Setelah mendapat Ijin dari Maza Nishimura dan penjaga gerbang, Tinem bergegas menuju ke arah apotek dekat perempatan, ia lalu menemui Kang Suro dan juga Danang.
"Kang Suro.."
Panggil Tinem, Kang Suro pun bergegas mengalihkan pandangannya ke arah Tinem yang sedikit berlari menuju ke apoteknya.
"Ada apa to Nem.. Sampai berlari begitu?"
Tanya Kang Suro dengan cepat, ia cemas dengan berita yang akan dibawakan oleh Tinem kali ini.
"Iya nih Paklek, kenapa mbok? apa ada masalah?"
Kini giliran Danang yang penasaran.
"Eksekusi para tahanan akan diadakan besok Kang, Nona Ranti menyuruh saya mengabari kalian dan juga bergegas menuju ke rumah kyai Fuad."
Kang Suro dan Danang membelakkan matanya mendengar eksekusi akan dilaksanakan besok pagi.
"Kenapa mendadak sekali mbok?"
"Katanya hari Minggu nanti para pemimpin pasukan Nippon akan berkumpul di markas besar untuk jamuan minum teh."
Kang Suro mengangguk faham, ia pun segera menyuruh Tinem untuk segera kembali ke kediaman Maza Nishimura karena jika ia keluar dalam waktu yang lama, ia bisa di curigai dan ditangkap.
"Sebaiknya kamu kembali Nem.. jangan sampai mereka curiga apalagi Tuan Maza.",
"Kamu tenang saja Kang, sekarang Nona Ranti sedang menahan Tuan Maza Nishimura agar tidak keluar kamar sampai besok pagi."
ucapan Tinem membuat Danang memelototkan matanya.
"Maksud kamu Nona Ranti sedang melayani Tuan Maza Nishimura?"
"Iya Nang, begitu saja perlu di perjelas."
Kang Suro lalu tertawa hingga membuat Danang salah tingkah.
"Yasudah ayo kita harus cepat ke rumah kyai Fuad."
Ajak kang Suro, Tinem dan Danang pun menyusul dari arah belakang. Mereka menyusuri jalan setapak hingga tak terasa langkah mereka sampai di tengah hutan jati.
"Ayo Mbok Tinem.. cepat sedikit hari sudah mau gelap."
Ucap Danang seraya menatap Tinem yang sudah ngos-ngosan karena berjalan jauh.
"Woalahhh kamu itu masih muda Nang, lah mbok ini kan sudah tua, kalau di suruh balapan sama kamu ya jelas kalah to."
Danang lalu nyengir kuda, ia bergegas menggandeng lengan Tinem agar berjalan seiringan dengannya, ia takut perempuan paruh baya yang sudah seperti ibunya itu ketinggalan jauh di belakang.
Setelah cukup lama berjalan, mereka bertiga akhirnya sampai di depan rumah kyai Fuad.
*Tok Tok
Tok Tok
Tok Tok*
"Assalamualaikum.."
ucap Kang Suro dengan cepat, setelah itu pintu dibuka oleh kyai Fuad sendiri.
"Ayo masuk, langsung saja ke bawah tanah."
Kyai Fuad mempersilahkan mereka masuk dan langsung menuju ke ruang bawah tanah.
sesampainya disana, mereka bertiga langsung duduk bersama dengan para pejuang dari wilayah pucakwangi.
"Silahkan sampaikan pesan apa yang kamu bawa Tinem."
Kyai Fuad langsung meminta Tinem untuk menyampaikan maksud kedatangannya ke sana.
"Njih Kyai."
Tinem pun menceritakan semuanya termasuk kondisi markas yang sekarang cukup lengang karena Maza Nishimura dan Matsuda sedang tidak berada di tempatnya. kedua petinggi Nippon itu sedang libur hari ini dan terlebih lagi Maza sedang dikurung oleh Ranti.
"Nona Ranti? Jadi dia yang sudah membantu kita memata-matai mereka?"
Tanya Abah Sutoyo dengan wajah penasaran, suatu saat ia harus membalas Budi pada perempuan itu karena sudah rela mengorbankan dirinya sendiri demi negeri ini.
"Tapi dia itu gundik kesayangan Petinggi Nippon itu Bah, apa Abah tidak khawatir kalau suatu saat dia akan membocorkan rahasia kita?"
Abah Sutoyo justru menggeleng dengan cepat, ia berpikir bahwa tindakan yang diambil oleh Ranti bahkan beresiko tinggi, perempuan itu tentu tak mungkin bermain-main dengan nyawanya sendiri.
"Tidak mungkin, dia tidak mungkin bermain-main dengan nyawanya sendiri."
Tinem lalu mengangguk dengan cepat, ia bahkan sangat mengetahui betapa tersiksanya Ranti disana, perempuan Jawa itu harus memuaskan Maza Nishimura setiap kali petinggi Nippon itu memintanya, ia juga harus belajar budaya Nippon walau ia tak mau.
"Saya percaya Nona Ranti tidak mungkin berkhianat, karena adiknya sendiri sekarang berada di barisan paduan suara yang bahkan nasibnya sendiri belum diketahui."
Danang dan yang lainnya manggut-manggut mendengar ucapan Tinem. Abah Sutoyo dan kyai Fuad selanjutnya menyusun rencana pembebasan para tahanan.
Setelah cukup lama berdebat alot, mereka akhirnya menemukan cara untuk membebaskan para tahanan. Mereka lalu bangkit dan bergegas menuju ke arah markas besar.
Sementara Tinem lebih memilih kembali menuju kediaman Maza Nishimura karena ia tak mau para prajurit Nippon yang berjaga di kediaman itu curiga. Perempuan paruh baya itu juga membeli makanan seadanya untuk dibawa pulang.
Kelompok kyai Fuad dan Abah Sutoyo berjalan menuju ke markas melalui jalan setapak yang berada di hutan jati, walaupun ditumbuhi ilalang yang cukup tinggi karena memang jarang dilewati, namun Kyai Fuad masih ingat betul jika jalan yang mereka lalui saat ini menuju ke arah belakang markas besar.
Dahulu, sebelum menjadi markas besar Nippon, bangunan itu adalah sebuah kantor kompeni yang digunakan oleh tentara Netherland serta di bagian sayap kanan terdapat bangunan yang dulu menjadi tempat berkumpulnya surat menyurat antar daerah kini telah berubah menjadi tempat penyimpanan senjata, sementara di sayap kiri terdapat ruangan yang sekarang digunakan sebagai ruang kerja Maza Nishimura, Matsuda dan juga Nagano.
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya mereka sampai di belakang markas besar Nippon, tembok-tembok menjulang tinggi cukup membuat mereka terperanga. Mereka memikirkan bagaimana cara agar bisa masuk ke dalam sana.
"Sebaiknya biar aku saja yang mengendap-endap masuk kedalam Bah.."
Ucap Karto, ia adalah sosok pria yang paling berani dan tak kenal kata menyerah.
Abah Sutoyo nampak berfikir sejenak, sementara itu Danang segera memecah kebuntuan dengan menawarkan diri untuk membantu Karto.
"Biar mas Karto bersama saya saja Bah yang masuk ke dalam."
Ucap Danang dengan mantap, setidaknya harus ada dua orang yang masuk ke dalam sana.
"Yawis, kalau ada apa-apa cepatlah kembali atau lemparkan kerikil ini ke arah kami."
Ucap kyai Fuad sembari memberikan beberapa kerikil ke Danang dan Karto.
......................
Sementara itu di kamar Maza Nishimura, Ranti terus melayani pria itu hingga kelelahan.
"Kamu lelah?"
"Iya, kita istirahat dulu ya Tuan."
ucap Ranti dengan wajah memelas, ia lalu memeluk dada bidang Maza Nishimura dan menenggelamkan kepalanya ke sana.
Ranti bisa merasakan debaran jantung Maza Nishimura yang semakin lama semakin cepat.
"Istirahat dulu? Apa kamu berniat untuk melanjutkan lagi?"
"Iya.. Tuan mau kan?"
"Tentu saja Akiko."
Maza lalu meraih tubuh Ranti dan kembali menggarap nya, lengkingan suara mereka terdengar hingga ke seluruh penjuru kediaman.
Tinem yang baru saja kembali cukup dibuat kaget dengan suara rintihan yang memenuhi kediaman. Ia tak menyangka jika Ranti akan bergumul dengan Maza Nishimura berjam-jam lamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Takaa
pake nanya
2023-06-09
0