Secret Love : RANTI

Secret Love : RANTI

Awal pertemuan Ranti dan Maza Nishimura

"Dimana ini"

Ujar Ranti, tubuhnya yang sempat tak sadarkan diri akibat dari kepalanya yang terhantam benda keras. Ia linglung hingga memijit kepalanya yang teramat berdenyut.

"Di rumahku" ucap seorang laki-laki yang begitu asing di mata Ranti.

"Si-siapa anda?."

"Maza Nishimura."

Ranti lalu menatap tubuh pria berseragam militer itu dengan seksama. Pria itu bermata runcing dan juga kulitnya yang sangat putih membuat Ranti seketika itu terpana.

"Apa kau sedang mengagumi ku?"

Maza merasa perempuan yang ia temukan dua hari yang lalu di hutan belantara itu memiliki keunikan tersendiri. Dengan ketampananya itu sudah pasti gadis yang ada di depannya ini sedang terpesona.

"Apa? Tidak. Siapa yang mengagumi anda? Saya hanya sedang bingung."

"Bingung? Harusnya aku yang bingung, kenapa perempuan seperti mu malah berada di hutan belantara dengan kondisi yang mengenaskan."

Ucapan Maza langsung membuat Ranti tersentak.

"Tunggu sebentar, anda tadi bilang dimana? Hutan?." Ranti sedikit terkejut tatkala Maza mengucapkan kata Hutan.

"Ya. Kenapa kau bisa ada disana? Kau bahkan merusak jebakan kami!." Sindir Maza

"Merusak jebakan? Saya bahkan tidak tahu kalau saya di hutan. Seingat saya, saya sedang berada di rumah lalu.."

Ucapan Ranti terhenti begitu saja manakala ia ingat jika kepalanya pernah terbentur sesuatu yang membuat ia kehilangan kesadaran.

"Lalu apa? Ayo lanjutkan lagi." Sergap Maza dengan nada jengah.

"Lalu entah mengapa kepala saya seperti ada yang memukul dari belakang."

Ranti benar-benar tak ingat apapun setelah itu dan tiba-tiba ia sudah berada disini, dirumah Petinggi Nippon Maza Nishimura.

"Hish! kau itu sudah berada di hutan dengan kepala yang bersimbah darah. Aku mengira kau itu mayat, tapi ternyata nafasmu masih ada."

Saat Maza bilang kepala Ranti bersimbah darah perempuan itu pun langsung memeriksa kepalanya dan ternyata benar ada sebuah perban disana.

"Jangan kau sentuh. Itu belum kering."

Perintah Maza dengan cepat. Ia tak ingin apa yang di usahakan oleh dokter sia-sia karena wanita ceroboh yang ada di hadapannya ini.

"Memang kenapa kalau saya menyentuhnya? lagi pula kepala ini juga kepala saya."

Ranti berucap sinis dan berani pada Maza, padahal pria itu yang sudah menolongnya dua hari yang lalu. Ia seolah lupa telah ditolong dan dirawat oleh Maza

"Yang bilang itu kepala Monyet siapa? Kau ini sangat keras kepala. Harusnya ku biarkan saja kau tewas di hutan!."

Maza langsung mengucapkan kata-kata pedasnya, pria itu sangat kesal karena seorang perempuan yang dengan berani menjawab semua ucapannya. Biasanya pribumi pasti akan selalu tunduk dan juga ketakutan, namun perempuan ini sangat berbeda.

Sementara Ranti yang dibentak seperti itu langsung menciut nyalinya. Bagaimana tidak, ia sendiri tak pernah di bentak oleh Bapak dan Ibunya bahkan ia selalu disayangi oleh mereka karena ia merupakan anak bontot.

"Sudahlah lebih baik kau turun dan makan malam. Apa kau tidak kelaparan?." Tanya Maza dengan wajah jengah.

"I-iya."

Ranti lalu bergegas membuntuti Maza dari belakang, gadis bangsawan itu sedikit terpukau dengan rumah yang Maza tempati, Rumah yang ia tempati saat ini bergaya khas Eropa dan terdapat lampu-lampu kristal yang sangat elok bahkan beberapa patung-patung juga ada disana.

"Makanlah." Ucap Maza dengan suara berat.

"Ya terimakasih Tuan."

Ranti pun makan dengan lahap seolah ia sudah lama tak mengkonsumsi sesuatu, tenggorokan nya juga begitu kering seolah sudah tak pernah minum selama bertahun-tahun.

"Makanlah sepuas mu. Tubuhmu pasti sangat lesu karena tak makan dua hari." Ranti langsung membelalakkan matanya.

Deg

"Dua hari?? Jadi saya pingsan selama dua hari?."

Tanya Ranti, Maza dengan cepat mengangguk dan melanjutkan makannya.

"Setelah ini tidurlah. Pulihkan kesehatanmu. Besok aku akan bertanya padamu lagi"

Maza langsung berdiri dari duduknya setelah menyelesaikan makan malam dan meninggalkan Ranti begitu saja.

"Apa pria itu gila? Mengapa dia menyuruh-nyuruhku seenak jidatnya?."

Ranti dilanda kebingungan, dalam benaknya seribu pertanyaan melintas begitu saja.

"Bagaimana kabar bapak dan ibu? Bukankah tentara Dai Nippon sudah masuk ke desa-desa."

Bahkan Ranti sendiri masih belum sadar jika sudah masuk ke sarang tentara Nippon sekarang, ia masih terus memikirkan nasib warga desa dan juga ayah ibunya hingga tak terasa waktu bergulir begitu cepat hingga hampir tengah malam.

"Non.."

Panggil pembantu rumah, yang ingin mengingatkan Ranti untuk segera istirahat karena hari sudah menjelang tengah malam.

"Iya mbok."

"Sebaiknya non istirahat.. turuti perkataan Tuan Maza, kondisi non masih belum pulih."

Ucap pembantu itu dengan sangat sopan. Ranti pun mengangguk, namun sebelum itu, ia ingin mengenal perempuan paruh baya yang telah menjadi pembantu di rumah Maza Nishimura.

"Nama mbok siapa?." Tanya Ranti penasaran

"Saya Tinem Non. Panggil saja mbok Nem." Ucap Tinem dengan sopan

"Saya Ranti Mbok Nem."

"Baiklah Non Ranti, segera tidur non, jangan sampai Tuan Maza melihat non masih disini dan tidak menuruti ucapannya."

Tinem memperingatkan Ranti agar segera kembali ke kamarnya untuk beristirahat, karena ia tak mau jika Tuannya akan mengamuk jika gadis pribumi itu masih disini.

***

Sinar matahari menembus fajar yang begitu dingin, orang-orang yang bergelung dengan selimutnya mulai bangun untuk melakukan aktivitas dan juga bekerja seperti biasa.

"Apa baju ini cocok untukku, ini bagaimana memakainya?."

Saat ini Ranti tengah membuka pintu lemari yang berisi pakaian orang-orang Belanda yang rumahnya dihuni oleh Maza Nishimura.

Saat berita kedatangan tentara Dai Nippon mulai terdengar, banyak orang-orang Belanda yang langsung meninggalkan Nusantara demi menghindari tentara Dai Nippon yang terkenal dengan kekejamannya.

Bertemu dengan tentara Jepang sama saja mencari mati, Banyak yang akhirnya mati karena melawan para kempetai dan berakhir di kamp-kamp pengasingan, sebelum itu terjadi orang-orang Belanda sudah banyak yang pergi meninggalkan Nusantara melalui Batavia dan jalur lainnya. Namun bagi yang tersisa mereka harus pergi dan mencari tempat persembunyian yang aman agar tidak diketahui oleh tentara Dai Nippon.

Tok tok

"Permisi Non, ini Tinem. Non diminta Tuan Maza untuk segera menemuinya di taman belakang."

Setelah mengatakan itu, Tinem langsung pamit undur diri. Ranti yang selesai memakai gaun Belanda itu langsung menemui Maza Nishimura di tama belakang. Ia melihat sosok pria itu duduk dengan menggunakan Kimono di depan taman yang dibawahnya ada sebuah kolam ikan Koi.

"Kenapa anda memanggilku?."

Tanya Ranti dengan cepat seolah ia takut berlama-lama dengan pria yang bernama Maza itu.

"Duduklah."

Perintah Maza yang langsung dipatuhi oleh Ranti, ia kali ini tak ingin memulai masalah dan juga ia ingin tahu kenapa Maza bisa menemukannya di dalam hutan belantara.

"Pasti kau akan bertanya kan? Kenapa aku bisa menemukanmu di hutan?."

Maza seolah tahu apa isi hati Ranti yang sedari semalam mengganggunya.

Perempuan Jawa itu akhirnya mengangguk tanda setuju, Maza lalu menceritakan dengan tenang bagaimana Ranti bisa ditemukan.

Flashback on

"Bodoh!! Siapa yang sudah merusak jebakan kita?. Bakaaaaa!!!!"

Maza berteriak kencang dan memarahi seluruh personel nya, startegi yang ia buat untuk mengetahui keberadaan para orang-orang Belanda yang bersembunyi disekitaran hutan Pinus itu rusak seketika karena teriakan seorang gadis yang membuat beberapa orang Belanda berlarian karena melihat ke arah pasukan Nippon.

"Tuan ada seorang gadis yang sekarat, dia yang tadi berteriak kencang hingga membuat target kita kabur." Ucap seorang prajurit Dai Nippon lain.

Tanpa pikir panjang Maza langsung bertandang ke arah yang dimaksud oleh prajurit itu.

"Siapa dia?."

Maza langsung bertanya pada semua orang yang ada disana mengenai gadis berpakaian kebaya dan juga jarik coklat yang berada di posisi tengkurap dan kepalanya bersimbah darah.

"Apa dia mati?."

Tanya Maza lagi, namun para bawahnya itu hanya menggeleng hingga membuat Maza sendiri yang langsung mengecek apakah gadis ini masih hidup atau tidak.

"Dia masih hidup. Segera bawa ke rumah sakit, aku akan mengintrogasi nya ketika sadar nanti."

Perintah Maza bagaikan firman Tuhan yang langsung dipatuhi oleh prajurit lainnya, para prajurit pun membawa tubuh Ranti yang hampir mati lemas itu ke rumah sakit.

"Sial. Misi kita gagal gara-gara perempuan sialan itu!."

Maza marah besar karena buruannya lepas begitu saja, harusnya ia bisa menangkap orang-orang Belanda yang melarikan diri itu.

Ranti dibawa ke rumah sakit bersama dengan para tentara Jepang yang turut serta mengawalnya. Namun karena kondisi rumah sakit yang kurang memadai dan juga banyak warga pribumi bahkan para prajurit Nippon sendiri yang sakit, Ranti akhirnya diminta untuk di rawat jalan setelah dokter menyatakan bahwa luka Ranti sudah selesai di obati dan hanya menunggu ia sadar saja.

"Masukkan saja dia ke kamar itu."

Tunjuk Maza pada kamar yang berada di sebelah kamarnya.

Setelah dua hari Ranti terbaring tak sadarkan diri, gadis itu akhirnya sadar dan kebingungan dengan apa yang sudah terjadi padanya.

Flashback off

"Sekarang aku tanya padamu. Kenapa kau bisa ada disana!."

Ucapan tegas Maza Nishimura langsung membuat nyali Ranti menciut, Maza seolah-olah sedang menginterogasi seorang tahanan kasus berat.

"I-itu, saya sendiri juga tidak terlalu ingat.. waktu itu saya ada dirumah, lalu.."

Ranti mencoba mengingat kembali apa yang sudah terjadi padanya.

Terpopuler

Comments

Fatisya

Fatisya

ah ngerinya firman tuhan

2023-07-04

1

Firenia

Firenia

untung banget ga ditinggalin

2023-06-17

1

Firenia

Firenia

tipe narsis nih

2023-06-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!