Tabib Muda Dari Desa

Tabib Muda Dari Desa

BAB 1

"Guubbraaakkk.....!!!!"

Radit tiba tiba jatuh dari dipan kayu nya, nafasnya ngos ngosan seperti habis di kejar debt collector.

"Gustiiii, ngimpi kok serem serem terus"

Radit menggumam sambil mengelus elus kepalanya yang terbentur lantai saat jatuh tadi.

"kamu itu kenapa tho lee..., bangun tidur malah ngamuk"

Ibu nya Radit yang sedang memasak di dapur tergopoh gopoh menuju kamar Radit karena mendengar suara tadi.

"Tidak ngamuk kok bu, saya mimpi buruk terus jatuh dari tempat tidur"

Jawab radit sambil masih mengelus elus dahinya.

"Lha kamu itu tidur apa aerobik kok sampai ngglundung ngglundung" 

Bu Anik berlalu kembali ke dapur menuntaskan aktifitas ngoseng oseng genjer pemberian adik perempuannya.

"mimpi kok aneh ya, sudah tiga malam berturut turut kok adegan mimpinya selalu sama"

Batin radit sambil mengingat ingat setiap adegan di mimpinya.

Radit tak juga beranjak dari sisi dipan kayu nya, mencoba dengan keras mencerna mimpi yang di alami tiga hari berturut turut ini.

Sebagai seorang penyandang status pengangguran, hari hari Radit sangatlah santai, atau lebih tepat disebut malas.

Kebetulan Radit lulus SMK disaat keadaan ekonomi morat marit, krisis ekonomi menggila, banyak perusahaan gulung tikar, jadi untuk mencari pekerjaan sangatlah sulit.

Sebenarnya dalam hati kecilnya dia sangat ingin melanjutkan kuliah seperti teman teman lain nya, namun apalah daya. Ayah Radit yang semula penopang ekonomi keluarga belum lama meninggal dunia, usaha kecil kecilan Ibu Anik jualan soto ayam pun ikut ikutan gulung tikar terkena imbas krisis ekonomi.

Untuk kehidupan sehari hari hanya mengandalkan sisa sisa tabungan yang tak lama lagi juga segera habis.

Untung saja kakak Radit yang sudah bekerja sedikit membantu untuk sekedar beli beras.

Tidak hanya keluarga Radit, kebanyakan para tetangganya pun tak jauh berbeda keadaan ekonomi nya, beruntung bagi mereka yang mempunyai sawah atau binatang ternak, sedikit banyak bisa meringankan beban ekonomi.

"Leee.... buruan cuci muka terus sarapan, sudah siap ini"

"Nggiiih buuuk"

Radit secepat kilat beranjak dari lamunannya begitu mendengar sarapan sudah siap sedia.

Setelah menyelesaikan sarapan bersama ibunya, Radit mengutarakan uneg uneg nya.

"Bu, saya kok mimpi aneh sudah tiga hari berturut turut dan hampir sama persis, pertanda apa ya bu kira kira"

Curhat Radit ke ibunya.

Dirumah memang tinggal Radit dan Bu Anik, kakak pertama dan kedua Radit sudah menikah dan tinggal terpisah, sedangkan adik perempuan Radit tinggal di pondok pesantren, sebulan sekali baru dijemput pulang.

"Itu tandanya kamu harus memperbanyak ibadah, kalau mau tidur baca doa, baca sholawat, biar tidak mimpi aneh aneh"

Bu Anik menjawab sambil membereskan piring kotor.

Radit hanya garuk garuk kepala mendengar jawaban ibunya yang jauh dari kata memuaskan.

Ya begitulah, Bu Anik termasuk type orang yang menghadapi segala sesuatu dengan santuy, mungkin karena beliau sudah sangat yakin bahwa sanya semua apapun yang terjadi adalah kehendak Sang Pemilik Hidup, jadi beliau menjalani semuanya mengalir saja.

Setelah sejenak melamun tentang mimpinya, Radit ke warung Kang Ahmad untuk beli rokok ketengan, ya begitulah kira kira kehidupan para pengangguran. Sesampai di warung sudah ada Doni sedang ngopi dan menghisap dalam dalam rokok murahan dengan merk tak terkenal.

"Kang minta kopi, gulanya satu sendok saja"

Pinta Radit kepada kang Ahmad. Dan pemilik warung itupun membuatkan pesanan kopi dengan bermalas malasan.

"Don, ada info kerjaan apa nggak, Sudah ga punya uang nih"

Tanya Radit ke Doni yang sesama profesi pengangguran.

"Aku ditawari pamanku ikut proyek bangunan di jakarta, kamu mau ikut ga"

Jawab doni tak bersemangat. Matanya dari tadi hanya memandang langit entah apa yang sedang dipikirkannya.

"Jauh amat, kasihan ibu kalau kutinggal jauh, coba nanti aku cari yang dekat dekat dulu Don"

Radit pun ketularan tak bersemangat.

Mereka melanjutkan obrolan obrolan ringan tak bermutu apa lagi bermanfaat, tiba tiba Radit teringat dengan mimpi anehnya.

"Eh Don, aku sudah tiga hari berturut turut mimpi aneh, dan mimpinya selalu sama, bahkan tadi pagi aku sampai jatuh dari tempat tidur gara gara mimpi itu"

Radit cerita ke Doni yang memang satu satu nya orang yang bisa diajak bertukar cerita, ya meskipun sangat jarang mendapat solusi.

"Waaah, itu gangguan demit paling..."

Jawab Doni asal mangap.

"Lha iyaa, seperti itu kira kira pertanda apa.. Apakah aku akan jadi orang kaya ya"

"Matamuuuu....!"

Sahut Doni sambil ketawa.

"Ayo Don, ke rumah Pak Kadus, siapa tahu ada info kerjaan"

Ajak Radit.

Setelah menyelesaikan pembayaran di warung Kang Ahmad, mereka berdua menuju rumah Pak Kadus.

Dari warung ke Rumah Pak Kadus tidak terlalu jauh, kurang dari 200 meter.

Kedua pemuda yang sama sekali tidak membanggakan nusa dan bangsa tersebut berjalan beriringan sambil bercada berghibah ria.

Tentu saja sosok gadis cantik anak Pak Lurah yang hampir selalu jadi bahan perbincangan mereka.

Rahma, kembang desa anak Pak Lurah yang masih duduk di kelas 3 SMA, body nya ramping, rambut lurus hitam mengkilap, pakaian nya yang selalu ketat menampakkan lekuk tubuhnya yang sangat ideal, membuat para pemuda di desa itu menjadikannya idola, termasuk Radit dan Doni.

Ditengah perjalanan, tiba tiba melintas sepeda motor Astrea Grand Bulus yang dikendarai oleh Pak Lurah, di jok belakang tampak Rahma membonceng bapaknya. Aroma wangi parfum semerbak saat Pak Lurah dan anak gadisnya melintas.

"Tiin....tiiin..." 

Pak Lurah menyapa Radit dan Doni dengan klakson motornya.

"Nggiihh Pak Luraah... "

Sahut mereka bersamaan.

Secara reflek tangan Radit melambai kearah Rahma, namun Rahma hanya melirik sekilas saja.

"Woiii... sadaaar diiit, sadar diri sadar rai sadar posisi...!" 

(Rai \= muka)

Kelakar Doni sambil menoyor kepala Radit.

"Sialan kamu Don!"

"Gilaa.... , orang nya sudah pergi entah kemana, wangi parfum nya tidak hilang hilang"

Mereka cekikikan sambil melanjutkan tujuan mulia mereka, menanyakan info pekerjaan kepada Pak Kadus.

Meskipun Radit dan Doni namanya lumayan keren untuk ukuran orang desa pinggiran, namun tampang mereka hanya standar, ga ganteng juga ga jelek, tapi mungkin apabila mereka terlahir dari keluarga konglomerat, pastilah mereka tampak ganteng.

Beberapa saat kemudian, tibalah mereka di rumah Pak Kadus.

"Assalamu'alaikuum Pak Kadus" 

Terpopuler

Comments

Karebet

Karebet

👍👍👍

2023-10-04

1

Danda Saputra

Danda Saputra

klo bisa ngasih saran mungkin untuk gaya penulisan pas dialog jgn pake gaya italiq/miring thor yg normal aja. kalo mau pake gaya miring itu pas tokohnya lgi berucap dalam hati/batin aja, jadinya lebih nyaman dibaca dan Readers juga gampang ngebedain dialog antara percakapan antar karakter atau ucapan dalam hati/batin.
itu aja sih saran dari saya, kalo mau di gunakan Monggo silahkan, kalo enggak juga Gpp
Semangat teruss thorr yg lainnya udh bagus kok

2023-06-26

3

Taufik Hidayat

Taufik Hidayat

punya 4 anak berarti bu Anik

2023-06-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!