Pertanyaan Menjebak

"Saudara Alexander!" panggil Keenan seraya melambaikan tangan. Lelaki berseragam putih hitam itu merasa terpanggil dan mengedarkan pandangan.

"Ada apa memanggil saya ke sini?" sahut Alex begitu ia menghampiri meja Keenan. Lelaki itu langsung menyuruhnya duduk di atas bangku tinggi di depan meja barista.

Siang ini, Keenan berada di sebuah kafe yang terletak tak jauh dari SMA Pradita Dirgantara. Tepatnya di pinggiran jalan. Setelah mengantar Alexa ke sekolah, ia kembali ke rumah untuk berganti pakaian dan membawa barang bukti yang telah di kumpulkan. Keenan mencari Alex di sekolah, membujuk pemuda itu supaya meluangkan waktunya sebentar. Tak mau dicurigai, Alex menyetujui pertemuan itu.

Pesanan Keenan tiba, diantarkan oleh seorang barista. Lelaki itu memesan dua gelas caffè americano ektra hot. Keenan menyeruput kopinya, sebelum akhirnya angkat bicara.

"Begini, sebelum gue bicara ke intinya. Gue mau tanya satu hal sama lo." Keenan membuka resleting tasnya, mengeluarkan selembaran kertas pencarian anak hilang 9 tahun lalu. Lelaki itu menyodorkannya pada Alex. "Itu lo, kan? Alexander Wijaya. Anak dari pasangan Sofyan dan Athifa."

"Alexander Wijaya? Sofyan dan Athifa? Siapa mereka?" tanya Alex pura-pura tak mengerti. "Jadi, lo manggil gue cuma buat—"

"Jawab dulu pertanyaan gue." potong Keenan cepat. Raut wajahnya datar tanpa ekspresi.

Wajah datar Keenan membuat Alex mengetukkan kukunya di meja. Ia harus berhati-hati berbicara. Terlebih, di hadapannya sekarang ini seorang detektif polisi. Ketukan telunjuknya makin cepat, menandakan lelaki itu sedang berpikir untuk mencari jawaban yang tepat.

"Jelas bukan gue, gue ini ... ." sejenak, Alex menghembuskan napas berat. "Gue ini yatim-piatu. Sejak kecil, gue tinggal di panti asuhan, gue juga nggak tau orang tua dan adik gue ada di mana sekarang."

Keenan menanggapinya dengan anggukan. Kemudian lelaki itu bertanya lagi. "Oh ... Di mana panti asuhan tempat lo tinggal?"

Alex memutar bola matanya ke kanan kiri. "Itu ... Gue lupa. Karna udah lama gue nggak ke sana lagi."

"Tapi lo nggak akan pernah lupa sama ini." Keenan membuka laptopnya, lalu memutarnya ke arah pemuda itu. "Gimana rasanya ... Nggak bisa bunuh orang yang paling lo sayang?"

Tampilan laptop itu menunjukkan rekaman video CCTV di ruang tengah, kebetulan posisi kamera berada sudut dinding dapur yang langsung menghadap ke arah pintu. Melihat itu, pergelangan tangan Alex bergetar hebat. Memang ia telah membunuh banyak orang tanpa merasa bersalah, tetapi kali ini tidak. Alex merasa trauma pada dirinya sendiri.

“Lo yakin bukan Alexander Wijaya? Apa jangan-jangan Ibu sama Ayah nggak berusaha nyariin lo karna ini?" selidik Keenan.

"Ayah Ibu?" Alex makin kebingungan.

Keenan tertawa terbahak-bahak. "Haha! Entah gue harus manggil lo apa sekarang. Kakak ipar? Atau ... Adik ipar?"

"Jangan-jangan lo suaminya Alexa?"

Tanpa sengaja, Keenan berdiri menggebrak meja, mengejutkan seluruh pengunjung yang ada di kafe. Lelaki itu pun refleks mendudukkan diri dengan satu kaki di lipat ke paha.

Keenan menyeruput kopinya lagi sebelum menjawab. "Gue tau lo bohong soal panti asuhan. Keliatan dari mata lo. Gue nggak maksa lo buat jujur, atau misahin kalian sebagai kakak beradik. Tapi, kalo sampe lo bikin posisi Lexa dalam bahaya. Gue bakal tuntut lo atas percobaan pembunuhan."

"Gue beneran nggak bohong."

"Kali ini lo aman, karna gue masih belum nemuin bukti yang kuat." Keenan memasukkan laptopnya ke dalam tasnya. Sebelum pergi, ia tak lupa meletakkan selembaran uang seratus ribu di meja.

Namun, langkah Keenan berhenti begitu menyadari adanya perban di balik seragam putih Alex. Lelaki itu segera menoleh ke arah Alex. "Punggung lo kenapa?"

"Hah?" Alex cukup terkejut.

"Punggung lo."

Alex terdiam untuk sesaat. "Oh, ini. Gue dipukul sama orang yang hampir bunuh Alexa."

"Cih, mana ada pembunuh yang mukul dirinya sendiri."

Keenan benar-benar pergi setelah mengatakan itu. Alex pikir polisi seperti Keenan mudah dibohongi, tetapi ternyata tidak mudah. Bahkan, pemuda itu terus di beri pertanyaan menjebak.

Alex menghela napas panjang. "Kok, gue ngerasa kayak di interogasi ya, tadi?"

*****

Alexa berjalan sembari mendorong pintu kaca dan memasuki kafenya. Di gagang pintu tergantung papan bertuliskan closed, menandakan kafe sudah tutup dikarenakan ada acara keluarga.

Terlihat Sofyan dan Athifa sedang duduk bersebelahan di bangku kayu panjang. Sementara di hadapan mereka, ada Megane, ibu Sofyan. Alexa menghampiri meja mereka yang berada di pojok kanan dekat jendela kaca. Gadis itu meletakkan kedua tangan di wajah sang nenek.

"Ini pasti cucu Eyang." Megane memegang jemari Alexa.

Alexa mendudukkan diri sambil memanyunkan bibirnya. "Kok, Eyang tau, sih?"

"Mana mungkin Eyang lupa sama cucu kesayangannya." timpal Athifa.

Sofyan mengedarkan pandangan ke arah pintu, mencari sang menantu. "Di mana Keenan? Kamu nggak bareng dia?"

Ditanya begitu, Alexa hanya mengangkat kedua bahunya. "Mana aku tau. Mungkin dia sibuk."

"Nah, tuh! Orangnya udah datang."

Alexa refleks menoleh mengikuti arah pandangan sang ibu. Ia tertegun melihat Keenan mengenakan kaus putih dengan jaket hitam sebagai outer-nya. Lelaki itu menyalami punggung tangan mertua dan neneknya. Kemudian, mendaratkan kecupan manis di dahi, pipi, dan bibir Alexa.

"Maaf, ya, aku telat. Tadi ada kerjaan di kantor." Keenan menunjukkan senyuman ramah tamah pada keluarga istrinya. Alexa hanya memutar bola matanya malas. Keenan duduk di sebelah Sofyan, tepatnya saat ini ia sedang berhadapan dengan Megane, Athifa, dan Alexa.

"Ya, emang, baru nyadar lo?" Gadis itu melototi Keenan. "Sampe nggak pulang-pulang. Pergi seenaknya, pulang pun begitu."

"ALEXANDRA WIJAYA!" teriakan sang nenek menggema di seluruh ruangan. Alexa memeluk Athifa saking kagetnya mendengar suara amukan wanita itu. "Di mana sopan santun kamu? Suami kamu ini lebih tua dari kamu, harusnya kamu bicara yang sopan."

"Iya, maaf." Alexa mengangguk pasrah.

"Nggak apa-apa, Eyang. Di rumah juga udah biasa." Keenan menatap Alexa. "Iya, kan, Sayang?"

Gadis itu cengengesan. "Iya, Kak Keen."

Tak lama kemudian, ponsel di dalam tasnya berdering. Alexa bangkit menghampiri meja kosong dan segera mengangkat telepon yang masuk.

"Wil ... Wilda?" Alexa mematung menatap layar ponselnya. Bukan, bukan layarnya yang ditatap. Tetapi Wilda Evina. Panggilan video tersebut menampilkan Wilda terduduk dengan tangan diikat ke belakang, mulut gadis itu ditutupi lakban hitam. Wilda saat ini berada di gedung kosong yang entah ada di mana.

Matanya kini terbelalak melihat seorang pria berhoodie abu-abu muncul dari samping layar, menusukkan pisau di leher Wilda. Bulir air mata menetes tak tertahan di pipi Alexa. Ia langsung menutup mulutnya dengan tangan.

"Gue mohon lepasin dia ... ."

Pria itu beralih pada Alexa. "Lepasin? Nggak akan."

Selanjutnya, pria itu mendaratkan pisaunya di perut Wilda berkali-kali, hingga darah terciprat di permukaan tanah dan wajah gadis itu. Tidak hanya sampai di situ, pria itu menyiram tubuh Wilda menggunakan minyak tanah.

"Selamat tinggal Alexa." Pria itu menyalakan korek api dan melemparkannya. Kobaran api itu membakar tubuh Wilda.

"Wilda!" Tangis Alexa pecah.

Tentu saja setelah mendengar Alexa menyebut nama sahabatnya, semua mata tertuju pada gadis itu. Keenan pun sigap berlari mendekap Alexa erat-erat, agar ia tak melihat lagi apa yang terjadi di ponselnya. Alexa menangis sejadi-jadinya, membasahi jaket lelaki itu.

"Lo pulang sendirian, Lex?"

"Naik taksi, kok."

"Biar gue anter aja. Lagian rumah kita searah ini."

"Nggak usah, Wil. Gue nggak mau ngerepotin lo."

Percakapan itu menjadi obrolan terakhir mereka, sekaligus penutup perjumpaan terakhir mereka.

"Gue bakal hancurin kebahagiaan lo, Lexa."

Panggilan video masih tersambung ke nomor Wilda. Pria itu berbicara lagi untuk yang terakhir kalinya, sebelum panggilan benar-benar terputus.

Keenan terus mendekap erat Alexa dan berbisik di telinga gadis itu. "Gue bakal cari pelakunya sampe ketemu, gue janji sama lo."

TBC.

Terpopuler

Comments

nandayue

nandayue

sadisnya....

2023-06-17

1

nandayue

nandayue

wilda mati?

2023-06-17

1

nandayue

nandayue

ganteng rekkk.

2023-06-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!