Serigala Buas

Alexa mengerjap-ngerjapkan mata. Dalam keadaan kantuk, ia meraba sekitar kasur. Telapak tangannya berhenti bergerak, ketika jemari lentiknya menyentuh kulit punggung seseorang. Ia menyipitkan mata, agar penglihatannya kembali normal. Sontak Alexa terbelalak melihat Keenan tidur di sampingnya dengan keadaan setengah telanjang.

"ARGH!!!" tanpa sadar, Alexa menjerit. Refleks, gadis itu mendorong tubuh Keenan ke bawah tempat tidur. Tubuh lelaki itu terguling tepat di hadapan pakaiannya dan Alexa yang sudah berserakan di lantai. Sesaat, mereka bertukar pandang. Kemudian, keduanya menutupi tubuh masing-masing dengan kedua tangan, sebagian selimut tebal masih menutupi bagian bawah Keenan.

"Aduh sakit!" Alexa menggerakkan kedua kakinya yang berada di dalam selimut. Namun, rasa perih di pangkal paha membuatnya meringis kesakitan. Ia mengembalikan posisi kakinya seperti semula, selonjoran sambil bersandar di kepala ranjang.

"Apa sesakit itu, ya? Perasaan gue mainnya lembut." gumam Keenan.

Alexa menarik selimutnya, membuat seluruh tubuh telanjang Keenan terekspos jelas di depan mata. Gadis itu membuang muka, belum siap untuk melihat tubuh sang suami. Meskipun semalam ia sudah melihatnya, bahkan sampai menyentuh bagian otot perut Keenan.

Lelaki itu memandangi gadis di hadapannya, lehernya dipenuhi bekas ciuman dan gigitan. Lelaki itu benar-benar melahap gadis itu seperti serigala yang kelaparan. Di matanya, Alexa hanyalah kelinci kecil yang akan menjadi mangsanya.

Alexa bergidik ngeri, mengingat pergulatan panas mereka. "Ckckck, dasar mesum!"

"Tapi lo nikmatin, kan?" tanya Keenan. Ia menutupi tubuhnya dengan handuk yang tergantung di pintu.

Alexa membelalakkan mata. Bohong jika gadis itu tidak menikmatinya. Semalam, Keenan memperlakukannya dengan lembut sehingga membuat Alexa sulit untuk menolak. Keduanya menjadi bergairah setelah meneguk satu botol air mineral.

Dua botol Aqua itu sengaja di siapkan untuk mereka. Athifa menyuruh seseorang menuangkan obat perangsang ke dalamnya, sebelum sepasang pengantin baru itu menempatkan rumah tersebut.

Alexa terdiam, hanya mulutnya yang menganga dan ditutupinya dengan tangan. Lelaki di hadapannya bingung melihat reaksi Alexa, "Kenapa lo? Lo mau lagi?"

"Bukan itu, Pea!" bentak Alexa.

Gadis itu mencoba menarik dan menghembuskan napas secara perlahan, sambil menutup mata. Ia berusaha mengingat-ingat apa yang dilakukan sebelum masuk ke kamar ini. Tak lama, ia kembali membuka mata. "Minuman itu! Semalem lo minum berapa teguk?"

"Ya, sampe habis."

Alexa mengacak-acak rambutnya frustasi. Seketika ia mengangkat kepala. "Cctv! Kita harus cek itu, gue yakin ada orang yang sengaja ngejebak kita."

"Gak usah di besar-besarin lah, toh, juga kita udah sah."

"Heh, Gila! Bukan itu. Lo nggak mikir apa? Gimana kalo minuman itu ternyata ada narkoba?"

"Oke, kita cek dulu cctv. Kalo emang ternyata bener, gue bakalan cari orangnya."

Setelah itu, keduanya saling membersihkan diri di kamar mandi yang berbeda. Begitu selesai berpakaian rapi, Alexa memunguti pakaian kotornya, mengganti sprei yang sudah dikotori darah dan bercak-bercak ******. Gadis itu pun menuruni anak tangga, sementara Keenan telah keluar dari dalam kamar mandi dengan kaus hitamnya. Alexa dan Keenan memasuki ruangan cctv yang berada di sebelah kamar mandi.

Ruangan bercat abu-abu itu seharusnya menjadi kamar Keenan. Namun, Sofyan mengaturnya menjadi ruang cctv. Di hadapan mereka sudah ada layar monitor yang menampilkan teras rumah, ruang tengah, dan balkon. Keenan memutar ulang rekaman cctv ke waktu sebelum mereka menempati rumah tersebut.

"Pause!" kata Alexa, tiba-tiba menunjuk cctv yang merekam ruang tengah. "Coba zoom."

Keenan memperbesar gambar. Tampak, di sana ada seorang lelaki berpakaian hitam sedang menghubungi seseorang. Keenan mencoba memutarnya, memperbesar volume suaranya. "Halo, Bu? Saya mau tanya, ini minumannya harus saya apain?"

Alexa dan Keenan saling melirik. Kemudian, lelaki yang terekam kamera cctv itu berbicara lagi. "Masukin obat perangsang? Tapi saya takut dimarahi Tuan Sofyan."

"Ibu?"

Lutut Alexa lemas seketika mendengar siapa yang menyuruh orang itu. Athifa Wijaya. Ia diam dan termenung. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan, tetapi tak keluar dari mulutnya. Keenan melirik Alexa, menyadari kebisuan gadis itu.

"Maaf ... Nggak seharusnya Ibu gue bertindak sampe sejauh ini." Alexa mengatakan kalimat tersebut, sembari memandang Kenan. "Mereka emang selalu begini sama gue, maksa gue buat ngelakuin hal yang bikin mereka seneng. Tapi bagi gue nggak. Gue bener-bener—"

Kalimat Alexa terhenti, ketika Keenan menutup mulut gadis itu dengan sebelah tangan. "Jangan bilang begitu. Harusnya lo bersyukur sekarang, karna lo udah buat keputusan yang tepat. Dengan begini, lo bisa bebas ngelakuin apapun. Kan, lo udah punya kehidupan sendiri."

"Berarti gue nggak salah dong, nyuruh mereka buat berhenti ngatur-ngatur hidup gue?" tanya Alexa.

Keenan mengangguk. "Bener. Jangan paksa diri lo buat ngelakuin apa yang nggak lo mau."

Alexa mengembangkan senyum. Meskipun tidak menerima pernikahan ini, Alexa merasa bersyukur bisa hidup tanpa diatur oleh ayah, ibu dan neneknya. Itu sebabnya, mengapa ia tidak bisa menentang perjodohannya, karena bagi mereka itu sudah menjadi hal lumrah di keluarga Wijaya.

Sebelum berangkat ke sekolah, Alexa menempelkan beberapa hansaplast di lehernya yang memerah. Tujuannya agar para siswa mau pun siswi tidak mengiranya yang bukan-bukan.

****

Mobil Keenan memasuki area sekolah, berhenti di depan gedung berlantai dua. Siswa siswi di sana memperhatikan mobil Mercy putih itu dengan tatapan penasaran. Tiba-tiba, dua sahabat Alexa mengintip dari luar. Begitu pintu terbuka, Ilona dan Wilda memeluk erat tubuh gadis itu.

"Lexa!!"

Sudah lama mereka tidak melihat Alexa di sekolah. Pasalnya, gadis itu mengambil cuti sebulan penuh. Bukan Alexa yang mengajukan cuti, tetapi orang tuanya. Ilona dan Wilda menggandeng lengan Alexa masuk ke dalam gedung sekolah. Mereka bertiga sudah bersahabat sejak kelas 1 SMP. Meskipun demikian, Alexa tidak pernah bercerita mengenai peristiwa yang hampir merenggut mahkotanya.

Ketika Keenan hendak melajukan mobilnya, ia melihat seseorang dari pantulan kaca spion tengah. Pemuda berseragam putih dengan outer jas hitam berjalan melewati mobilnya. Refleks, Keenan menekan klakson hingga membuat pemuda itu menoleh ke arahnya. Keenan menerawang sejenak, ia melihat name tag yang melingkar di lehernya.

"Alexander?" Keenan segera melajukan mobilnya, keluar area SMA Pradita Dirgantara.

"Kita sudah berusaha mencari Alex. Tapi ... Polisi bilang, Alex tewas di kolong jembatan."

Sepintas, Keenan teringat akan percakapannya dengan Athifa dan Sofyan beberapa waktu lalu. Akhirnya, Sofyan menutup kasus hilangnya Alex. Kenan penasaran, sekaligus merasa takut. Firasatnya mengatakan, ia akan mengungkap sesuatu yang besar, di luar nalarnya.

Sementara itu, Alexa dan dua sahabatnya tengah berjalan di koridor sekolah sambil mendorong satu sama lain. Gadis itu melirik siswa siswi yang menatapnya penuh keheranan, ia pun bertanya pada Wilda. "Kenapa mereka ngeliatin gue sampe segitunya?"

Wilda menghela napas panjang. "Mungkin karna ... Di leher lo ada banyak hansaplast."

Alexa cengengesan. "Ah, iya. Gue lupa."

Ilona berjalan mundur di hadapan Alexa. Gadis itu melihat seorang pria tampan dengan setelan jas coklat, berjalan di belakang Alexa, lalu berbisik. "Liat ke belakang lo sekarang!"

"Ada apa, sih?" tanya Alexa gusar. Ilona memegang kedua pundak Alexa, mendorongnya agar terlihat seperti adegan di drama Korea berjudul My ID is Gangnam Beauty. Tapi sebelum itu terjadi, seorang pria berhoodie abu-abu muncul kembali. kemudian, pria tersebut menarik lengan Alexa, hingga tubuhnya maju dua langkah.

Wilda terkekeh. "Lo ngapain, sih, Na? Mau liat orang tatap tatapan kayak di Drakor?" tanyanya pada Ilona.

"Gue yakin ni, si Ilona kebanyakan nonton Drakor tiap malem." seru Alexa.

Ilona merangkul bahu Alexa dan Wilda. "Pokoknya gue harus racunin kalian berdua, kapan-kapan kita nonton bertiga!"

"Iya deh, iya!"

****

Pria berjas coklat tadi masuk ke kelas kriminologi, pria tersebut berdiri di hadapan siswa siswi. Sebagian siswa terpana melihat ketampanan pria itu, sementara Alexa dan dua sahabatnya bereaksi biasa-biasa saja. Pria itu berjalan ke arah meja Alexa di barisan paling depan, berdiri di sana sembari tersenyum cerah.

"Oke, anak-anak. Perkenalkan, saya Gavin Sanjaya. Guru baru kalian mulai saat ini." Gavin berpaling pada Alexa.

"Seriusan?"

"Guru kita ganteng banget!"

"Kalo kayak gini sih, gue semangat belajarnya."

Dari arah pintu, seorang siswa berjalan masuk melewati meja Alexa tanpa menyapa. Lelaki itu duduk di belakang bangku Alexa dengan raut wajah datar tanpa ekspresi.

Gavin menunjuk siswa yang duduk di sana. "Dan, kenalkan, itu Alexander. Siswa baru di kelas ini."

Alexander?

TBC.

Terpopuler

Comments

nandayue

nandayue

saudara lu tu lexa

2023-06-06

1

nandayue

nandayue

woooh jadi guru di sini?

2023-06-06

1

nandayue

nandayue

wk wk wk harusnya gak pake hansaplast nutupinnya lexa, tapi pake foundation.

2023-06-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!