Pacar Idiotku Seorang MAFIA
" Pemirsa, hari ini telah terjadi kecelakaan yang menghilangkan putra dari tuan Arthur Edward, yakni Justin Xander Edward di sebuah pegunungan di kota Bogor."
" Justin di kabarkan tengah melakukan Sky diving dari heli kopter pribadinya, namun parasutnya gagal terbuka dan dia jatuh bebas dari atas ke dasar hutan."
" Sampai saat ini tim penyelamag belum menemukan keberadaan Justin, dan masih belum tahu apakah Justin selamat atau tidak." Suara pembawa berita di tv.
Semua stasiun tv menyiarkan berita hilangnya seorang putra pasangan konglomerat Arthur Edward dan Siera Leona yang jatuh dari helikopter pribadinya di kota Bogor.
" Hiks.. hiks.. hiks, Justin, dad.." Tangis wanita paruh baya dengan terisak.
Siera Leona, ibu dari Justin, sedang menangis di pelukan suaminya, Arthur Edward. Terdapat juga putra nya yang lain, yakni Dustin yang sama sama sedihnya atas hilangnya sang kakak.
" Mom, jangan menangis begitu. Kakak pasti baik baik saja, kita masih memiliki harapan. Aku akan mencari kakak, mommy jangan khawatir." Ujar Dustin.
" Tidak, kamu jangan pergi, kakakmu belum di temukan, mommy tidak mau kamu juga hilang." Ujar Siera.
" Kamu temani mommy saja, daddy akan menghubungi anak buah daddy untuk mencari kakakmu." Ujar Arthur.
" Sayang, sudah ya.. Justin pasti baik baik saja. Aku akan mencarinya." Ujar Arthur, dan Siera mengangguk.
Arthur pun menghubungi anak buahnya untuk mencari keberadaan Justin.
Sementara itu di tempat kejadian dimana Justin dinyatakan jatuh saat ini sudah banyak tim pencari yang sednag mencari keberadaan justin. Bahkan mereka meminta bantuan warga untuk mencari keberadaan Justin.
Dan siapapun yang menemukan Justin, akan di beri imbalan uang besar. Warga pun begitu antusias, meski mereka tidak mengenal siapa itu Justin, tapi mereka tergiur dengan imbalan yang di katakan itu.
Hingga hari sudah mulai gelap, tidak ada satu pun tim yang berhasil menemukan keberadaan Justin.
Di tempat lain, seorang gadis berambut perak dengan tas ransel usangnya sedang berjalan menyusuri hutan sambil melihat lihat ke atas.
Dia sedang mencari buah buahan liar yang tumbuh di hutan itu. Sebenarnya tak jauh dari hutan itu juga terdapat kebun milik warga, tapi gadis itu bukan gadis bertangan panjang yang suka mencuri.
" Haih.. Semakin lama, kenapa buah buahan liar sangat sulit di dapat. Jika begini, bisa bisa aku tidak makan lagi nanti malam." Gumamnya.
Gadis itu bernama Qilin, namanya singkat padat dan jelas. Tidak ada nama tengah atau naman belakang, hanya Qilin.
" Woah, ada apel hutan, akhirnya aku dap.. aduh!!" Qilin jatuh ketika kakinya tersandung sesuatu, dan hal itu menyebabkan tas ransel usangnya jatuh ke bibir tebing.
" Oh, no! Tolong jangan jatuh, aku baru memperbaikinya." Ujar Qilin.
Qilin bangun dan berjalan menghampiri tas ranselnya, dengan susah payah, akhirnya dia berhasil mengambil tas ranselnya yang nyaris hilang itu.
" Sukurlah.." Gumam Qilin.
Qilin mundur dan terkejut ketika kakinya menginjak sesuatu yang kenyal.
" Tuhanku!! Huaa.." Teriak Qilin hingga jatuh terduduk.
Qilin terengah engah ketika melihat sebuah tangan yang baru saja di injaknya.
" Apa itu mayat?" Gumam Qilin.
Qilin tidak bisa melihat tubuh apalagi wajah dari pemilik tangan itu, karena tubuhnya tertutup oleh parasut yang tampak compang camping.
Qilin melihat hingga ke atas tali parasut yang menyangkut di pepohonan, sudah di pastikan tangan yang baru di injaknya itu adalah tangan seorang yang jatuh dari atas.
" Ya Tuhan, apa dia mati?" Gumam Qilin lagi.
Qilin bangun dan langsung membuka parasut yang compang camping itu, hingga terlihat sebuah sosok pria yang telungkup tak sadarkan diri.
Qilin langsung memotong semua tali yang mengikat di tubuh pria itu dan menarik tubuh pria iru ke tepi. Qilin memeriksa apakah pria itu masih hidup atau tidak, dan rupanya masih hidup.
" Astaga, dia masih hidup. Padahal dia jatuh dadi ketinggian." Gumam Qilin.
Qilin pun akhirnya menggendong pria itu di punggungnya, meski dia seorang gadis, tapi dia sangat kuat. Qilin berjalan menyusuri jalanan setapak yang sepi hingga dia sampai di tepi jalan besar.
" Fiuh, berat sekali tubuhnya." Gumam Qilin.
Biasanya Qilin akan naik angkutan umum yang lewat ke sana, tetapi karena hari sudah petang, angkutan itu sudah tidak ada yang lewat lagi. Akhirnya Qilin lewat jalan pintas yang biasa ia lalui.
Dan akhirnya mereka sampai di sebuah rumah kecil, tapi di sana ada sebuah rumah besar juga yang terlihat megah, sangat bertolak belakang dengan rumah kecil yang di masuki Qilin.
" Semoga mama tidak melihat." Gumam Qilin.
Qilin langsung menutup semua hordeng dan langsung mengambil panci kecil, dan merebus air.
" Sabar ya, aku akan berusaha menolongmu. Tapi aku tidak punya uang, jadi aku tidak bisa membawamu ke rumah sakit." Gumam Qilin.
Setelah air yang di rebusnya itu hangat, ia pun mengambil handuk kecil dari lemarinya dan mulai mengelap wajah Justin yang penuh luka. Bahkan ada goresan luka besar dari alis hingga ke pipi.
" Kenapa dia tidak sadar, tapi dia bernafas. Bagaiamana jika nanti dia mati, tapi di sini jauh dari rumah sakit." Gumam Qilin khawatir.
Qilin mulai melepas pakaian atas Justin, Qilin melihat tato nama Justin tertulis di tulang selangka sebelah kanan nya.
" Jadi namamu Justin?" Gumam Qilin, dan tiba tiba Justin bergumam.
" Haus.. haus.." Gumam Justin.
" Kamu haus, sebentar." Ujar Qilin.
Qilin mengambil air dan memberi Justin minum. Justin pun minum dengan sangat rakusnya seperti tidak pernah bertemu air di padang pasir.
" Pelan pelan, tidak ada yang berebut denganmu." Ujar Qilin.
Justin membuka matanya, dan menatap Qilin dengan tatapan bertanya tanya.
" Siapa kamu?" Tanya Justin.
" Qilin, namaku Qilin." Ujar Qilin dengan wajah polosnya.
" Ugh, kepalaku sakit sekali." Gumam Justin.
" Sepertinya kamu jatuh dari ketinggian, seluruh badanmu penih luka, izinkan aku mengobati lukamu, ya?" Ujar Qilin.
Justin pun mengangguk, Qilin lalu melanjutkan aksinya mengobati luka luka Justin. Justin tidak bersuara sama sekali dan hanya melihat apa yang Qilin lakukan.
Beruntung memang, meski parasut Justin gagal terbuka, tapi Justin masih selamat karena parasutnya menyangkut di dahan dahan pohon sebelum akhirnya Justin jatuh ke tanah.
" Dimana rumahmu? Biar aku antarkan pulang." Ujar Qilin ketika selesai mengobati luka di wajah dan tangan Justin.
' Meski uangku tidak banyak, tapi aku mungkin bisa menolongnya pulang.' Batin Qilin.
" Aku tidak tahu." Ujar Justin, dan itu membuat Qilin tertegun.
" Kamu tidak tahu?" Tanya Qilin, dan Justin mengangguk.
' Alamak Tuhan, jangan bilang dia hilang ingatan.' Batin Qilin takut.
" Kalau namamu? apakah kamu ingat siapa namamu?" Tanya Qilin, dan Justin menggeleng.
Qilin langsung terduduk lemas, bagaimana cara dia mengantarkan Justin pulang jika dia saja hilang ingatan.
" Aku lapar." Ujar Justin.
Qilin langsung menelan ludahnya, dia saja berhemat dengan cara mencari buah buahan liar di hutan, dan kini ada yang harus dia beri makan, bebannya bertambah satu.
" Emm.. sebentar, aku carikan kamu makanan." Gumam Qilin.
Qilin lalu membuka ransel usangnya dan hanya menemukan sebuah buah naga liar yang ia temukan di hutan.
' Sudahlah, aku bisa cari lagi.' Batin Qilin.
Qilin memotong buah naga itu, hingga menjadi potongan potongan kecil, dan duduk di depan Justin. Dengan tidak tahu dirinya Justin mengambil alih piring di tangan Qilin, dan memakan buah naga itu tanpa dosa.
' A... dia makan semua buahku.' Batin Qilin.
" Kamu tidak makan?" Tanya Justin.
" Hehe, tidak.. nanti saja." Ujar Qilin.
' Makan apa? Buah nagaku kau makan semua.' Batin Qilin, menangis dalam hati.
TO BE CONTINUED..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Nur Bahagia
jangan2 qilin di kucilkan juga kayak Sierra dulu
2024-09-04
1
Nur Bahagia
kalo qilin naek angkot pasti justin langsung ketemu org2 yg lagi nyari dia
2024-09-04
1
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Mampir thor mau baca lanjutan sierra 😊
2024-06-30
1