BAB 8

Radit mendekati Doni lalu menepuk pundak nya.

Ojo kuatir Don, ojo kuatir...

Doni hanya menggeleng gelengkan kepalanya karena dianggapnya Radit belum genap nyawanya dan bicara ngelantur.

Singkat cerita, proyek pembangunan jalan tembus tahap pertama pun sudah selesai, nanti entah kapan baru akan dilakukan pembangunan tahap kedua, yaitu pengaspalan.

Wajah wajah para pekerja begitu sumringah, amplop sudah ditangan masing masing, dan tentu saja masih ada harapan dipekerjakan kembali di proyek pengaspalan.

Dimalam harinya mereka pun bisa tidur nyenyak, karena sementara ini masalah keuangan bisa diatasi.

Tak terkecuali Doni, setelah nongkrong di warung kang Ahmad dengan outfit terbaik nya bersama Radit, dia pun pulang dan tidur dengan lelap.

Sesuai perkataan si kakek misterius, beliau pun mendatangi Doni di alam mimpinya.

Situasinya sama dengan yang dialami Radit, Doni bermimpi berada di tempat yang sangat indah, ada sungai yang sangat jernih, pohon buah buahan yang beraneka ragam, bunga bunga beraneka warna menyejukkan mata, dan suara suara binatang memanjakan rungu.

Belum hilang rasa takjub akan keindahan di situ, tiba tiba Doni mencium aroma yang sangat wangi memabukkan.

Entah berapa lama Doni merebahkan dirinya di hamparan rumput hijau bak permadani.

Belum pernah Doni merasakan ketenangan batin seperti ini, suasana di situ benar benar menghipnotis semua indra.

Mreneo leee....

Si Kakek misterius yang ternyata sudah berada di bawah pohon memanggil Doni yang masih rebahan.

Doni tanpa perasaan ragu bangkit dan menghampiri si kakek.

Pikir Doni, si Kakek lah pemilik tempat itu, dan sebagai bentuk adab sopan santun Doni bermaksud mohon ijin untuk sekedar menikmati keindahan di tempat tersebut.

Yaa, bahkan di alam mimpi pun Doni masihlah seorang yang polos dan lugu.

"Pangapunten mbah, saya hanya numpang istirahat disini.."

Ucap Doni sopan sambil menyalami dan mencium punggung telapak tangan si kakek.

Si Kakek hanya tersenyum kecil melihat betapa bersihnya hati pemuda dihadapannya.

Saat Doni mencium tangan nya dengan takdzim, tangan kiri si kakek memegang puncak kepala Doni.

Tampak si Kakek memasuk kan cahaya putih dari tangan nya menembus ke dalam kepala Doni, tentu saja Doni tidak menyadarinya.

Si Kakek melepaskan tangan nya, kemudian menepuk pundak Doni.

Matur nuwun o karo kancamu, saiki mulih o....

Doni seketika bangun dari tidurnya, seperti orang yang kaget karena dibangunkan paksa.

Kesadarannya belum kembali sempurna, namun dia bisa mengingat dengan detail mimpinya barusan.

Sama seperti yang diceritakan Radit...

Batin doni teringat cerita Radit tempo hari.

Tiba tiba Doni bangkit dari ranjang nya dan langsung menuju pintu depan, niat dia ingin segera bercerita kepada Radit tentang mimpi aneh nya.

Namun saat pintu utama dibuka, Doni melihat di luar masih sangat gelap, dia mematung beberapa saat, Doni loading....

Setelah hampir semua kesadarannya sudah kembali, reflek dia menengok jam dinding di tembok belakangnya.

Waktu baru menunjuk kan jam 02:00 dini hari.

Ingin rasanya nekad ke rumah Radit dan membangunkan nya, namun tidaklah mungkin.

Doni tampak resah dan gelisah menunggu pagi, sudah dicoba nya tidur lagi, namun rasa kantuk nya benar benar telah sirna kalah oleh ketidak sabaran nya. Doni mondar mandir dari kamar ke ruang tamu, ke kamar lagi, kemudian ke belakang untuk sekedar ambil minum.

Suara langkah yang tak kunjung henti tentu saja membangunkan orang tua Doni.

"Kowe ki ngopo tho Don, tengah malam buta mondar mandir ganggu orang tidur saja..!!"

Ibunya Doni menegur dengan muka kucel kombinasi kesal karena tidurnya terganggu.

"Tidak bisa tidur buk, hawanya gerah"

Kilah Doni beralasan.

"Lha dari pada gur wira wiri, mending sholat tahajud sana, terus tidur lagi, kalau ga bisa tidur ya baca Qur'an apa wiridan nunggu subuh"

Jawab ibunya Doni dengan nada yang masih kesal, kemudian beliau pun ke belakang, ambil wudlu dan lalu sholat malam.

Sedangkan Doni tidak segera melaksanakan anjuran ibunya, dia malah duduk termenung di ruang tamu.

Meskipun Doni bukan termasuk orang yang tekun beribadah, namun tak urung dia sholat malam juga sesuai perintah sang emak.

Setelah selesai sholat malam, doni hanya rebahan memandangi langit langit kamarnya, dari sela sela genteng kamarnya dia bisa melihat cahaya bulan menembus dari sana.

Doni benar benar sudah tidak sabar bertemu dengan Radit.

Dia bangkit dari kasurnya kemudian ke dapur untuk membuat kopi. Dimasuk kan lah kopi tersebut ke dalam plastik, dan lalu buru buru dia menuju ke surau.

Sambil ngopi di teras surau, ditemani sebungkus rokok bermerk, Doni berharap subuh segera datang, dan berharap pula Radit datang ke surau lebih awal.

Akhirnya waktu subuh pun datang, satu persatu orang datang ke surau.

Mayoritas di dominasi kakek kakek dan nenek nenek, yang masih muda muda entah kemana.

Harapan tinggal harapan, Radit yang paling ditunggu tak nampak batang hidungnya sampai sholat subuh usai.

Halaaah...mbuh wis, aku ke rumahnya saja...

Gerutu Doni langsung bergegas ke rumah Radit.

"Loh Don, kok tumben pagi pagi sudah nyampe sini.."

Sapa bu Anik yang sedang menyapu halaman rumahnya.

"Ini lho Bu, mau ngajak Radit joging, biar tidak kaku badan nya.."

Jawab Doni cengengesan mencurigakan.

Belum juga bu Anik memanggilkan Radit, tampak dia keluar dari rumah karena mendengar suara Doni.

"Mau ngajak kemana Don, kok tumben amat pagi buta begini sudah disini"

Tanya Radit sambil kucek kucek matanya.

Doni buru buru menghampiri Radit dan membisik kan sesuatu.

"Aku semalam mimpi ketemu kakek kakek yang kamu ceritakan dulu"

Seketika mata Radit melebar dan langsung menarik tangan Doni, dan buru buru pamit dengan ibunya. Bu Anik pun hanya geleng geleng kepala melihat 2 makhluk yang sering bertingkah konyol tersebut.

Radit mengajak ke tempat favorit mereka, warung kang Ahmad.

"Kaaaang....buruan dibuka warungnya..., sudah terang benderang ini lhoo..."

Teriak Doni belagu karena baru kemaren gajian dari proyek.

"Aku ini juga pengen nya libur, pelanggan kok cuma kalian berdua ini..."

Gerutu kang Ahmad yang tak urung membuka warung nya juga.

"Sambil menunggu bubur nya matang, buruan ceritakan"

Istri kang Ahmad membuat bubur beras beserta sayurnya untuk dijual.

Kini gantian Radit yang tidak sabaran.

"Sama seperti yang kamu ceritakan Dit, tiba tiba aku berada di tempat yang sangat indah, terus kakek kakek yang berpakaian serba putih memanggilku"

Doni menceritakan semuanya dengan detail, dan masih tersisa kekaguman akan mimpinya semalam.

"Terus kakek itu bilang, berterima kasihlah sama temanmu. Terus aku kebangun dan tidak bisa tidur lagi. Yang dimaksud temanku itu apakah kamu ya Dit..."

Lanjut Doni makin bersemangat setelah mengendus aroma bubur lengkap dengan sayur dan gorengan di bawa mbak Lastri ke meja warung.

"Alhamdulillaaah...."

Sahut Radit sambil menengadahkan tangan nya.

"Siiik....sarapan bubur dulu, habis itu dilanjut cerita nya..."

Terpopuler

Comments

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Lanjutkan Thor, jadi sendirian kayak warungnya Kang Achmad langganannya cuman mereka berdua doang...😛😀🤣😩💪👍🙏

2023-06-20

3

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Novelnya kok ceritanya cuman obrolan mereka berdua, kapan ada tindakan mereka yang bermanfaat buar orang banyak... Thor, bisa² readers pada kabur semua kalo cuman dengerin omongan yang diulang-ulang oleh Jomblo Ngenes seperti mereka...😛😀💪👍👍

2023-06-20

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!