Istana Pasir II

Istana Pasir II

Hujan

Pada Tahun 1970 (Bilqis di masa muda yang luntang-lantung mencari kata sekolah).

Agar mencapai derajat kesehatan secara optimal tersebut dibutuhkan tenaga-tenaga kesehatan yang bisa bekerja secara professional sesuai dengan keahliannya masing-masing. Bilqis membaca garis besar spanduk arah gerbang besar masuk bagian depan.

Dunia fana tempat persinggahan sementara. Pada hari sulit terlalu lama di lewati pergantian musim sendu. Perjuangan hidup mencari selembar kertas pengetahuan di gambarkan sebagai tontonan hidup sebagai ingatan hari lalu dan esok. Kalu hari ini dia masih mengatakan hal keinginan pulang kampung, berari di dalam hati Bilqis timbul penyesalan terdalam. Kesedihan, beban antara belum sepenuhnya melepaskan niat berpisah dari keluarga.

Hari kelabu di kota metropolitan, Bilqis membuka surat dari kepala sekolah. Dia di pindahkan ke sekolah kesehatan. Semua peran yang andil di dalamnya tidak lain adalah kakak sepupunya Rita. Padahal satu tahun lagi dia akan naik kelas tiga. Dia juga mendengar, syarat masuk sebagai calon siswi perawat memiliki ijazah SMA.

Menunggu kepulangan Rita, detik jarum jam menunjukkkan waktu petang. Dia sungkan bertanya pada nek Rina, mengenai perpindahan sekolahnya. Suara batuk berat nek Rina terdengar kuat. Bilqis memperhatikan dia menekan dadanya sulit menarik nafas. Mengambilkan obat lalu membantu membuka setiap pil di dalam bungkusan. Tangan Rina bergetar menerima gelas yang berpindah ke tangannya.

“Terimakasih ya nduk.”

“Ya nek. Nenek istirahat yuk, Bilqis bantu jalan ke kamar ya nek..”

Selesai mengurus nek Rina, dia berjalan ke kamar Riky. Bilqis menciup aroma asap, di dalam kamar Riky yang berantakan terlihat kain gorden terbakar sampai setengah jendela.

“Bi Sumi! Panggil yang lain bi! Kamar Riky kebakaran!” teriak Bilqis dari atas tangga.

Para pekerja bergotong royong memadamkan api. Nek Rina terhentak melihat kamar cucunya terbakar. Melihat Riky tidak terkena bakaran api, dia memeluk erat sambil menangis. Bagi Rini, uang dan harta benda bisa di ganti tapi tidak dengan nyawa. Rini mengikhlaskan semuanya dan berdoa cucunya selau selamat dari musibah apapun.

“Kenapa bisa kebakaran? Kamu main api ya di kamar?” tanya Bilqis menggunakan bahasa isyarat.

Riky menggeleng kepala, tapi melihat mata Bilqis dengan tatapannya yang menyilidik. Dia mengangguk mengakui, menunduk menghadap ke bawah. Takut Bilqis marah padanya, dia menggunakan bahasa isyarat meminta maaf di samping gerakan menyatukan kedua tangan. Bilqis menawarkan jari kelingking, dia meminta Riky berjanji agar tidak mengulanginya lagi.

Dengan berpisahnya waktu bersama mu.

Bukan berarti aku tidak akan mengutarakan perasaan ku ini. “Arghh!” Bara mencoret-coret kertas yang tidak jadi dia berikan pada Bilqis.

Perempuan yang sangat lama dia tunggu agar pintu hatinya terbuka untuk dirinya. Memahami saingan terberat adalah kakak kandung sendiri. Bara mengingat perkataan Bilqis yang tidak mau persahabatan mereka di bumbui cinta sehingga bisa menjadi di kehidupan mereka.

“Aku mendengarnya, dia akan pindah! Apa aku akan melepaskannya? Kami pasti akan berjauhan” gumam Bara merobek selembar kertas berwarna merah muda.

Benar adanya, Bilqis tidak berhak menentukan sekolahnya. Dia harus menerima dimana kakinya berpijak untuk menyandang nama sebagai pelajar. Pagi-pagi sekali bi Sumi mengetuk pintu,dia memberikan seragam baju perawat dan dua koper kosong berukuran besar. Hari ini dia akan berangkat ke asrama, jalur pendidikan kesehatan jenjang SMA yang baru di buka itu masih membuat tanda tanya besar di hatinya.

“Aku belum berpamitan pada bapak , ibu guru dan teman-teman.”

Sehat dalam arti kata majemuk meluas dalam pribadi masing-masing yaitu keadaan yang seimbang baik biopsiko-sosio-spiritual secara dinamis yang nantinya memungkinkan individu dapat berkembang dan menyesuaikan diri untuk menjaga metabolism maupun stimuno tubuh.

Di depan sana para siswa-siswi berpakaian putih lengkap dengan artibutnya. Bilqis bergegas keluar mobil, dia berlari memasuki barisan. Hari pertama menyandang kata terlambat. Pak Yosep membantu membantu mengangkat koper dan tasnya.

“Maaf sampai disini saja pak. Biar saya yang mengantarnya ke dalam."

“Baik, saya titip non Bilqis ya pak__”

Tidak boleh menggunakan handphone, jam istirahat terbatas dan panggilan alarm pada benda kecil yang di miliki setiap masing-masing murid. Di setiap barisan, murid harus benar-benar terjaga kebersihan dan kerapiannya. Topi perawat belum terpasang sempurna, Bilqis di panggil ke depan mengikuti barisan murid lain yang penampilannya lebih berantakan.

“Bagaimana kalian bisa menjadi seorang perawat professional, dari segi kebersihan saja yang terpenting tidak di jaga. Ini lagi kukunya mirip kuku setan!” bentak salah wanita yang membawa kayu panjang kecil di tangannya.

Ada seorang wanita bergetar sampai jatuh pingsan. Bilqis membantu mengangkat wanita berambut pirang yang topinya terlepas itu. Di sebuah ruangan bernuansa putih, udara segar berasal dari ventilas yang jendelanya terbuka lebar. Bilqis mengeluarkan kepala, dia berpikir mengapa tidak ada pembatas atau jaring tipis yang membatasinya.

“Bagaimana kalau ada orang yang tanpa sengaja terjatuh?”gumamnya menarik jendela agar tidak terlalu lebar.

“Duh! Sakit banget! Huhh nyesal banget aku mau mendengar kata mami. Guru pembimbingnya kejam banget!” umpat wanita yang baru siuman.

Bilqis mendengar lebih lanjut ucapannya yang banyak meracau. Celoteh hingga ejekan yang terlontar membuat dia sedikit jengah.

“Kamu udah sarapan belum? Kalau sudah, ini minum obat pil demam biar cepat sembuh” Bilqis menyodorkan segelas air bening dan satu tablet obat.

Wanita itu mendorong menolaknya, dia sangat anti minum obat atau mencium aromanya. Hidungnya di tutup rapat, wanita itu pergi begitu saja keluar dari ruangan. Bilqis yang semula simpati berubah menjadi kesal. Dia mengikuti kemana wanita itu pergi. Di salah satu kamar asrama, dia mengemasi barang-barangnya. Tanpa memperdulikan Bilqis, dia mengganti pakaian meraih koper dan tasnya keluar.

“kamu mau kemana? Atau jangan-jangan kamu pura-pura pingsan?” selidik Bilqis melirik tajam.

Dia menepis rambut, membanting tas selempangnya yang berwarna merah mengkilat. Gerakan melipat kedua tangan sambil menunjuk ke depan pintu.

“Ya benar sekali! Gue emang sengaja pura-pura pingsan biar cari alasan angkat kaki dari tempat neraka ini! apa urusannya sama lu?” bentaknya bernada tinggi.

Melihat sikapnya yang kasar, Bilqis menarik rambutnya. Dia tidak perduli ada salah seorang perawat memperhatikannya. Wanita itu kesakitan, dia meringis saat Bilqis melepaskannya. Bilqis berpikir telah sia-sia telah membantu hingga mengabaikan hari pertamanya di barisan. Dia meninggalkan wanita itu begitu saja. Melewatkan jam belajar selanjutnya, para siswa-siswi di gedung yang terpisah akan di kumpulkan kembali di lapangan tepat dalam jeda waktu lima belas menit.

Kantin berdesakan, para penjual menarik setiap kartu tanda pelajar agar memberikan potongan setiap menu makanan. Bilqis memilih satu piring mie dan segelas teh manis dingin. Dia mengambil posisi bagian depan dekat pintu keluar sambil memperhatikan siswa-siwi lainnya.

Terpopuler

Comments

Saya

Saya

Thor, aku mampir.
keren banget

2023-06-02

0

Hanum Anindya

Hanum Anindya

mau baca yang part 1 dulu ah biar myambung, 😂😂🙏🙏🙏semamgat terus ya kak🥰

2023-05-28

0

Nafa

Nafa

jam berapa ini bacanya 😢😢 g snggup pada bagian sinopsis 😢 ini Bilqis perjalanan mu banyak sedih ny y

2023-05-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!