Wajah mertua yang selalu tersenyum, menyayangi menantunya seperti anak sendiri. Tidak pernah memarahi semua sepak terjang menantu yang pernah menyakiti hati anaknya. Dia selalu tersenyum manis menyambut kepulangan Arun sambil menyodorkan segelas kopi di meja kerjanya.
“Bagaimana pekerjaan kamu hari ini nak?” tanya Rina tersenyum menyeringai memperhatikan menantunya mulai meneguk minuman berisi minuman pelet pengasih agar selalu menyayangi dan mencintai Rita anaknya.
“Lancar-lancar saja bu, oh iya ini ada sedikit uang jajan buat ibu beli roti. Sekalian untuk Rita ya di amplop satu lagi ya bu.”
“Kamu kasih saja ke Rita, kamu kan suaminya. Bagian ibu untuk Riky saja, anak kamu demam tinggi lagi. Sana lihat keadaan Riky..”
“Yasudah bu, saya ke kamar Riky ya.”
Tidak ada sedikitpun hati Arun memikirkan anaknya. Dia mengingat Riky hanya karena ucapan Rina, itu juga kalau dia tidak pulang setiap dini hari. Melihat Riky hanya sekejap bayangan berjalan lima detik. Dia menuju ke kamar yang tampak rapi. Menarik laci penyimpanan, dompet Rita dan segala keperluan alat make up nya kosong. Dia berlanjut membuka lemari tas, Salah satu tas tidak ada di dalamnya.
Memahami hubungan keretakan rumah tangganya yang semakin sangat renggang. Arun hanya bisa menelan ludah menunggu Rita membuka kembali hatinya. Dering ponselnya berbunyi, sekertaris muda yang wajahnya selalu terbayang berparas cantik jelita bersama bentuk tubuhnya yang bohai. Dia mulai menggoda Arun hingga berani menanyakan masalah pekerjaan tepat di malam hari.
Semalaman di udara bersama bosnya, sekertaris Mawar yang tidak sabar bertemu meminta ijin agar datang ke kantor lebih awal. Dia menggunakan pelet, menabur mantra dari dukun yang dia bayar mahal demi memikat hati Arun.
“Selamat pagi pak, bagaimana tidurnya bapak?”
“Pagi Mawar, saya agak sedikit mengantuk. Hari ini kamu cantik sekali!”
Perselingkuhan mulai terjadi untuk yang kedua kalinya. Hati istri sah selalu terdetak merasakan suaminya bersama wanita lain. Dia telah siuman, melihat Deni tertidur posisi duduk meliat tangan di pinggir kasurnya.
“Bang bangun! Aku haus!” ucap Rita bernada suara parau.
Deni membuka mata mendengar suara Rita, senyumannya teramat lebar. Dia memeluk Rita yang dapat melewati masa krisis panjang. Berpikir menyiapkan diri akan mengakhiri hidup kalau Rita tiada. Deni merasa semakin ketakutan kehilangan dirinya.
“Aku sangat takut kehilangan mu Rita, jangan tinggalkan aku ya..”
Kamus pria yang ingin dia poliandri itu selalu menyebutkan sebuah kalimat yang tidak mau kehilangan dirinya. Rita hanya mengangguk bertujuan menyenangkan dirinya, dia mencoba menggerakkan tubuh agar bisa berdiri tegak. Akan tetapi dia mengalami sesak nafas hingga pandangan kunang-kunang.
“Dok, dokter! Suster!” Deni berlari meninggalkan ruangan.
......................
Di ruangan tunggu mengunjungin siswa-siswi hanya di beri batas selama satu jam. Wijaya menunggunya di bagian sudut meja yang di penuhi puluhan plastik besar. Melihat Bilqis menuju ke arahnya, dokter muda itu tersenyum menarik bangku untuknya.
“Akhirnya kita ketemu lagi dik..”
Wajah Bilqis murung, pipinya yang semakin tirus, lengkungan mata hitam dan sentuhan jabatan tangannya yang sangat dingin. “Kamu sakit dik?"
“Nggak. Mas ngapain datang? Terus plastik sebanyak itu untuk apa?”
Bilqis takut kalau mata-mata kakaknya melihat pertemuan mereka. Wijaya menarik tangan kirinya memeriksa denyut nadinya yang sangat lemah. Dia meraih salah satu plastik, mengambil satu pil vitamin. Sebelumnya dia mengajak Bilqis untuk makan bersama dengannya.
“Makan dulu ya baru minum vitamin”
“Tapi Bilqis nggak laper. Mas juga nggak jawab pertanyaan ku tadi.”
“Mau di siram kakak kamu ketiga atau empat kali, yang penting mas bisa lihat kamu. Hihh, makan yuk. Mas laper nih..”
Makan di kantin dekat asrama siswi. Wijaya tampak Lahap menelan makanan sambil memandangi wajah Bilqis. Dia menjadi sorotan para guru dan murid yang melihatnya. Bilqis berpesan cukup sekali ini saja melakukan kunjungan wali murid. Dia tidak mau ketahuan kakaknya atau Wijaya di hajar habis-habisan. Meminta pada pria itu agar dengan cara apapun tulisan kunjungan buku siswa jangan sampai terbaca kakaknya.
“Terus, bagaimana kalau mas rindu?” ucapnya memelas.
Tangan Bilqis di tarik, tapi Bilqis menarik menyembunyikannya di bawah meja. Dia tidak mau menjadi pusat perhatian para guru atau murid lainnya. Wajah murung yang tidak bisa di tutupi berbeda dengan ucapannya yang ingin pergi. Wijaya tau wanita polos di depannya memiliki sepercik rasa sayang utnuknya. Karena Wijaya tidak mau pergi, Bilqis berjanji akan menghubunginya jika libur sekolah. Berhubung selama di asrama tidak di ijinkan memegang handphone , kesepakatan itu membuat dia beranjak berpamitan.
“Mas tunggu ya dik” ucapnya melambaikan tangan.
Di sisi kanan ada seorang dokter tersenyum padanya, dia terkejut melihat ada Wijaya seorang dokter terkenal pewaris salah satu rumah sakit di kota besar menyempatkan diri datang kesini.
“Dokter Wijaya? Saya dokter Tya, oh jadi dokter saudara atau wali siswi baru ini?"
“Saya, hehe__” Wijaya gelapan, dia bingung harus menjawab apa.
......................
Kalau sudah meneguk air mantra dari kopi yang di berikan nek Rina. Pria itu seolah mengalami halusinasi atau mimpi buruk di alam sadarnya. Dia tidak bisa membuka mata secara sempurna, tubuhnya tenggelam di dalam air berwarna hitam. Suara yang tidak terdengar, di dalam air ada seribu tangan menariknya. Dia terlempar dari atas langit-langit kamar. Nafas sesak, hingga dia membuka semua jendela.
“Huhh, kenapa aku?” gumamnya berdiri di depan jendela.
Di halaman belakang, Rita berlari memakai gaun hitam yang menyeret kakinya. Arun memanggilnya tapi istrinya itu tidak mendengar. Dia berlari menuruni tangga, saat di luar dia bertanya pada para pekerja ke arah mana Rita berlari. Tapi, tidak ada satupunpara pekerja yang ada di luar melihatnya. Arun mendengar suara jeritan dari pepohonan. Dia melompati pagar belakang, berlari memanggil nama Rita.
“Tuan Arun! Tuan! Disana jalan buntu tuan!” panggil seorang pekerja.
Dia melaporkan pada bi Sumi, mendengar Arun mulai bertingkah tidak wajah. Bi Sumi merasakan majikannya itu seperti seorang yang terkena guna-guna. Sering kali dia mendengar Arun berteriak hantu di pertengahan malam. Kali ini di waktu mau memasuki petang, pria itu terpanggil sosok yang mengganggunya.
“Pak, itu pasti yang di kejar tuan bukanlah non Rita! Cepat cari tuan Arun pak..”
Menghindari fitnah, bi Sumi tidak mau menuduh siapapun yang melakukan praktek perdukunan. Tidak terlintas di pikirannya jika anggota keluarga ini yang melakukannya. “Aku rasa ini pasti ulah selingkuhan tuan Arun, wanita seksi yang berani berdiri di depan mobilnya tadi pagi. Kemungkinan lain taun Deni, tapi tidak mungkin beliau melakukannya. Dia sangat baik dan ramah kepada semua pekerja di rumah ini. Aku juga melihat dia sangat menyayangi Riky” batinnya sambil berjalan menaiki anak tangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
nobari🦕
murid dino menyerang literasi 🦕
2023-05-29
0
william
miss......... m
2023-05-29
0
online shop widi
sista
2023-05-29
0