulut. Gadis itu mengambil ponsel dari dalam sakunya, lalu mengetik sesuatu dengan keadaan tangan berdarah-darah. Spontan, Alexa membelalakkan mata.

"Saya tuna rungu wicara, Kak. Tolong bantu saya, saya di kejar-kejar orang!"

Gadis itu memperlihatkan apa yang baru saja di ketiknya. Sekarang Alexa memahami apa yang dimaksud gadis tersebut. (Tuna rungu wicara adalah kemampuan seseorang untuk berbicara dan mendengar)

Alexa mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ia melihat seseorang di depan sana. Kemudian, Alexa menerawang sejenak, pria itu berjalan mendekat ke arah mereka sambil menggenggam kapak kayu. Tanpa basa-basi, Alexa menarik pergelangan tangan gadis itu dan membawanya pergi menjauhi pria itu.

BRUK!

Baru setengah jalan, langkah Alexa terhenti. Gadis tuna rungu wicara itu terjatuh ke aspal dengan kapak kayu yang menancap di belakang kepalanya. Ia kaget bukan kepalang. Bulu kuduknya langsung berdiri sampai ke ubun-ubun ketika melihat pemandangan mengenaskan di depan matanya. Rembesan darah keluar dari kepala gadis itu. Alexa mematung sesaat saking kagetnya.

Alexa kebingungan harus berbuat apa, antara melarikan diri sendirian atau menyelamatkan gadis yang ditolongnya. Ia meraba-raba belakang tasnya, mencari ponselnya. Setelah mendapatkan ponselnya, ia mempercepat langkah kakinya untuk menyelamatkan diri terlebih dahulu. Masih sambil berlari, Alexa menghubungi nomor pihak yang berwajib.

"Dengan kantor polisi di sini, ada yang bisa kami bantu?" Telepon pun sudah tersambung pada kantor polisi.

Selangkah demi selangkah, Alexa berhasil melarikan diri dari pria itu. Barulah ia berhenti, seraya mengatur nafasnya. "Ada pembunuh di sini!" teriaknya.

"Baik. Bisa tolong kirim lokasinya? Kami akan segera bertindak. Pastikan cari tempat yang aman, jangan ke mana-mana, tetap di situ."

"Akh!"

Seseorang menepis ponselnya hingga terpental di tepian jalan. Mata Alexa terbelalak melihat bayangan berperawakan tinggi di bawah sinar lampu tiang jalanan. Pria tersebut tampak mengambil sesuatu di bawah kaki sebelah kanannya. Gadis itu memejamkan mata, berusaha memberanikan diri untuk kabur.

Detik berikutnya, pria itu memukul kepala Alexa menggunakan batako. Cairan berbau anyir menetes di dahinya, lalu turun ke pipi. Tubuhnya terdorong ke aspal.

Ibu ... Aku nggak mau mati di sini. Tolong aku, Bu, batin Alexa.

Alexa memegangi kedua lututnya dengan tangan seraya berdiri. Ia mengimbangi langkahnya, sampai tak sadar ada seorang pria berhoodie abu-abu dengan mulut tertutupi kain hitam, berjalan ke arahnya. Langkah kaki Alexa oleng, tubuhnya jatuh. Pria di hadapannya segera meraih lengannya. Refleks, pria tersebut mendekap tubuh gadis itu.

Sementara, pria tadi menghampiri gadis tuna rungu wicara itu, berniat menarik paksa kapak kayu yang masih tertancap di kepalanya. Secepat kilat, pria berhoodie itu mengangkat tubuh Alexa dan menendang pria itu hingga menjauhi korban.

"Sialan! Berani-beraninya lo gangguin rencana gue!"

Pria itu berlari hendak meninju wajah pria berhoodie itu. Pria berhoodie itu menurunkan Alexa. Dengan entengnya, pria tersebut melempar tubuh Alexa ke udara ala cheerleader, lalu menangkap pinggangnya.

"Tendang!" ucap pria berhoodie itu, memberikan instruksi. Alexa mengayunkan kaki kanannya dari samping. Kemudian, mendaratkan tendangan keras di pipi pria itu.

Pria berhoodie itu kembali menurunkan Alexa. Ia dan pria berhoodie itu saling bertatapan, melihat pantulan diri masing-masing pada bola mata di hadapannya. Jantung Alexa berdegup kencang untuk pertama kalinya. Sekilas, gadis itu merasakan Dejavu di dalam memorinya, tetapi entah itu hanya perasaannya saja atau memang ia pernah bertemu pria tersebut.

Pria berhoodie itu mendekap kepala Alexa. Ia berpaling pada pria itu. "Apa begini, cara para pembunuh mencari kesenangan?" Intonasi kalimatnya begitu berat.

"Maksudnya apa?" sahut pria itu tak mengerti.

"Mengambil nyawa orang lain seenaknya." Pria itu melirik gadis tuna rungu di depan sana. "Cewek itu pun jadi incaran lo."

"Cuma cewek bisu, desah aja nggak bisa, apalagi minta tolong."

"Bagi lo, dia cuma cewek bisu dan tuli. Tapi bagi orang tuanya, dia itu berlian yang harus dijaga."

Beberapa menit kemudian, Mobil-mobil polisi dan paramedis berdatangan. Dua orang petugas polisi meringkus tersangka kasus pembunuhan itu. Alexa memutar kepala, melihat gadis tuna rungu wicara itu dimasukkan ke dalam mobil ambulans.

Pria tersebut berjongkok untuk membaringkan tubuh Alexa di pahanya. Salah satu paramedis datang meletakkan kotak obat dan membersihkan darah di kepala Alexa. Setelahnya, pria itu tampak mengembangkan senyum tipis. Meskipun tertutupi kain hitam, gadis itu bisa melihat dari sepasang matanya.

Kenapa rasanya gue pernah ketemu sama lo, tapi di mana? Batin Alexa.

Alexa menjulurkan tangan, ingin mengetahui siapa yang telah menolongnya. Kedua telinganya berdengung diiringi rasa sakit di bagian kepala. Sontak pria itu menggenggam pergelangan tangan Alexa. Sakit di kepalanya dan dengungan di telinganya sudah tidak terasa lagi. Namun, kelopak matanya terasa berat seperti mengantuk.

Beberapa wartawan berdatangan untuk meliput berita di tempat kejadian perkara. Mereka rela berdesak-desakan dan memaksa masuk ke TKP yang dijaga oleh beberapa petugas polisi. Pria itu menggendong tubuh Alexa dan berjalan keluar TKP.

"Bagaimana kondisi korban?"

"Tolong biarkan kami menyoroti wajah korban."

"Mas, tolong minta waktunya sebentar untuk wawancara."

Mereka langsung menyerbu pria itu, menghujaninya dengan tiga pertanyaan. Sementara di belakang wartawan lain, ada dua wartawan terlihat mengangkat kamera ke udara agar bisa menyoroti wajah Alexa. Pria tersebut tak tinggal diam, lalu mengeratkan pegangannya di kepala gadis itu.

TBC.

Terpopuler

Comments

nandayue

nandayue

tuna rungu wicara berarti gak bisa ngomong sama denger dong neng

2023-06-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!